Kemenangan MU Ternyata Efek Magis Sir Alex Ferguson

Jum'at, 08 Maret 2019 - 07:21 WIB
Kemenangan MU Ternyata Efek Magis Sir Alex Ferguson
Kemenangan MU Ternyata Efek Magis Sir Alex Ferguson
A A A
PARIS - Keberadaan video assistant referees atau disingkat VAR boleh saja dianggap ikut membantu Manchester United (MU) lolos ke perempat final Liga Champions. Tapi, ada hal lain yang dinilai lebih memberi pengaruh besar, yaitu magis Sir Alex Ferguson. MU menampilkan hal luar biasa saat menghadapi Paris Saint Germain (PSG) di Parc des Princes, Kamis (7/3).

Setan Merah mampu memperlihatkan lagi sesuatu yang dulu sempat menjadi ciri khas, yakni melakukan comeback. Wakil Liga Primer itu bisa membalas kekalahan 0-2 di Old Trafford dengan kemenangan 3-1. Berkat dua gol Romelu Lukaku (2, 30) dan penalti Marcus Rashford (90) yang sempat dibalas Juan Bernat (12), The Red Devils bisa melenggang karena unggul gol tandang.

Sejumlah pihak menilai sukses MU menyingkirkan PSG berbau keberuntungan. Pasalnya, David de Gea dkk mendapat penalti setelah wasit melihat VAR untuk mengetahui apakah Presnel Kimpembe melakukan handball. Namun, bukan itu saja yang dianggap berjasa atas keberhasilan armada Ole Gunnar Solskjaer, karena beberapa kalangan menyebut sosok Ferguson paling berperan.

Walau tidak ada di sisi lapangan, taktik legendaris berusia 77 tahun itu membantu MU meraih kemenangan. Solskjaer mampu menerapkan lagi permainan menyerang ala Ferguson. Pelatih asal Norwegia itu bahkan bisa dikatakan hampir sepenuhnya mengadopsi strategi sosok yang sudah mundur sebagai nakhoda MU sejak 2013.

Pendapat itu dibenarkan mantan bek MU Gary Neville. Dia menyebut bahwa Solskjaer bisa memunculkan lagi permainan menyerang yang terakhir kali terlihat saat Ferguson masih bertugas. Sesuatu yang tidak ada di era pelatih sebelumnya, seperti David Moyes, Louis van Gaal, sampai dengan Jose Mourinho.

“Performa para pemain sangat luar biasa. Para fans begitu menyukainya. Ini menjadi tiga bulan yang sensasional. Saya pikir, Solskjaer pantas mendapat pekerjaan ini secara permanen,” ucap Neville dilansir skysport. Apa yang dikerjakan Solskjaer setelah ditunjuk sebagai interim memang berbeda dari pendahulunya.

Ketika Moyes, Van Gaal, dan Mourinho berusaha menghapus bayang-bayang Ferguson, dia malah berusaha menghidupkannya lagi. Pendekatan itu membuahkan hasil memuaskan. Terbukti selama mengadopsi metode Ferguson, Solskjaer mampu membukukan 14 kemenangan, dua imbang, dan satu kalah. Dia juga bisa membuka lagi peluang MU untuk meraih gelar bergengsi pada musim ini.

Salah satu hal yang ditiru Solskjaer dari Ferguson adalah membebaskan armadanya berkreasi ketika bertanding. Solskjaer memang memberi instruksi sebelum laga dimulai, tapi ketika di lapangan, para pemain dipersilakan mengambil keputusan yang dianggap paling baik.

Ini berbeda ketika era Mourinho. The Special One ikut campur dalam semua hal, baik itu sebelum kick-off maupun ketika pertandingan berlangsung. Para pemain harus mau mengikuti semua perintah pelatih asal Portugal itu. Ini menyebabkan menurunnya motivasi para pemain. Mourinho juga kerap menggunakan skema bertahan ketimbang menyerang.

Padahal sejatinya, jati diri MU adalah bermain terbuka. Imbasnya, kreativitas di lapangan jadi terhambat. Hal itu pernah dikeluhkan para pemain karena ingin tampil menyerang. Solskjaer juga berani mengambil risiko dengan menurunkan pemain muda atau pelapis seperti yang dilakukan Ferguson. Faktanya, saat bentrok PSG, dia memasukkan Scott McTominay (22 tahun) dalam starting line-up. Lalu Andreas Pereira (23), Victor Lindelof (24), dan tentu saja Rashford (21).

“Saya tidak percaya dengan apa yang terjadi. Saya pikir, ketika Solskjaer pertama datang ke sini adalah hanya untuk menyatukan lagi antara klub dengan fans. Setelah itu, para petinggi akan menunjuk pelatih terbaik di dunia,” kata Neville. Pengaruh Ferguson terhadap MU bukan saja lewat Solskjaer sebagai perantara, juga bisa secara langsung.

Meski bukan lagi pelatih, Fergie kerap mengunjungi para pemain, baik saat latihan maupun sebelum bertanding. Terkadang dia memberi nasihat. Itu terjadi pula pada leg kedua babak 16 besar. Sebelum laga dimulai, Ferguson menyempatkan dulu mendatangi kamar ganti MU. Saat itu Solskjaer memang melarangnya memberi ceramah, tapi hadirnya Ferguson terbukti menambah semangat para pemain untuk tampil lebih percaya diri.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4689 seconds (0.1#10.140)