Pelatih Juventus Maurizio Sarri Kehilangan Kendali di Ruang Ganti

Kamis, 13 Februari 2020 - 11:37 WIB
Pelatih Juventus Maurizio Sarri Kehilangan Kendali di Ruang Ganti
Pelatih Juventus Maurizio Sarri Kehilangan Kendali di Ruang Ganti
A A A
MILAN - Masalah ruang ganti Juventus diungkapkan media Italia Corrieredello Sport. Mereka menulis jika Pelatih Juventus Maurizio Sarri telah kehilangan kendali di ruang ganti setelah LaVecchia Signora menelan kekalahan 1-2 dari Hellas Verona, Minggu (9/2/2020).

Sarri disebutkan hanya bisa melihat saat para pemain senior mengambil alih sesi talk team. Pemain seperti Leonardo Bonucci, Gianluigi Buffon, dan Cristiano Ronaldo lebih banyak berbicara dibandingkan Sarri. Mantan pelatih Chelsea itu hanya melihat dan mendengarkan para pemain senior berbicara pada anggota tim.

Pelatih yang memberikan gelar Liga Europa kepada Chelsea itu tak menampik jika para pemain senior memiliki sesi berbicara diruang ganti. Hanya, arsitek tim ber usia 61 tahun itu membantah jika ada kudeta kendali di ruang kendali. Dia meredam dengan menyebut pemain senior membantunya mencari solusi di ruang ganti.

Sebenarnya bukan kali ini saja Sarri kehilangan kendali di ruang ganti. Saat menaungi Chelsea, saat itu para pemain The Blues mulai meninggalkan Sarri dan berkurang respek. “Pemain sudah berlatih dengan benar. Tapi, terkadang dipertandingan mereka tak bisa mengeluarkan potensi terbaik. Jadi, saya ingin ada yang memantau,” kata Sarri, dikutip Forbes, terkait situasi Juve.

Dari awal, sebenarnya tak semua optimistis Sarri bisa mempertahankan hegemoni Juve di Seri A. Pelatih kelahiran Napoli itu didatangkan dari Chelsea dengan harapan membuat permainan Juve menjadi lebih menarik dan berorientasi pada hasil. Berbeda dengan era Massimiliano Allegri yang lebih berorientasi kemenangan dibandingkan permainan.

Masalahnya, “Sarriball” yang menjadi identitasnya bersama Napoli sudah mulai terbaca. Tekanan garis tinggi dalam formasi 4-3-3 atau 4-3-1-2 yang menjadi favorit Sarri tak selalu bekerja maksimal. Ada ketidakseimbangan dalam transisi bertahan setelah mereka menyerang kemudian kehilangan bola. Akibatnya, musim ini Juve sama sekali tidak istimewa.

Mereka bukan pemuncak klasemen, bukan tim tersubur, dan juga bukan tim dengan pertahanan terbaik. Produktivitas mereka terburuk di antara empat besar dan pertahanan Juve terburuk kedua dibandingkan Inter Milan, Lazio, dan Atalanta. Di tengah semua keraguan itu, media Italia menyebut semua kelemahan tersebut berhasil di tutupi Ronaldo dengan 20 golnya musim ini.

Salah satu alasan kenapa Juve tak bisa menjadi tim Sarri sepenuhnya, itu karena tidak ada anak emas bernama Jorginho. Jorginho adalah metronom Sarriball bersama Napoli atau Chelsea.

Kini, Sarri dikabarkan berada dalam tekanan. Beberapa nama mengemuka sebagai pengganti. Ada Allegri, yang sebenarnya masih terikat kontrak sebagai pelatih Juve, dan Pep Guardiola yang kontraknya berakhir tahun depan. Tapi, menurut SkySport Italia, Presiden Juventus Andrea Agnelli masih percaya kepada Sarri untuk memimpin Ronaldo dkk.

Kepercayaan yang tentu harus dibayar dengan kemenangan demi kemenangan, termasuk pada semifinal Coppa Italia melawan AC Milan di Stadion San Siro. Milan juga berada dalam kondisi terluka setelah menelan kekalahan 2-4 pada derby della madoninna, Senin (11/2). “Selalu ada kekhawatiran ketika kami kehilangan pertandingan. Tapi, kami terus bekerja dan segera memikirkan pertandingan berikutnya di Coppa Italia dan kemudian kembali ke liga,” tutur penjaga gawang Juve Wojciech Szczesny, yang baru saja memperpanjang kontrak di Allianz Stadium.

Milan juga sedang berusaha mengembalikan kemenangan setelah imbang melawan Hellas Verona dan dikalahkan Inter. “Sulit untuk menjelaskan apa yang terjadi. Kami berhenti bermain, tim berhenti percaya, kami berhenti menekan,” kata penyerang Milan Zlatan Ibrahimovic. (Ma’ruf)
(ysw)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2047 seconds (0.1#10.140)