Pegiat HAM Protes Gelaran Formula One di Arab Saudi
loading...
A
A
A
LONDON - Arab Saudi secara resmi masuk ke dalam kalender Formula One (F1) musim depan. Namun jadwal race ini ternyata mengundang penolakan sekelompok pegiat hak asasi manusia (HAM) dan mereka meminta pembalap seperti Lewis Hamilton untuk menolak balapan itu.
Salah satu dari mereka adalah Kepala Kampanye Amnesty Internasional Felix Jakens. Dia meminta Hamilton untuk blak-blakan soal pelanggaran HAM yang terjadi di Arab Saudi. Terlebih Hamilton juga merupakan pembalap yang cukup vokal menyuarakan gerakan sosial. (Baca: Resmi, Arab Saudi Jadi Tuan Rumah Balapan Formula 1 2021)
“Akan sangat penting jika Lewis Hamilton bisa membuka semuanya. Akan tetapi ini bukan hanya tertuju kepada seorang pembalap utamanya, tapi juga seluruh industri ini (F1) dengan apa yang telah terjadi di Arab Saudi,” ujar Jakens seperti dilansir sportyahoo.
Selain itu Amnesty Internasional juga mengklaim bahwa sebanyak 13 pembela hak perempuan tengah diadili di Arab Saudi dengan tuduhan menyuarakan hak-hak perempuan dan menyerukan diakhirinya sistem perwalian laki-laki di mana setiap perempuan harus memiliki laki-laki yang punya wewenang untuk membuat sejumlah keputusan.
Sementara itu wacana untuk memasukkan Arab Saudi ke dalam kalender F1 sudah lama muncul. Terutama setelah perusahaan minyak setempat, Aramco, menjadi sponsor utama F1. Kedua pihak telah berniat menjalin kerja sama dalam jangka panjang. Brand Aramco pun terlihat muncul dalam setiap balapan. Kabarnya pihak F1 dengan Arab Saudi terikat kontrak untuk bekerja sama dalam 10 tahun ke depan. (Baca juga: Pentingnya Tafakuri Diri)
Adapun sejumlah tokoh F1 berharap GP Arab Saudi bisa berdampak positif di tengah kritik dari Amnesty International. Apalagi mereka bakal menggelar balapan jalanan malam yang sangat menarik di Jeddah pada tahun depan sebelum mengalihkannya ke sirkuit di Qiddiya pada 2023.
Manajer Tim Mercedes F1 Toto Wolff mengatakan dia berpikir olahraga harus bersatu dan membantu membawa kita ke tempat yang lebih baik. Dia pun berharap kondisi ini tidak dicampuradukkan karena masalah politik.
Apalagi pria asal Austria itu juga merasa sangat terkesan ketika pertama kali merasakan atmosfer balapan Formula E di Jeddah. Dia pun yakin ini akan menjadi balapan yang hebat pada tahun depan. (Baca juga: Penyakit Penyerta Covid-19 Perlu Diwaspadai)
“Kami telah melihat bahwa kami balapan secara global, ada diskusi positif seputar F1. Saya pernah ke Riyadh untuk Formula E tahun lalu dan saya terkesan dengan perubahan yang saya lihat. Sebagai pengunjung Anda tidak pernah tahu bagaimana keadaannya. Tapi apa yang saya lihat secara pribadi, itulah satu-satunya komentar yang bisa saya buat, karena ini adalah acara hebat tanpa pemisahan, wanita dan pria di tempat yang sama, menikmati acara olahraga,” ucap Wolff.
Senada, Manajer Red Bull Racing Christian Horner menyatakan timnya tidak dapat mendikte di mana F1 memutuskan untuk mengadakan balapannya. Tapi mereka sangat percaya bahwa setiap keputusan yang diambil terkait tuan rumah pasti melalui pertimbangan matang.
