Simalakama Liga 1: Ditangguhkan Jadi Beban Klub, Dilanjutkan Jadi Klaster
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penundaan Liga 1 dan Liga 2 ibarat buah simalakama. Penangguhan di tengah pandemi virus corona memang bisa meminimalisasi potensi munculnya klaster sepak bola. Namun di sisi lain, beban finansial klub bertambah berat di tengah minimnya pemasukan.
Kompetisi Liga 1 sejatinya akan kembali digulirkan besok di Stadion Maguwoharjo, Yogyakarta. Laga PSS Sleman versus Persik Kediri dijadwalkan akan menjadi pertandingan pembuka pascakompetisi ditangguhkan sejak pertengahan Maret lalu akibat pandemi virus corona. (Baca: Penyebab Rezeki Tidak Lancar dan Penawarnya)
Namun, pernyataan Polri yang tidak menerbitkan izin keramaian termasuk kompetisi sepak bola mengubah skenario awal. PSSI lantas memutuskan menunda Liga 1 dan Liga 2 hingga situasi kesehatan dinilai sudah memungkinkan.
PSSI menyatakan, penundaan ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk memprioritaskan keamanan, keselamatan dan kesehatan pemain serta ofisial. Apalagi, sejumlah pemain sudah terkonfirmasi terinfeksi virus corona sebelum kompetisi bergulir.
Namun, di sisi lain, penundaan ini secara finansial merugikan tim kontestan terutama yang berasal dari luar Pulau Jawa. Pasalnya, Liga 1 rencananya hanya akan digulirkan di Jawa dan seluruh tim sudah memilih homebase masing-masing.
Mulai dari transportasi hingga akomodasi pemain serta ofisial yang nilainya tidak sedikit. Status tim musafir membuat manajemen terpaksa merogoh kocek dalam-dalam. Borneo FC misalnya yang sudah melakukan persiapan menghadapi kelanjutan kompetisi Liga 1 dalam 1 bulan terakhir.
Tim berjuluk Pesut Etam itu sudah memilih Yogyakarta sebagai homebase untuk mengarungi sisa Liga 1. Bahkan, pemain dan ofisial tim berjumlah 46 orang sudah dijadwalkan bertolak dari Samarinda hari ini. (Baca juga: Kemendikbud: Aplikasi untuk Paket Kuota Belajar Akan Ditambah)
“Mereka tidak memikirkan klub. Kemarin klub diberi harapan jika kompetisi digulirkan dan kita menyiapkan semuanya. Agar di tengah kondisi ini tim masih bisa berprestasi, tapi sekarang harus ditunda lagi harapan itu,” tegas Manajer Borneo FC Samarinda Farid dilansir laman klub kemarin.
Dia menjelaskan, Borneo FC sangat memahami risiko menggelar kompetisi di tengah pandemi yang tidak kunjung terkendali. Namun, jaminan jika kompetisi akan bergulir pada 1 Oktober membuat manajemen memutuskan kembali mengumpulkan pemain dengan pengawasan kesehatan yang dilakukan secara ketat.
Selama fase tersebut, menurut dia, manajemen sudah memfasilitasi latihan dan uji coba, perawatan kesehatan pemain hingga menyiapkan kebutuhan di Yogyakarta yang akan menjadi homebase.
“Semua persiapan yang dilakukan tidak ada artinya. Diabaikan setelah diberi harapan. Padahal manajemen sudah menyiapkan semuanya di Yogya. Termasuk panpel dan juga tiket penerbangan untuk 46 orang. Selain itu juga downpayment untuk hotel di Madura. Semua terbuang sia-sia,” kesalnya. (Baca juga: Fahri Hamzah Dorong Fadli Zon Ungkap Sejarah Komunis dan PKI)
Dia juga mengkritik PSSI dan operator PT Liga Indonesia Baru (LIB). Menurut dia, dalam beberapa kali pertemuan terkait persiapan Liga 1 , tidak sekalipun dibahas izin keramaian dari kepolisian. Padahal, izin tersebut menjadi kunci menggelar pertandingan.
“Kita sudah menjalani beberapa kali meeting dan tidak ada sama sekali bahasan perihal izin keamanan dari kepolisian. Jadi terkesan sekarang liga ini menjalankan kelanjutan liga secara terburu-buru,” ungkap.
