Pertaruhan Patrick Kluivert dan Kebijakan Naturalisasi Diuji!
loading...

Keputusan PSSI menunjuk legenda sepak bola Belanda, Patrick Kluivert, sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia menggantikan juru taktik asal Korea Selatan, Shin Tae-yong, jelas bukan tanpa riak / Foto: Aldhi Chandra Setiawan
A
A
A
Keputusan PSSI menunjuk legenda sepak bola Belanda, Patrick Kluivert , sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia menggantikan juru taktik asal Korea Selatan, Shin Tae-yong, jelas bukan tanpa riak. Langkah ini menjadi sorotan tajam, mengingat Shin dinilai telah membawa perubahan positif bagi skuad Garuda. Apakah ini langkah maju yang berani atau justru blunder yang bisa berbalik menghantui?
Fenomena naturalisasi pemain keturunan Belanda kian mewarnai Timnas Indonesia. Dari sebelas pemain yang menaklukkan Arab Saudi di Jakarta pada November lalu, delapan di antaranya lahir di Negeri Kincir Angin. Hal ini memunculkan pertanyaan menarik sekaligus menggelitik: "Apakah kita sedang menonton Timnas Belanda atau Indonesia?" sindir gelandang Vietnam, Do Duy Manh.
Di balik hiruk pikuk naturalisasi, Shin Tae-yong berhasil membawa Timnas Indonesia bertengger di posisi ketiga klasemen Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026, hanya terpaut satu poin dari zona lolos otomatis. Rekam jejak kepelatihannya pun tak main-main, termasuk menjuarai Liga Champions Asia dan memimpin Korea Selatan di Piala Dunia.
Namun, alasan PSSI memberhentikannya adalah kebutuhan akan pelatih dengan komunikasi dan pemahaman taktik yang lebih mendalam, terutama seiring bertambahnya pemain naturalisasi yang mayoritas berbahasa Belanda. Tapi jika merujuk rekam jejak kedua pelatih, riwayat kepelatihan Kluivert jauh di bawah Shin.
Pengalaman melatihnya terbatas sebagai asisten di Timnas Belanda dan Kamerun, serta dua periode singkat melatih Curacao. Hal ini menimbulkan keraguan besar di kalangan pengamat dan penggemar. Mampukah seorang legenda lapangan hijau tanpa pengalaman melatih yang solid menaklukkan tantangan di Timnas Indonesia, negara dengan 280 juta penduduk yang haus akan prestasi sepak bola?
Ketua PSSI, Erick Thohir, melihat penunjukan Kluivert sebagai langkah strategis untuk meningkatkan kualitas taktik tim dan menarik lebih banyak pemain keturunan Belanda berkualitas untuk membela Merah Putih. Namun, ini adalah pertaruhan besar.
Jika Kluivert gagal membawa hasil positif, bukan hanya reputasi pelatih dan federasi yang dipertaruhkan, tetapi juga pertanyaan mendasar tentang identitas Timnas Indonesia yang kini didominasi pemain naturalisasi. Apa yang ditakutkan akhirnya benar-benar terjadi.
Pada laga debutnya 20 Maret 2025, Kluivert gagal membawa Timnas Indonesia menang. Tak tanggung-tanggung, gawang Skuad Garuda yang dikawal Maarten Paes kebobolan lima gol (1-5) dari Australia dalam laga lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia di Stadion Sydney.
Kekalahan ini tak hanya membuat posisi Timnas Indonesia merosot ke urutan keempat klasemen sementara Grup C. Tapi juga kemampuannya menangani pemain naturalisasi.
Ya, dalam laga melawan Australia. Kluivert menurunkan 10 dari 11 pemain naturalisasi. Hanya Marselino Ferdinan, yang terpilih sebagai pemain lokal untuk tampil sebagai starter.
Fenomena naturalisasi pemain keturunan Belanda kian mewarnai Timnas Indonesia. Dari sebelas pemain yang menaklukkan Arab Saudi di Jakarta pada November lalu, delapan di antaranya lahir di Negeri Kincir Angin. Hal ini memunculkan pertanyaan menarik sekaligus menggelitik: "Apakah kita sedang menonton Timnas Belanda atau Indonesia?" sindir gelandang Vietnam, Do Duy Manh.
Di balik hiruk pikuk naturalisasi, Shin Tae-yong berhasil membawa Timnas Indonesia bertengger di posisi ketiga klasemen Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026, hanya terpaut satu poin dari zona lolos otomatis. Rekam jejak kepelatihannya pun tak main-main, termasuk menjuarai Liga Champions Asia dan memimpin Korea Selatan di Piala Dunia.
Namun, alasan PSSI memberhentikannya adalah kebutuhan akan pelatih dengan komunikasi dan pemahaman taktik yang lebih mendalam, terutama seiring bertambahnya pemain naturalisasi yang mayoritas berbahasa Belanda. Tapi jika merujuk rekam jejak kedua pelatih, riwayat kepelatihan Kluivert jauh di bawah Shin.
Pengalaman melatihnya terbatas sebagai asisten di Timnas Belanda dan Kamerun, serta dua periode singkat melatih Curacao. Hal ini menimbulkan keraguan besar di kalangan pengamat dan penggemar. Mampukah seorang legenda lapangan hijau tanpa pengalaman melatih yang solid menaklukkan tantangan di Timnas Indonesia, negara dengan 280 juta penduduk yang haus akan prestasi sepak bola?
Pertaruhan Erick Thohir dan Masa Depan Timnas Indonesia
Ketua PSSI, Erick Thohir, melihat penunjukan Kluivert sebagai langkah strategis untuk meningkatkan kualitas taktik tim dan menarik lebih banyak pemain keturunan Belanda berkualitas untuk membela Merah Putih. Namun, ini adalah pertaruhan besar.
Jika Kluivert gagal membawa hasil positif, bukan hanya reputasi pelatih dan federasi yang dipertaruhkan, tetapi juga pertanyaan mendasar tentang identitas Timnas Indonesia yang kini didominasi pemain naturalisasi. Apa yang ditakutkan akhirnya benar-benar terjadi.
Pada laga debutnya 20 Maret 2025, Kluivert gagal membawa Timnas Indonesia menang. Tak tanggung-tanggung, gawang Skuad Garuda yang dikawal Maarten Paes kebobolan lima gol (1-5) dari Australia dalam laga lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia di Stadion Sydney.
Kekalahan ini tak hanya membuat posisi Timnas Indonesia merosot ke urutan keempat klasemen sementara Grup C. Tapi juga kemampuannya menangani pemain naturalisasi.
Ya, dalam laga melawan Australia. Kluivert menurunkan 10 dari 11 pemain naturalisasi. Hanya Marselino Ferdinan, yang terpilih sebagai pemain lokal untuk tampil sebagai starter.
Lihat Juga :