Piala Presiden Menuju Industri Sepak Bola Ala Spanyol, Mengapa Tidak?

Jum'at, 12 April 2019 - 05:37 WIB
Piala Presiden Menuju Industri Sepak Bola Ala Spanyol, Mengapa Tidak?
Piala Presiden Menuju Industri Sepak Bola Ala Spanyol, Mengapa Tidak?
A A A
JAKARTA - Kompetisi sepak bola Piala Presiden sudah mendapat tempat yang mapan di kancah sepak bola nasional. Jumlah penonton yang menembus rekor, dan kegairahan televisi nasional menayangkan kompetisi lokal, menjadi modal positif menyongsong industri sepak bola profesional bernilai komersial tinggi.

Persebaya Surabaya mencatat rekor jumlah penonton tertinggi saat menjamu TIRA Persikabo pada perempat final Piala Presiden 2019 dengan 42.230 penonton yang memadati Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jumat (29/3/2019) sore. Jumlah itu diprediksi meningkat pada final leg pertama dan kedua melawan Arema FC, Selasa (9/4/2019) dan Jumat (12/4/2019).

Di Madura, kegairahan yang sama tercipta saat Madura United menjamu Persebaya pada leg kedua semifinal di Stadion Gelora Pamelingan, Kabupaten Pamekasan, Sabtu (6/4/2019) malam. Tiket sebanyak 11.000 lembar ludes dua hari sebelum laga digelar.

Menurut Ketua Local Organizing Committee (LOC) laga Madura united vs Persebaya, Moh Alwi, animo fans menyaksikan Sape Kerrab -julukan Madura United- beraksi sangat besar, sehingga mereka menyediakan layar lebar di luar stadion untuk memfasilitasi penonton yang tidak kebagian tiket.

Ini menjadi fakta yang menggembirakan di tengah upaya Indonesia menciptakan sepak bola yang bersih dari pengaturan skor dan praktik curang. Sepak bola nasional masih mendapat kepercayaan besar dari mayoritas penggila sepak bola nasional, dan ini menjadi modal positif dalam membangun industri sepak bola yang berpotensi memberi kontribusi besar menggerakkan roda ekonomi nasional.

Industri sepak bola yang sehat sejatinya bisa menghidupi banyak orang. Tengok saja apa yang dilakukan Spanyol. Laman resmi La Liga (www.laliga.es) mengungkap, industri sepak bola profesional Spanyol mampu menghasilkan 185 ribu pekerjaan dan menyumbang 4,1 miliar euro atau setara 65,4 triliun untuk pajak. Selain itu, omset mereka setara dengan 1,37% dari produk domestik bruto (PDB) Spanyol.

Data tersebut diungkap perusahaan konsultan PricewaterhouseCoopers (PwC) setelah melakukan studi independen tentang dampak sosial ekonomi industri sepak bola profesional di Spanyol. PwC menggunakan data terbaru yang tersedia dari musim 2016/2017, dan mempresentasikannya dalam laporan bertajuk Keuangan, Fiskal, dan Dampak Sosial dari Sepak Bola Profesional di Spanyol, yang disajikan Jordi Esteve dan Pablo Bascones pada 28 Februari lalu.

Kompetisi La Liga Spanyol juga menghasilkan pendapatan tambahan di sektor lain seperti katering, akomodasi, bar, dan pariwisata domestik yang menumbuhkan uang mendekati nilai 4 miliar euro atau setara Rp63,8 triliun.

Dampak yang ditimbulkan sepak bola di bidang ekonomi lainnya juga signifikan, seperti kontribusi dari penyediaan makanan, transportasi, dan akomodasi yang terkait dengan acara olahraga yang diadakan di stadion mencapai 2,4 miliar euro (Rp38,3 triliun) pada musim 2016/17.

Selain itu, keuntungan yang dihasilkan dari pengunjung stadion, angka penonton yang tinggi untuk pertandingan La Liga membantu bar Spanyol menyerap sekitar 1,23 miliar euro (Rp19,6 triliun), dan menghasilkan 19.415 pekerjaan dalam proses tersebut.

"Olahraga, sepak bola pada umumnya dan profesional khususnya, adalah sektor strategis untuk proyeksi reputasi Spanyol di luar negeri, karena selain dampak ekonomi dan sosial, ia menyebarkan nilai-nilai masyarakat modern dan demokratis, seperti masyarakat Spanyol", kata Asisten Manajer Periklanan Espana Global, Ester Borra.

Nah, Indonesia bisa meniru cara Spanyol mendulang benefit dari kompetisi sepak bola profesional. Piala Presiden sudah mendapat atensi besar dari penonton yang merupakan modal menuju industri sepak bola profesional.

Upaya ini akan semakin mungkin tercapai dengan adanya transparansi dalam penyelenggaraan Piala Presiden tahun ini, utamanya soal keuangan. Keterbukaan akan membuat kualitas kompetisi semakin sempurna, baik kualitas penyelenggaraan, bobot kompetisi, dan terciptanya fair play.

Upaya Ketua Steering Sommittee (SC) Maruarar Sirait mencanangkan Piala Presiden sebagai kompetisi yang bersih dengan menjaga transparansi, fair play, dan haram pengaturan skor layak diacungi jempol. Sebab, roh kompetisi adalah persaingan yang sehat dan jujur sehingga mendapat kepercayaan penuh dari fans maupun media massa.

Dengan semakin mendapat hati dari penggemar dan media massa, bukan tak mungkin industri sepak bola Indonesia akan mengikuti jejak Spanyol. Semoga...
(sha)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.7877 seconds (0.1#10.140)