Sementara itu, kubu Arema FC sangat menyayangkan keputusan penundaan di tengah seluruh tim bersiap menyambut laga pertama. Penangguhan kompetisi untuk kedua kalinya ini dinilai tidak hanya berdampak besar pada klub namun juga pemain serta ofisial. Tidak hanya itu, publik juga sangat dirugikan lantaran sudah menunggu sejak lama bergulirnya kompetisi.
“Ini tidak hanya tentang klub tetap juga keluarga pemain, ofisial dan semua yang bekerja di klub. Mereka yang terkena dampaknya,” kata Media Officer Arema FC Sudarmaji. (Baca juga: Saatnya Menjadi Tuan Rumah Industri Halal)
Ketua PSSI Mochammad Iriawan tidak menampik jika penundaan ini akan berdampak luas pada pemain, pelatih, tim kontestan. Namun, menurut dia, menunda kompetisi dengan alasan kemanusian menjadi opsi paling realistis di tengah pandemi virus korona yang tidak terkendali.
“Tentunya keamanan dan keselamatan semua pihak menjadi prioritas. Memang dampaknya sangat luas tapi ini alasan kemanusiaan yang dikedepankan. Kepada klub, pemain, dan wasit untuk tetap semangat. Ikuti dan hormati apa yang digariskan pemerintah,” katanya di Kemenpora, kemarin.
Pria yang akrab disapa Iwan Bule itu berharap, penundaan kompetisi ini setidaknya maksimal hanya satu bulan kedepan. Dia optimistis situasi pandemi virus corona sudah bisa ditoleransi pada November mendatang.
Hal ini juga tidak lepas dari agenda padat federasi hingga 2021 mendatang. Berdasarkan kalkulasi PSSI, jika kembali digulirkan pada November, kompetisi bisa rampung sesuai target pada Maret tahun depan.
“Tapi kalau Desember akan sulit karena April sudah memasuki Ramadan. Sementara Mei Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Jadi kita berharap penundaan ini hanya 1 bulan dan kompetisi bisa digulirkan pada November,” jelasnya.
Manajer Persita Tangerang I Nyoman Suryanthara menyatakan sangat memahami alasan penundaan kompetisi di tengah pandemi virus korona. Namun demikian, dia mempertanyakan kepastian kelanjutan Liga 1 di tengah situasi kesehatan di Tanah Air yang tidak kunjung membaik. (Baca juga: PBB: Korea Utara Abaikan Sanksi Nuklir)
Menurut dia, harus ada jaminan dari PSSI atau LIB terkait penundaan yang diprediksi hanya satu bulan. Alasannya, hal tersebut berkaitan dengan persiapan tim. Dia berharap, ada keputusan tegas dari operator maupun federasi terkait kelanjutan kompetisi agar klub melakukan kalkulasi persiapan dan operasional.
“Siapa yang bisa memastikan kondisi pandemi ini ke depannya? Jawaban pertanyaan ini sebenarnya yang kami tunggu. Karena ini akan terkait juga dengan kondisi dan persiapan klub selanjutnya,” tegasnya.
Sementara itu, Persija Jakarta menyatakan menghormati keputusan PSSI menunda kompetisi dengan alasan kesehatan dan keselamatan akibat pandemi virus corona. Dengan penundaan ini, Macan Kemayoran akan memanfaatkan waktu yang ada untuk lebih memaksimalkan persiapan.
“Persiapan tim tidak hanya dari teknis, namun juga dari non teknis. Kami berharap, situasi kembali kondusif agar kompetisi berputar. Seluruh pemain, ofisial dan juga Jakmania jangan lengah terhadap pandemi,” kata Presiden Klub Persija Mohammad Prapanca. (Lihat videonya: Habiskan 300M, Proyek Kota Baru Lampung Kini Jadi Kota Mati)
Sementara Menteri Pemuda dan Olahraga Zainuddin Amali menyatakan mendukung keputusan PSSI untuk menunda lanjutan kompetisi Liga 1 dan Liga 2. Menurut dia, izin keramaian menjadi hal mutlak dalam menggulirkan pertandingan sepak bola.
