Rahasia Terlarang Kitab Jangka Jayabaya: Bencana, Pemimpin Durjana, dan Penyelamat

Kamis, 18 April 2024 - 07:33 WIB
loading...
Rahasia Terlarang Kitab Jangka Jayabaya: Bencana, Pemimpin Durjana, dan Penyelamat
Prabu Jayabaya, raja Kediri yang legendaris, tak hanya dikenal atas kebijakannya yang adil dan bijaksana, tetapi juga diyakini memiliki kekuatan meramal. Foto/Ilustrasi/Ist
A A A
Prabu Jayabaya, sang penguasa Kediri yang legendaris, tak hanya dikenal atas kebijakannya yang adil dan bijaksana, tetapi juga diyakini memiliki kekuatan meramal masa depan. Ramalan-ramalannya itu terhimpun dalam Kitab Jangka Jayabaya, kitab yang diturunkan dari generasi ke generasi dan kini menjadi misteri yang diliputi angker.

Total konon ada ratusan kalimat ramalan Jayabaya dimulai dari 'Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran' atau jika diartikan kelak jika sudah ada kereta tanpa kuda, 'barang jahat diangkat-angkat, barang suci dibenci', yang berarti yang jahat dijunjung - junjung, yang suci justru dibenci', hingga 'Selot-selote mbesuk wolak - waliking zaman teka', yang artinya lambat laun datanglah terbaliknya zaman.

Sementara ada sejumlah bait terakhir ramalan Jayabaya yang konon menggambarkan kondisi Pulau Jawa di kemudian hari. Beberapa ramalan seperti 'polahe wong Jawa kaya gabah diinteri, endi sing bener endi sing sejati, para tapa padha ora wani, padha wedi ngajarake piwulang adi, salah-salah anemani pati', yang artinya tingkah laku orang Jawa seperti padi ditampi mana yang benar mana yang asli para guru semua tidak berani takut menyampaikan ajaran yang benar salah-salah akan menemui ajalnya.

Kemudian dikisahkan juga pada "Misteri Ramalan Jayabaya : Siapa Pemimpin Selanjutnya di Negeri Ini?" Ada istilah di ramalan Jayabaya berbunyi 'banjir bandang ana ngendi-endi, gunung njeblug tan anjarwani tan angimpeni, gethinge kepathi-pati marang pandhita kang oleh pati geni, marga wedi kapiyak wadine sapa sira sing sayekti,' yang berarti banjir besar di mana-mana gunung meletus tidak disangka-sangka, tidak ada isyarat dahulu benci setengah mati dengan pemimpin, yang senang bertapa tanpa makan dan minum, karena takut terbongkar rahasia diri yang sebenarnya.



Berikutnya disebutkan ramalan Jayabaya berbunyi 'pancen wolak-waliking jaman, amenangi jaman edan, ora edan ora kumanan, sing waras padha nggagas, wong tani padha ditaleni, wong dora padha ura-ura, beja-bejane sing lali, isih beja kang eling lan waspadha'.

Di mana arti dari kalimat di atas yakni memang zaman gonjang-ganjing yang menyaksikan zaman gila, kalau tidak gila tidak mendapat bagian, yang sehat pada berpikir, para petani dibelenggu, para pembohong bersuka ria seberuntungnya orang yang lupa, masih beruntung yang ingat dan waspada.

Jayabaya juga menyingung ketidakadilan hukuman pemimpin dan pejabat yang berbuat jahat. Hal ini digambarkan Jayabaya dalam kalimat 'ukuman ratu ora adil, akeh pangkat jahat jahil, kelakuan padha ganjil, sing apik padha kepencil, akarya apik manungsa isin, luwih utama ngapusi', yang artinya 'hukuman pemimpin tidak adil, banyak pejabat yang jahat dan jahil, perilakunya semua ganjil yang benar terpencil berbuat baik manusia malu lebih mengutamakan menipu'.
(hri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1887 seconds (0.1#10.140)