Pemilu Turki Bisa Bikin Lira Ambruk, Inflasi Kemungkinan Tembus 70%

Rabu, 03 April 2024 - 20:15 WIB
loading...
Pemilu Turki Bisa Bikin Lira Ambruk, Inflasi Kemungkinan Tembus 70%
Lira melemah di tengah kekhawatiran bahwa Pemilu dapat mendorong kejatuhan mata uang. FOTO/Reuters
A A A
JAKARTA - Inflasi Turki mungkin melonjak hingga 70% pada bulan Maret karena Lira melemah di tengah kekhawatiran bahwa pemilihan umum (Pemilu) dapat mendorong kejatuhan mata uang. Berdasarkan laporan Bloomberg, para analis memperkirakan data yang akan dirilis menunjukkan harga-harga naik hingga 69% secara tahunan bulan lalu meningkat dari 67,1% di Februari.

Menurut sebuah jajak pendapat terpisah, inflasi bulanan sebagai ukuran utama yang digunakan oleh para pembuat kebijakan kemungkinan melambat menjadi 3,5% dari 4,5% masih lebih tinggi dari kuartal sebelumnya.

Melansir BNN Bloomberg, warga negara Turki meningkatkan kepemilikan mata uang kertas mereka di tengah kekhawatiran bahwa Lira akan mengalami depresiasi tajam setelah pemungutan suara 31 Maret, yang mengakibatkan kekalahan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi Presiden Recep Tayyip Erdogan.

Baca Juga: Oposisi Turki Menang di Istanbul dan Ankara, Ini Reaksi Erdogan

Setelah pemilihan presiden bulan Mei lalu, Lira turun sebanyak 7% dalam satu hari dan kekhawatiran akan terulangnya kemerosotan yang sama. Mata uang Turki berkinerja terburuk di antara mata uang-mata uang negara berkembang lainnya bulan lalu dengan penurunan sebesar 3,2% terhadap dolar AS. Turki rentan terhadap perubahan kebijakan setelah pemilihan umum.

Namun, Erdogan kali ini telah mengesampingkan kekhawatiran akan langkah mundur dari langkah-langkah ortodoks dan menegaskan kembali dukungan untuk tim ekonominya meskipun ia kalah. Hal ini kemungkinan besar menandakan kelanjutan dari biaya pinjaman yang lebih tinggi dan kebijakan fiskal yang lebih ketat untuk menjinakkan inflasi.

Baca Juga: Peringatan 750 Tahun Meninggalnya Jalaludin Rumi, Erdogan Serukan Membela Kaum Tertindas

Gubernur Bank Sentral Fatih Karahan mengatakan kepada asosiasi perbankan bahwa kebijakan yang ketat akan dipertahankan. Perusahaan-perusahaan seperti Goldman Sachs Group. dan Deutsche Bank AG memperkirakan bahwa performa mata uang ini akan membaik.
(nng)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1319 seconds (0.1#10.140)