Berawal dari Raket Kayu, Apriyani Sukses Sumbang Medali Emas Olimpiade bagi Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Greysia Polii/Apriyani Rahayu sukses meneruskan tradisi medali emas Indonesia di Olimpiade. Pasangan yang awalnya tidak diunggulkan di nomor ganda putri itu bisa mengibarkan bendera Merah Putih di Olimpiade Tokyo 2020 .
Sukses itu bisa terjadi berkat kerja keras Greysia/Apriyani dan doa yang dipanjatkan masyarakat Indonesia. Perjuangan mereka untuk mencapai tahap ini hingga akhirnya mengalahkan pasangan China, Cheng Qingchen/Jia Yifan di final sangatlah tidak mudah.
Banyak cobaan yang sudah dilalui Greysia dan Apriyani untuk bisa berdiri di podium tertinggi Olimpiade. Contohnnya saja Apriyani yang sempat memakai raket kayu untuk bisa bermain bulu tangkis.
Apriyani mengawali karier bulu tangkisnya bukan dengan raket senar, tapi yang berbahan kayu. Pada saat itu, Amiruddin selaku ayahnya membuat raket kayu untuk dimainkan putrinya bersama tetangga.
“Jadi, dulu masih kecil dan belum ada fasilitas apa pun, dibikin raket kayu sama papa saya. Itu juga cuma iseng-iseng aja karena hobi main. Itu juga cuma main-main saja sama tetangga sebelah,” cerita Apriyani di sesi konferensi pers bersama PBSI.
Raket yang berbentuk kotak itu lantas terus dipakai Apriyani sampai ayahnya memutuskan membeli raket baru yang biasa dijual di pinggir jalan. Amiruddin sadar bahwa anaknya ternyata memiliki bakat dan ketertarikan terhadap bulu tangkis.
"Sehabis dari situ, tidak lama kemudian papa coba beliin raket yang di pinggir jalan. Papa pun semakin lihat bahwa ini anak (Apriyani) senang sama bulu tangkis dan jadinya malah nge-support sekali,” lanjutnya.
Sejak saat itulah, Apriyani mendapatkan dukungan penuh dari Amiruddin. Bahkan sampai diantarkan ke Makassar untuk mengikuti suatu kompetisi. Walau memang pada turnamen itu Apriyani tak bermain, dia tetap merasa senang.
“Lalu saya ikut pertandingan-pertandingan seperti antar sekolah. Pertandingan pertama ke Makassar. Pada saat itu dibiayai, tapi saya tidak bermain. Karena kan masih ada pemain-pemain yang dibayar dari profesi saya,” tambah Apriyani.
“Papa dapat ide buat kayu itu dari mana saya juga bingung. Bentuknya itu kotak terus ada pegangannya ya cuma seperti itu. Papa bisa dapat ide seperti itu tentu luar biasa,” kenangnya.
Baca Juga: A post shared by ???????????????????????????????? ℝ???????????????????? (@r.apriyanig)
Sukses itu bisa terjadi berkat kerja keras Greysia/Apriyani dan doa yang dipanjatkan masyarakat Indonesia. Perjuangan mereka untuk mencapai tahap ini hingga akhirnya mengalahkan pasangan China, Cheng Qingchen/Jia Yifan di final sangatlah tidak mudah.
Banyak cobaan yang sudah dilalui Greysia dan Apriyani untuk bisa berdiri di podium tertinggi Olimpiade. Contohnnya saja Apriyani yang sempat memakai raket kayu untuk bisa bermain bulu tangkis.
Apriyani mengawali karier bulu tangkisnya bukan dengan raket senar, tapi yang berbahan kayu. Pada saat itu, Amiruddin selaku ayahnya membuat raket kayu untuk dimainkan putrinya bersama tetangga.
“Jadi, dulu masih kecil dan belum ada fasilitas apa pun, dibikin raket kayu sama papa saya. Itu juga cuma iseng-iseng aja karena hobi main. Itu juga cuma main-main saja sama tetangga sebelah,” cerita Apriyani di sesi konferensi pers bersama PBSI.
Raket yang berbentuk kotak itu lantas terus dipakai Apriyani sampai ayahnya memutuskan membeli raket baru yang biasa dijual di pinggir jalan. Amiruddin sadar bahwa anaknya ternyata memiliki bakat dan ketertarikan terhadap bulu tangkis.
"Sehabis dari situ, tidak lama kemudian papa coba beliin raket yang di pinggir jalan. Papa pun semakin lihat bahwa ini anak (Apriyani) senang sama bulu tangkis dan jadinya malah nge-support sekali,” lanjutnya.
Sejak saat itulah, Apriyani mendapatkan dukungan penuh dari Amiruddin. Bahkan sampai diantarkan ke Makassar untuk mengikuti suatu kompetisi. Walau memang pada turnamen itu Apriyani tak bermain, dia tetap merasa senang.
“Lalu saya ikut pertandingan-pertandingan seperti antar sekolah. Pertandingan pertama ke Makassar. Pada saat itu dibiayai, tapi saya tidak bermain. Karena kan masih ada pemain-pemain yang dibayar dari profesi saya,” tambah Apriyani.
“Papa dapat ide buat kayu itu dari mana saya juga bingung. Bentuknya itu kotak terus ada pegangannya ya cuma seperti itu. Papa bisa dapat ide seperti itu tentu luar biasa,” kenangnya.
Baca Juga:
View this post on Instagram