Pekerjakan Legenda Tak Jamin Meraih Kesuksesan

Sabtu, 11 Januari 2020 - 19:17 WIB
Pekerjakan Legenda Tak Jamin Meraih Kesuksesan
Pekerjakan Legenda Tak Jamin Meraih Kesuksesan
A A A
JAKARTA - Selama beberapa tahun ke belakang. Tren klub mendatangkan pelatih baru mengalami perubahan. Tengok saja, apa yang dilakukan Barcelona dengan Pep Guardiola dan Luis Enrique.

Guardiola dan Enrique diketahui merupakan mantan legenda Barcelona yang kembali dipekerjakan oleh klub. Awalnya, banyak yang mencibir keputusan namun seiring waktu perubahan itu berubah menjadi pujian. (Baca juga: Karier Ernesto Valverde Tersandera Presiden Barcelona )

Pasalnya, baik Guardiola maupun Enrique banyak menghadirkan gelar juara buat Barcelona. Dua pelatih tersebut juga memiliki kesamaan, yakni sama-sama memutuskan menanggalkan jabatan pelatih.

Setelah ditinggal Enrique, Barcelona membawa Ernesto Valverde ke Camp Nou. Dia merupakan mantan pemain Barcelona di era 1988-1990. Pelatih berusia 55 tahun itu mencoba untuk menularkan kesuksesannya sebagai pemain saat ia menjabat pelatih Blaugrana.

Di musim pertamanya, Valverde berhasil menghadirkan dua trofi juara yakni Liga Spanyol dan Copa del Rey 2017/2018. Memasuki musim kedua, perjalanan karier Valverde terasa berat lantaran ia dihadapkan dengan banyaknya kritikan dari penggemar.

Ini terjadi setelah Barcelona selalu gagal membawa trofi Liga Champions dalam dua musim terahir. Namun, Valverde selalu punya cara untuk membersihkan namanya. Ya, gelar Liga Spanyol dan Piala Super Spanyol diberkan untuk penggemar yang selama ini meragukan kemampuannya.

Pada musim ketiga, hashtag #ValverdeOut beberapa kali ramai di media sosial Twitter. Tak jarang penggemar meminta klub untuk segera memecat mantan ahli strategi Athletic Bilbao.

Puncaknya, kekesalan penggemar terjadi usai Barcelona tersingkir dan gagal memertahankan gelar Piala Super Spanyol usai dikalahkan Atletico Madrid di semifinal dengan skor 1-2.

Spekulasi pun muncul. Xavi Hernandez yang notabene merupakan legenda Barcelona siap diperkerjakan Azulgrana. Beberapa laporan menyebut jika klub mengutus Eric Abidal dan Oscar Grau untuk bertemu dengan Xavi Hernandez ke Qatar.

Xavi menjadi kandidat terkuat menjadi pengganti Valverde di Camp Nou. Maklum saja, sebagai mantan pemain dia pernah meraih kesuksesan bersama klub dengan memenangkan delapan gelar Liga Spanyol dan empat trofi Liga Champions selama kariernya bermain di Barcelona.

Meski demikian, kehadiran Xavi belum tentu memberikan jaminan kesuksesan. Siapa sajakah mereka?

Berikut 3 Pemain yang Gagal Jadi Pelatih


1. Roberto Di Matteo

Roberto Di Matteo adalah mantan pemain Chelsea dan ia menerima pinangan klub untuk menjadi pelatih pada 2012 lalu, setelah sebelumnya menjadi asisten Villas-Boas. Di musim pertamanya, Di Matteo berhasil memenangkan trofi Piala FA dan Liga Champions pertama klub usai mengalahkan Bayern Muenchen melalui drama adu penalti.

Namun karier kepelatihannya tidak semulus di musim debutnya. Ini tak lepas dari kekalahan menyakitkan usai dikalahkan Juventus dengan skor 0-3 di Liga Champions. Saat itu pemilik Chelsea, Roman Abramovich memecat Di Matteo setelah rapat darurat tengah malam di kamp latihan klub.

Kegagalan Di Matteo memertahankan kursi pelatih lantaran eksperimen atau strategi yang dilakukannya justru membawa Chelsea dalam kehancuran. Dalam delapan laga yang ia lalui hanya dua kali yang berbuah kemenangan. Sehingga tak aneh, Abramovich pun mengambil keputusan tersebut.

2. Alan Shearer

Rekor pencetak gol Liga Premier, legenda Newcastle United dan striker mematikan Inggris sangat melekat pada Alan Shearer. Betapa tidak, sewaktu masih menjadi pemain kariernya begitu cemerlang dan penuh dengan kesuksesan.

Pada 2006, Shearer akhirnya memutuskan untuk pensiun dari dunia sepak bola yang telah membesarkan namanya tersebut. Dia pun menerima pekerjaan sebagai komentator di salah satu televisi di Inggris.

Selang tiga tahun kemudian, Shearer menerima pinangan Newcastle untuk menjadi pelatih klub. Dia pun mencoba peruntungannya, namun kesuksesan sebagai pemain tidak menular.

Perjalanan karier Shearer sebagai pelatih terlalu singkat. Pasalnya, dia hanya berhasil melakoni delapan pertandingan bersama Newcastle sebelum akhirnya klub memutuskan untuk memecatnya. Terhitung pada 1 April - 24 Mei 2009, Shearer hanya mampu memetik sekali menang, dua seri, dan lima kalah dengan persentase 12,50% kemenangan.

3.Thierry Henry

Thierry Henry memulai kariernya sebagai pesepak bola saat ia tampil bersama skuat utama AS Monaco 1994-1999. Setelah itu penyerang asal Prancis itu pindah ke Juventus, sebelumnya akhirnya mendapatkan pengakuan mengesankan saat membela Arsenal.

Selama delapan tahun membela Meriam London, sederet prestasi pernah ditorehkan Henry. Mulai dari pencetak gol tersubur Liga Inggris selama empat musim beruntun (2001/2002-2005/2006), runner up Ballon d'Or 2003, hingga membawa Arsenal merebut enam trofi juara.

Setelah pensiun sebagai pesepak bola pada 16 Desember 2014, Henry mendampingi Roberto Martinez sebagai asisten pelatih Belgia. Itu merupakan batu loncatan sebelum pemain berkepala plontos itu memulai karier kepelatihannya bersama Monaco.

Karier kepelatihannya bersama Monaco tak semulus perjalanan kariernya sebagai pesepak bola. Sebab, Henry hanya mampu bertahan selama tiga bulan setelah kehilangan 11 dari 20 pertandingan di semua kompetisi. Klub akhirnya memutuskan memecatnya dan posisinya digantikan Leonardo Jardim.
(mir)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4832 seconds (0.1#10.140)