“Ketika kami menyatakan berpartisipasi di kejuaraan dunia, kami tidak mendikte kemana arah kalender itu, tapi kami mendaftar untuk balapan. Kami bukan organisasi politik. Olahraga tidak boleh dilihat sebagai politik,” ungkapnya. (Lihat videonya: Viral Video jalan Rusak di Lebak)
F1 akan menjadi seri olahraga besar terbaru yang mengadakan acara di Arab Saudi dalam beberapa tahun terakhir. Sebelumnya negara tersebut juga menggelar Formula E, sepak bola, tinju, dan tenis. (Raikhul Amar)
Salah satu dari mereka adalah Kepala Kampanye Amnesty Internasional Felix Jakens. Dia meminta Hamilton untuk blak-blakan soal pelanggaran HAM yang terjadi di Arab Saudi. Terlebih Hamilton juga merupakan pembalap yang cukup vokal menyuarakan gerakan sosial. (Baca: Resmi, Arab Saudi Jadi Tuan Rumah Balapan Formula 1 2021)
“Akan sangat penting jika Lewis Hamilton bisa membuka semuanya. Akan tetapi ini bukan hanya tertuju kepada seorang pembalap utamanya, tapi juga seluruh industri ini (F1) dengan apa yang telah terjadi di Arab Saudi,” ujar Jakens seperti dilansir sportyahoo.
Selain itu Amnesty Internasional juga mengklaim bahwa sebanyak 13 pembela hak perempuan tengah diadili di Arab Saudi dengan tuduhan menyuarakan hak-hak perempuan dan menyerukan diakhirinya sistem perwalian laki-laki di mana setiap perempuan harus memiliki laki-laki yang punya wewenang untuk membuat sejumlah keputusan.
Sementara itu wacana untuk memasukkan Arab Saudi ke dalam kalender F1 sudah lama muncul. Terutama setelah perusahaan minyak setempat, Aramco, menjadi sponsor utama F1. Kedua pihak telah berniat menjalin kerja sama dalam jangka panjang. Brand Aramco pun terlihat muncul dalam setiap balapan. Kabarnya pihak F1 dengan Arab Saudi terikat kontrak untuk bekerja sama dalam 10 tahun ke depan. (Baca juga: Pentingnya Tafakuri Diri)
Adapun sejumlah tokoh F1 berharap GP Arab Saudi bisa berdampak positif di tengah kritik dari Amnesty International. Apalagi mereka bakal menggelar balapan jalanan malam yang sangat menarik di Jeddah pada tahun depan sebelum mengalihkannya ke sirkuit di Qiddiya pada 2023.
Manajer Tim Mercedes F1 Toto Wolff mengatakan dia berpikir olahraga harus bersatu dan membantu membawa kita ke tempat yang lebih baik. Dia pun berharap kondisi ini tidak dicampuradukkan karena masalah politik.
Apalagi pria asal Austria itu juga merasa sangat terkesan ketika pertama kali merasakan atmosfer balapan Formula E di Jeddah. Dia pun yakin ini akan menjadi balapan yang hebat pada tahun depan. (Baca juga: Penyakit Penyerta Covid-19 Perlu Diwaspadai)
“Kami telah melihat bahwa kami balapan secara global, ada diskusi positif seputar F1. Saya pernah ke Riyadh untuk Formula E tahun lalu dan saya terkesan dengan perubahan yang saya lihat. Sebagai pengunjung Anda tidak pernah tahu bagaimana keadaannya. Tapi apa yang saya lihat secara pribadi, itulah satu-satunya komentar yang bisa saya buat, karena ini adalah acara hebat tanpa pemisahan, wanita dan pria di tempat yang sama, menikmati acara olahraga,” ucap Wolff.
Senada, Manajer Red Bull Racing Christian Horner menyatakan timnya tidak dapat mendikte di mana F1 memutuskan untuk mengadakan balapannya. Tapi mereka sangat percaya bahwa setiap keputusan yang diambil terkait tuan rumah pasti melalui pertimbangan matang.
“Ketika kami menyatakan berpartisipasi di kejuaraan dunia, kami tidak mendikte kemana arah kalender itu, tapi kami mendaftar untuk balapan. Kami bukan organisasi politik. Olahraga tidak boleh dilihat sebagai politik,” ungkapnya. (Lihat videonya: Viral Video jalan Rusak di Lebak)
F1 akan menjadi seri olahraga besar terbaru yang mengadakan acara di Arab Saudi dalam beberapa tahun terakhir. Sebelumnya negara tersebut juga menggelar Formula E, sepak bola, tinju, dan tenis. (Raikhul Amar)
(ysw)