Karena itu, Menpora meminta semua stakeholder sepakbola Indonesia untuk memahami keputusan ini. “Mohon kepada seluruh insan sepakbola nasional, juga bisa memahami apa yang diputuskan oleh PSSI. Kita berharap pandemi ini segera berakhir. Semoga sebulan kedepan ada tanda-tanda kondisi yang membaik,” tambahnya. (Abriandi)
Lihat Juga: Bukan Wasit Qatar, Laga Timnas Indonesia vs Jepang Dipimpin Wasit Iran Bonyadifard Mooud
Kompetisi Liga 1 sejatinya akan kembali digulirkan besok di Stadion Maguwoharjo, Yogyakarta. Laga PSS Sleman versus Persik Kediri dijadwalkan akan menjadi pertandingan pembuka pascakompetisi ditangguhkan sejak pertengahan Maret lalu akibat pandemi virus corona. (Baca: Penyebab Rezeki Tidak Lancar dan Penawarnya)
Namun, pernyataan Polri yang tidak menerbitkan izin keramaian termasuk kompetisi sepak bola mengubah skenario awal. PSSI lantas memutuskan menunda Liga 1 dan Liga 2 hingga situasi kesehatan dinilai sudah memungkinkan.
PSSI menyatakan, penundaan ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk memprioritaskan keamanan, keselamatan dan kesehatan pemain serta ofisial. Apalagi, sejumlah pemain sudah terkonfirmasi terinfeksi virus corona sebelum kompetisi bergulir.
Namun, di sisi lain, penundaan ini secara finansial merugikan tim kontestan terutama yang berasal dari luar Pulau Jawa. Pasalnya, Liga 1 rencananya hanya akan digulirkan di Jawa dan seluruh tim sudah memilih homebase masing-masing.
Mulai dari transportasi hingga akomodasi pemain serta ofisial yang nilainya tidak sedikit. Status tim musafir membuat manajemen terpaksa merogoh kocek dalam-dalam. Borneo FC misalnya yang sudah melakukan persiapan menghadapi kelanjutan kompetisi Liga 1 dalam 1 bulan terakhir.
Tim berjuluk Pesut Etam itu sudah memilih Yogyakarta sebagai homebase untuk mengarungi sisa Liga 1. Bahkan, pemain dan ofisial tim berjumlah 46 orang sudah dijadwalkan bertolak dari Samarinda hari ini. (Baca juga: Kemendikbud: Aplikasi untuk Paket Kuota Belajar Akan Ditambah)
“Mereka tidak memikirkan klub. Kemarin klub diberi harapan jika kompetisi digulirkan dan kita menyiapkan semuanya. Agar di tengah kondisi ini tim masih bisa berprestasi, tapi sekarang harus ditunda lagi harapan itu,” tegas Manajer Borneo FC Samarinda Farid dilansir laman klub kemarin.
Dia menjelaskan, Borneo FC sangat memahami risiko menggelar kompetisi di tengah pandemi yang tidak kunjung terkendali. Namun, jaminan jika kompetisi akan bergulir pada 1 Oktober membuat manajemen memutuskan kembali mengumpulkan pemain dengan pengawasan kesehatan yang dilakukan secara ketat.
Selama fase tersebut, menurut dia, manajemen sudah memfasilitasi latihan dan uji coba, perawatan kesehatan pemain hingga menyiapkan kebutuhan di Yogyakarta yang akan menjadi homebase.
“Semua persiapan yang dilakukan tidak ada artinya. Diabaikan setelah diberi harapan. Padahal manajemen sudah menyiapkan semuanya di Yogya. Termasuk panpel dan juga tiket penerbangan untuk 46 orang. Selain itu juga downpayment untuk hotel di Madura. Semua terbuang sia-sia,” kesalnya. (Baca juga: Fahri Hamzah Dorong Fadli Zon Ungkap Sejarah Komunis dan PKI)
Dia juga mengkritik PSSI dan operator PT Liga Indonesia Baru (LIB). Menurut dia, dalam beberapa kali pertemuan terkait persiapan Liga 1 , tidak sekalipun dibahas izin keramaian dari kepolisian. Padahal, izin tersebut menjadi kunci menggelar pertandingan.
“Kita sudah menjalani beberapa kali meeting dan tidak ada sama sekali bahasan perihal izin keamanan dari kepolisian. Jadi terkesan sekarang liga ini menjalankan kelanjutan liga secara terburu-buru,” ungkap.
Sementara itu, kubu Arema FC sangat menyayangkan keputusan penundaan di tengah seluruh tim bersiap menyambut laga pertama. Penangguhan kompetisi untuk kedua kalinya ini dinilai tidak hanya berdampak besar pada klub namun juga pemain serta ofisial. Tidak hanya itu, publik juga sangat dirugikan lantaran sudah menunggu sejak lama bergulirnya kompetisi.
