Banyak Pemain Bertumbangan, Liga Primer Paling Terdampak
loading...
A
A
A
LONDON - Banyak pemain yang bertumbangan karena cedera ataupun tertular Covid-19 membuat sepak bola Inggris menjadi paling terpukul sepanjang jeda internasional. Bukan hanya tim nasional, hal itu juga merugikan klub-klub Liga Primer yang akan kembali menjalani roda kompetisi pada akhir pekan ini.
Joe Gomez, Andy Robertson, Jordan Henderson, dan Trent-Alexander Arnold yang mengalami cedera kala berada dalam skuad Inggris membuat Liverpool meradang. The Reds semakin kelimpungan lantaran Mohamed Salah positif Covid-19 ketika bergabung dengan timnas Mesir. (Baca: Enam jenis Bisikan Setan yang Merasuki Manusia)
Itu semakin menimbulkan keresahan Juergen Klopp. Sebelumnya, bos asal Jerman tersebut mendukung gagasan yang memungkinkan pelatih klub menolak melepas pemainnya ke timnas jika jaminan pengujian Covid-19 tidak diberikan.
“Apakah saya khawatir (tentang pemain yang dinyatakan positif dalam tugas internasional)? Saya menjawab iya. Saya sangat prihatin tentang hal itu. Kami mencoba mencari tahu bagaimana protokol dengan semua federasi yang berbeda, tapi terserah kepada FA menjawab atau tidak,” ungkap Klopp, dilansir liverpoolecho.co.uk.
Badai cedera juga dialami Chelsea, Manchester United (MU), dan Manchester City (Man City) yang harap-harap cemas menantikan kondisi Raheem Sterling, Marcus Rashford, Anthony Martial, dan Ben Chilwell. Mereka diragukan tampil akhir pekan ini karena kurang fit.
Persoalan tersebut turut mendapatkan perhatian Pelatih The Three Lions Gareth Southgate. Dia mengatakan banyaknya pemain Liga Primer yang memperkuat timnas bulan ini mengindikasikan betapa pentingnya mereka bagi kedua pihak. (Baca juga: Subsidi Gaji 2,4 Juta Guru Non-PNS Cair)
Di sisi lain, hal ini membuat pelatih klub menjerit. Southgate menyerukan semua pihak agar bersama mencari solusi terbaik. Pasalnya, dibandingkan dengan Inggris, negara-negara besar lainnya seperti Italia, Spanyol, ataupun Portugal mayoritas pemainnya berkarier di kompetisi lokal sehingga tidak terdampak secara signifikan.
Para pemain juga berada dalam situasi sulit. Mereka berada di bawah tekanan besar dari klub, apakah hal itu dipublikasikan atau tidak? “Saya benar-benar mengerti dari perspektif klub. Liga kami adalah yang paling kompetitif. Kami memiliki banyak pemain dengan kepribadian besar dan kuat yang selalu ingin menjadi yang terbaik sehingga kami harus mengaturnya,” ungkap Southgate, dilansir Daily Mail.
Meski mengakui padatnya jadwal menjadi biang keladi kurang optimalnya kinerja tim Inggris dan membuat klub protes, Southgate menegaskan akan berusaha berdamai dengan keadaan. Pelatih berusia 50 tahun tersebut menilai tugasnya di timnas Inggris harus tetap dijalankan dengan profesional, begitu juga dengan pemain-pemain yang dipanggil ke dalam skuad.
Southgate yakin jika pelatih-pelatih klub berada di posisinya tentu akan melakukan hal yang sama. Setelah dipastikan gagal meraih tiket ke final four Nations League seusai kalah 0-2 dari Belgia, Senin (16/11), dan telah melakoni pertandingan terakhir Grup A2 kontra Islandia, dini hari tadi, Southgate mengindikasikan bakal memaksimalkan waktu beberapa bulan ke depan untuk mencari pemain-pemain potensial demi membentuk skuad terbaik agar The Three Lions mampu berprestasi di Piala Eropa 2020. (Lihat videonya: Pemerintah Austria Kembali Putuskan untuk Lockdown Kedua)
“Kami akan berusaha membantu klub. Namun, kami juga harus tegas. Kami mewakili 50 juta orang. Kami mencoba mempersiapkan Piala Eropa. Kami memiliki tantangan di negara kami dan telah melakukannya selama bertahun-tahun karena kekuatan liga. Itu terkadang membuat Inggris lebih sulit sehingga kami harus memastikan bahwa kami tidak menghalangi peluang kami sendiri,” papar Southgate.
