Aturan Masih Digodok, Seri A Bisa Tiru Protokol Bundesliga

Kamis, 14 Mei 2020 - 12:32 WIB
loading...
Aturan Masih Digodok, Seri A Bisa Tiru Protokol Bundesliga
Foto/Istimewa
A A A
ROMA - Berbagai inovasi terus ditempuh guna menyukseskan kembali bergulirnya Seri A musim ini. Para ahli bahu-membahu menyumbangkan pemikiran agar kompetisi berjalan aman dan minim risiko. Masukan itu datang dari Kepala Petugas Medis Sepak bola Profesor Enrico Castellacci.

Dia mengungkapkan jika Seri A ingin kembali dilanjutkan, pihak-pihak yang terkait harus menerapkan protokol kesehatan ketat dan akurat. Castellacci mengatakan tidak sependapat dengan perubahan yang diminta pada protokol medis FIGC di mana mereka ingin mengarantina seluruh kelompok dan bukan hanya satu orang yang dites positif Covid-19. Menurut dia, itu berisiko merusak upaya menggulirkan kembali Seri A bahkan sebelum kompetisi dimulai.

Castellacci menganggap tuntutan Pemerintah dan CTS (Komite Ilmiah) bakal sulit dilakukan klub-klub Seri A dan sangat mustahil bagi klub-klub Seri B. Karena itu, Castellacci menilai tidak ada salahnya jika Italia meniru apa yang dilakukan di negara lain terutama Jerman. Dia menyebut protokol yang dipakai Bundesliga layak dicontoh karena sejauh ini yang paling dapat diterima.

Seperti diketahui, di Jerman, mereka memiliki alat tes swab lebih banyak dari yang dilakukan di Italia. Itu tidak akan mengganggu seluruh musim jika satu orang dinyatakan positif Covid-19. Pemain tersebut harus menjalani karantina selama dua pekan.

Dia menyarankan, Seri menyalin metodologi Bundesliga. Tidak mengapa mengarantina semua orang di tempat latihan selama 15 hari, meski tidak berpikir mereka bisa menjauh dari keluarga selama dua setengah bulan. “Belum lagi, saat mereka melakukan perjalanan untuk pertandingan tandang, kemungkinan bertemu seseorang yang menderita covid-19 dan tidak ada gejala yang meningkat secara eksponensial,” kata Castellacci, dilansir football-italia.net. (Baca: Serie A Italia 2019/2020 Kembali Digulirkan 13 Juni)

Castellacci memprediksi jika ada tertular, semuanya terhenti. Hal tersebut menjadi pernyataan besar apakah FIGC dan Pemerintah Italia benar-benar ingin membiarkan sepak bola dilanjutkan atau tidak. Masalah serius lain yang muncul dengan perubahan protokol medis adalah masalah kesalahan. Karena, klub medis akan dianggap bertanggung jawab jika ada yang kontak Covid-19.

Padahal, Castellacci menilai seorang tenaga medis harus melakukan pekerjaannya, yakni menjaga keselamatan para pemain dan staf. Tapi, dia tidak dapat mengawasi mereka 24 jam sehari. Sebagai contoh, Castellacci mengungkapkan banyak petugas medis di Seri B ini hanya bekerja untuk secara paruh waktu.

Jika harus melakukan beberapa tes, otoritas kesehatan harus menyediakan persediaan sekitar 11.000 tes swab sembari memastikan sepak bola tidak mengambil apa-apa dari kebutuhan masyarakat umum. Karena itu, Castellacci mengajak semua pihak memikirkan langkah terbaik dan tepat sebelum memutuskan kembali kompetisi di Italia agar skenario terburuk berupa penambahan kasus Covid-10 tidak terjadi.

"Saya bahkan tidak bisa membuat prediksi kapan atau jika kita akan melanjutkan kompetisi. Karena, selama dua bulan terakhir ini menjadi mimpi buruk. Katakan saja jika kita mulai bermain, tapi ada peluang besar, gangguan menghampiri," ujar Castellacci. (Baca juga: Tim Medis Pastikan Pemain Persib Sehat dan Bugar)

Sementara itu, mulai dilonggarkannya lockdown di Italia membuat aktivitas publik mulai menggeliat. Yang menarik, rencana pemerintah memperbolehkan acara konser terbuka dan teater dengan jumlah penonton terbatas mendapatkan sorotan dari ahli virologi Maria Rita Gismondo.

Dia menilai jika audiensi diizinkan menghadiri konser terbuka atau teater, tidak ada alasan mengapa penggemar sepak bola tidak boleh diperlakukan dengan cara sama. Gismondo mengaku tidak mengerti mengapa ada begitu banyak ketakutan untuk membuka kembali stadion sepak bola, sedangkan tidak ada kekhawatiran serupa dengan konser atau teater.

“Aturan memastikan keamanan seperti jarak sosial dan wajib memakai masker di stadion seperti ketika menghadiri opera. Bahkan, aturan akan lebih mudah diterapkan di stadion dibandingkan teater. Saya mengatakan akan lebih baik untuk menunda pembukaan ini. Tapi, jika teater terbuka, tidak ada alasan mengapa penggemar sepak bola tidak boleh diperlakukan dengan cara yang sama," tandas Gismondo. (Alimansyah)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1830 seconds (0.1#10.140)