Mission Impossible Jaga Tradisi Emas Indonesia di Olimpiade usai Jago Bulu Tangkis Berguguran
loading...
A
A
A
Kekalahan Jonatan Christie dan Anthony Ginting di fase grup cabang bulu tangkis Olimpiade Paris 2024 membuat sejumlah kalangan ragu Indonesia bisa mempertahankan tradisi emas di pesta olahraga terbesar. Mampukah Merah Putih kembali berkibar tinggi di Olimpiade di tengah wakil yang berguguran?
Indonesia memiliki sejarah panjang dan membanggakan dalam ajang Olimpiade, khususnya di cabang olahraga bulutangkis. Sejak meraih medali emas pertama pada Olimpiade Barcelona 1992 melalui Susi Susanti dan Alan Budikusuma, Indonesia terus mencatatkan prestasi gemilang, di mana bulu tangkis menjadi tulang punggung meraih emas.
Namun, menjaga tradisi emas ini tidaklah mudah dan menghadapi berbagai tantangan yang semakin kompleks seiring waktu. Chief de Mission (CdM) kontingen Indonesia Anindya Bakrie bertekad melanjutkan tradisi emas Tim Merah Putih di Olimpiade Paris 2024 .
Anin -sapaan akrab Anindya Bakrie- pun mengungkapkan tiga cabang olahraga yang ditargetkan mendapatkan medali itu. Hal itu disampaikan saat berkunjung ke redaksi iNews Media Group beberapa waktu lalu.
"Satu (emas, target Olimpiade Paris 2024), kan paling tinggi itu tahun 1992 yaitu saat Badminton meraih dua emas, berarti Alan (Budikusuma) sama Susi (Susanti). Sejak itu badminton selalu ngasih emas selain 2012," ujar Anin dalam pertemuan bersama tim iNews Media Group, Rabu (17/7/2024).
"Tentu kita berharap, panjat tebing juga mendapat medali, angkat besi kita juga berharap. Bisa ditebak kira-kira kita berharap apa? Ya harapan kita paling sedikit mendapat emas, syukur-syukur sama dengan di Barcelona (1992, Indonesia dapat dua emas, red), kalau bisa lebih," tambahnya.
Salah satu tantangan utama adalah meningkatnya persaingan global. Negara-negara lain seperti China, Jepang, dan Korea Selatan telah berinvestasi besar-besaran dalam pengembangan atlet dan fasilitas olahraga mereka. Ini menyebabkan kompetisi di tingkat internasional semakin ketat, dan Indonesia harus terus berinovasi untuk tetap kompetitif.
Misalnya, di cabang bulutangkis, dominasi Indonesia mulai terancam dengan munculnya atlet-atlet muda berbakat dari negara lain. China dan Jepang, khususnya, telah menunjukkan perkembangan pesat dengan menelurkan pemain-pemain yang mampu bersaing di tingkat tertinggi. Bahkan, India telah menjelma sebagai kekuatan baru di bulu tangkis dunia.
Keterbatasan fasilitas dan dana juga menjadi hambatan signifikan. Meski ada upaya dari pemerintah dan berbagai pihak untuk meningkatkan fasilitas olahraga, masih banyak yang perlu diperbaiki. Banyak atlet yang mengeluhkan minimnya fasilitas latihan yang memadai, mulai dari peralatan hingga kondisi lapangan yang sering kali kurang optimal.
Indonesia memiliki sejarah panjang dan membanggakan dalam ajang Olimpiade, khususnya di cabang olahraga bulutangkis. Sejak meraih medali emas pertama pada Olimpiade Barcelona 1992 melalui Susi Susanti dan Alan Budikusuma, Indonesia terus mencatatkan prestasi gemilang, di mana bulu tangkis menjadi tulang punggung meraih emas.
Namun, menjaga tradisi emas ini tidaklah mudah dan menghadapi berbagai tantangan yang semakin kompleks seiring waktu. Chief de Mission (CdM) kontingen Indonesia Anindya Bakrie bertekad melanjutkan tradisi emas Tim Merah Putih di Olimpiade Paris 2024 .
Anin -sapaan akrab Anindya Bakrie- pun mengungkapkan tiga cabang olahraga yang ditargetkan mendapatkan medali itu. Hal itu disampaikan saat berkunjung ke redaksi iNews Media Group beberapa waktu lalu.
"Satu (emas, target Olimpiade Paris 2024), kan paling tinggi itu tahun 1992 yaitu saat Badminton meraih dua emas, berarti Alan (Budikusuma) sama Susi (Susanti). Sejak itu badminton selalu ngasih emas selain 2012," ujar Anin dalam pertemuan bersama tim iNews Media Group, Rabu (17/7/2024).
"Tentu kita berharap, panjat tebing juga mendapat medali, angkat besi kita juga berharap. Bisa ditebak kira-kira kita berharap apa? Ya harapan kita paling sedikit mendapat emas, syukur-syukur sama dengan di Barcelona (1992, Indonesia dapat dua emas, red), kalau bisa lebih," tambahnya.
Salah satu tantangan utama adalah meningkatnya persaingan global. Negara-negara lain seperti China, Jepang, dan Korea Selatan telah berinvestasi besar-besaran dalam pengembangan atlet dan fasilitas olahraga mereka. Ini menyebabkan kompetisi di tingkat internasional semakin ketat, dan Indonesia harus terus berinovasi untuk tetap kompetitif.
Misalnya, di cabang bulutangkis, dominasi Indonesia mulai terancam dengan munculnya atlet-atlet muda berbakat dari negara lain. China dan Jepang, khususnya, telah menunjukkan perkembangan pesat dengan menelurkan pemain-pemain yang mampu bersaing di tingkat tertinggi. Bahkan, India telah menjelma sebagai kekuatan baru di bulu tangkis dunia.
Keterbatasan fasilitas dan dana juga menjadi hambatan signifikan. Meski ada upaya dari pemerintah dan berbagai pihak untuk meningkatkan fasilitas olahraga, masih banyak yang perlu diperbaiki. Banyak atlet yang mengeluhkan minimnya fasilitas latihan yang memadai, mulai dari peralatan hingga kondisi lapangan yang sering kali kurang optimal.