Apa pun alasan Southgate, agenda internasional bulan ini telah menghadirkan permasalahan baru bagi klub. Faktor cedera ataupun tertular Covid-19 bakal menyulitkan tim mengingat jadwal pertandingan di pentas domestik maupun Eropa sudah sangat padat. Akibatnya, target berprestasi di musim 2020/2021 berpotensi meleset. (Alimansyah)
Joe Gomez, Andy Robertson, Jordan Henderson, dan Trent-Alexander Arnold yang mengalami cedera kala berada dalam skuad Inggris membuat Liverpool meradang. The Reds semakin kelimpungan lantaran Mohamed Salah positif Covid-19 ketika bergabung dengan timnas Mesir. (Baca: Enam jenis Bisikan Setan yang Merasuki Manusia)
Itu semakin menimbulkan keresahan Juergen Klopp. Sebelumnya, bos asal Jerman tersebut mendukung gagasan yang memungkinkan pelatih klub menolak melepas pemainnya ke timnas jika jaminan pengujian Covid-19 tidak diberikan.
“Apakah saya khawatir (tentang pemain yang dinyatakan positif dalam tugas internasional)? Saya menjawab iya. Saya sangat prihatin tentang hal itu. Kami mencoba mencari tahu bagaimana protokol dengan semua federasi yang berbeda, tapi terserah kepada FA menjawab atau tidak,” ungkap Klopp, dilansir liverpoolecho.co.uk.
Badai cedera juga dialami Chelsea, Manchester United (MU), dan Manchester City (Man City) yang harap-harap cemas menantikan kondisi Raheem Sterling, Marcus Rashford, Anthony Martial, dan Ben Chilwell. Mereka diragukan tampil akhir pekan ini karena kurang fit.
Persoalan tersebut turut mendapatkan perhatian Pelatih The Three Lions Gareth Southgate. Dia mengatakan banyaknya pemain Liga Primer yang memperkuat timnas bulan ini mengindikasikan betapa pentingnya mereka bagi kedua pihak. (Baca juga: Subsidi Gaji 2,4 Juta Guru Non-PNS Cair)
Di sisi lain, hal ini membuat pelatih klub menjerit. Southgate menyerukan semua pihak agar bersama mencari solusi terbaik. Pasalnya, dibandingkan dengan Inggris, negara-negara besar lainnya seperti Italia, Spanyol, ataupun Portugal mayoritas pemainnya berkarier di kompetisi lokal sehingga tidak terdampak secara signifikan.
Para pemain juga berada dalam situasi sulit. Mereka berada di bawah tekanan besar dari klub, apakah hal itu dipublikasikan atau tidak? “Saya benar-benar mengerti dari perspektif klub. Liga kami adalah yang paling kompetitif. Kami memiliki banyak pemain dengan kepribadian besar dan kuat yang selalu ingin menjadi yang terbaik sehingga kami harus mengaturnya,” ungkap Southgate, dilansir Daily Mail.
Meski mengakui padatnya jadwal menjadi biang keladi kurang optimalnya kinerja tim Inggris dan membuat klub protes, Southgate menegaskan akan berusaha berdamai dengan keadaan. Pelatih berusia 50 tahun tersebut menilai tugasnya di timnas Inggris harus tetap dijalankan dengan profesional, begitu juga dengan pemain-pemain yang dipanggil ke dalam skuad.
Southgate yakin jika pelatih-pelatih klub berada di posisinya tentu akan melakukan hal yang sama. Setelah dipastikan gagal meraih tiket ke final four Nations League seusai kalah 0-2 dari Belgia, Senin (16/11), dan telah melakoni pertandingan terakhir Grup A2 kontra Islandia, dini hari tadi, Southgate mengindikasikan bakal memaksimalkan waktu beberapa bulan ke depan untuk mencari pemain-pemain potensial demi membentuk skuad terbaik agar The Three Lions mampu berprestasi di Piala Eropa 2020. (Lihat videonya: Pemerintah Austria Kembali Putuskan untuk Lockdown Kedua)
“Kami akan berusaha membantu klub. Namun, kami juga harus tegas. Kami mewakili 50 juta orang. Kami mencoba mempersiapkan Piala Eropa. Kami memiliki tantangan di negara kami dan telah melakukannya selama bertahun-tahun karena kekuatan liga. Itu terkadang membuat Inggris lebih sulit sehingga kami harus memastikan bahwa kami tidak menghalangi peluang kami sendiri,” papar Southgate.
Apa pun alasan Southgate, agenda internasional bulan ini telah menghadirkan permasalahan baru bagi klub. Faktor cedera ataupun tertular Covid-19 bakal menyulitkan tim mengingat jadwal pertandingan di pentas domestik maupun Eropa sudah sangat padat. Akibatnya, target berprestasi di musim 2020/2021 berpotensi meleset. (Alimansyah)
(ysw)