“Ini tidak hanya tentang klub tetap juga keluarga pemain, ofisial dan semua yang bekerja di klub. Mereka yang terkena dampaknya,” kata Media Officer Arema FC Sudarmaji. (Baca juga: Saatnya Menjadi Tuan Rumah Industri Halal)
Ketua PSSI Mochammad Iriawan tidak menampik jika penundaan ini akan berdampak luas pada pemain, pelatih, tim kontestan. Namun, menurut dia, menunda kompetisi dengan alasan kemanusian menjadi opsi paling realistis di tengah pandemi virus korona yang tidak terkendali.
“Tentunya keamanan dan keselamatan semua pihak menjadi prioritas. Memang dampaknya sangat luas tapi ini alasan kemanusiaan yang dikedepankan. Kepada klub, pemain, dan wasit untuk tetap semangat. Ikuti dan hormati apa yang digariskan pemerintah,” katanya di Kemenpora, kemarin.
Pria yang akrab disapa Iwan Bule itu berharap, penundaan kompetisi ini setidaknya maksimal hanya satu bulan kedepan. Dia optimistis situasi pandemi virus corona sudah bisa ditoleransi pada November mendatang.
Hal ini juga tidak lepas dari agenda padat federasi hingga 2021 mendatang. Berdasarkan kalkulasi PSSI, jika kembali digulirkan pada November, kompetisi bisa rampung sesuai target pada Maret tahun depan.
“Tapi kalau Desember akan sulit karena April sudah memasuki Ramadan. Sementara Mei Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Jadi kita berharap penundaan ini hanya 1 bulan dan kompetisi bisa digulirkan pada November,” jelasnya.
Manajer Persita Tangerang I Nyoman Suryanthara menyatakan sangat memahami alasan penundaan kompetisi di tengah pandemi virus korona. Namun demikian, dia mempertanyakan kepastian kelanjutan Liga 1 di tengah situasi kesehatan di Tanah Air yang tidak kunjung membaik. (Baca juga: PBB: Korea Utara Abaikan Sanksi Nuklir)
Menurut dia, harus ada jaminan dari PSSI atau LIB terkait penundaan yang diprediksi hanya satu bulan. Alasannya, hal tersebut berkaitan dengan persiapan tim. Dia berharap, ada keputusan tegas dari operator maupun federasi terkait kelanjutan kompetisi agar klub melakukan kalkulasi persiapan dan operasional.
“Siapa yang bisa memastikan kondisi pandemi ini ke depannya? Jawaban pertanyaan ini sebenarnya yang kami tunggu. Karena ini akan terkait juga dengan kondisi dan persiapan klub selanjutnya,” tegasnya.
Sementara itu, Persija Jakarta menyatakan menghormati keputusan PSSI menunda kompetisi dengan alasan kesehatan dan keselamatan akibat pandemi virus corona. Dengan penundaan ini, Macan Kemayoran akan memanfaatkan waktu yang ada untuk lebih memaksimalkan persiapan.
“Persiapan tim tidak hanya dari teknis, namun juga dari non teknis. Kami berharap, situasi kembali kondusif agar kompetisi berputar. Seluruh pemain, ofisial dan juga Jakmania jangan lengah terhadap pandemi,” kata Presiden Klub Persija Mohammad Prapanca. (Lihat videonya: Habiskan 300M, Proyek Kota Baru Lampung Kini Jadi Kota Mati)
Sementara Menteri Pemuda dan Olahraga Zainuddin Amali menyatakan mendukung keputusan PSSI untuk menunda lanjutan kompetisi Liga 1 dan Liga 2. Menurut dia, izin keramaian menjadi hal mutlak dalam menggulirkan pertandingan sepak bola.
Karena itu, Menpora meminta semua stakeholder sepakbola Indonesia untuk memahami keputusan ini. “Mohon kepada seluruh insan sepakbola nasional, juga bisa memahami apa yang diputuskan oleh PSSI. Kita berharap pandemi ini segera berakhir. Semoga sebulan kedepan ada tanda-tanda kondisi yang membaik,” tambahnya. (Abriandi)
Lihat Juga: Bukan Wasit Qatar, Laga Timnas Indonesia vs Jepang Dipimpin Wasit Iran Bonyadifard Mooud
(ysw)