Curhat Sir Alex Ferguson soal Ole Gunnar Solskjaer: Spesialis Finishing Mematikan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Berakhir sudah karier Ole Gunnar Solskjaer sebagai pelatih Manchester United. Manajemen klub memecatnya setelah sederet hasil buruk menimpa Setan Merah.
Ole didatangkan ke Old Trafford dengan status caretaker pada 19 Desember 2018. Pria Norwegia ini menduduki kursi panas Setan merah sepeninggal Jose Mourinho yang dipecat.
“Ole akan selalu menjadi legenda di Manchester United dan dengan menyesal kami telah mencapai keputusan sulit ini. Ole pergi dengan ucapan terima kasih kami yang tulus atas usahanya yang tak kenal lelah sebagai manajer dan harapan terbaik kami untuk masa depan,” bunyi pernyataan resmi Manchester United dalam laman situs mereka, Minggu (21/11/2021).
“Tempatnya dalam sejarah klub akan selalu aman, tidak hanya untuk kisahnya sebagai pemain, tetapi sebagai pria hebat dan Manajer yang memberi kami banyak momen hebat. Dia akan selamanya diterima kembali di Old Trafford sebagai bagian dari keluarga Manchester United,” kata pernyataan tersebut.
Senjata Tersembunyi Sir Alex Ferguson
Sebagai pelatih, Ole Gunnar Solskjaer tentu mengecewakan. Namun, sebagai pemain, namanya tetap diingat sebagai legenda. Ole direkrut Sir Alex Ferguson sebagai pemain Manchester United pada 29 Juli 1996. Transfer ini sangat mengejutkan. Betapa tidak, nama Ole nyaris tidak dikenal di luar tanah kelahirannya.
Lebih dari itu, Setan Merah juga sedang berjuang memburu striker top, Alan Shearer, dari Blackburn Rovers. Faktanya, Shearer berlabuh ke Newcastle United dan memecahkan rekor dunia dengan nilai transfer 15 juta poundsterling saat itu.
Sebagai satu-satunya striker yang tiba di Old Trafford tahun itu, musim pertama Ole dihabiskan sebagai cadangan untuk Eric Cantona dan Andy Cole. Dia hanya sesekali mendapat kesempatan masuk tim utama.
Celakanya, sepanjang karier di Old Trafford, Ole tak lebih dari pemain pelapis. Striker berjuluk Pembunuh Bermuka Bayi (The Baby Faced Assassin) itu lebih sering menjadi pemain cadangan dibanding penyerang mematikan yang setiap saat hadir di lapangan.
Namanya tertutup di bawah bayang-bayang Eric Cantona , Andy Cole, Dwight Yorke hingga generasi sesudahnya semacam Ruud van Nistelroy. Dia juga tak lebih mencorong dibanding jebolan Akademi 92 seperti David Beckham, Paul Scholes maupun Gary Neville.
Ole didatangkan ke Old Trafford dengan status caretaker pada 19 Desember 2018. Pria Norwegia ini menduduki kursi panas Setan merah sepeninggal Jose Mourinho yang dipecat.
“Ole akan selalu menjadi legenda di Manchester United dan dengan menyesal kami telah mencapai keputusan sulit ini. Ole pergi dengan ucapan terima kasih kami yang tulus atas usahanya yang tak kenal lelah sebagai manajer dan harapan terbaik kami untuk masa depan,” bunyi pernyataan resmi Manchester United dalam laman situs mereka, Minggu (21/11/2021).
“Tempatnya dalam sejarah klub akan selalu aman, tidak hanya untuk kisahnya sebagai pemain, tetapi sebagai pria hebat dan Manajer yang memberi kami banyak momen hebat. Dia akan selamanya diterima kembali di Old Trafford sebagai bagian dari keluarga Manchester United,” kata pernyataan tersebut.
Senjata Tersembunyi Sir Alex Ferguson
Sebagai pelatih, Ole Gunnar Solskjaer tentu mengecewakan. Namun, sebagai pemain, namanya tetap diingat sebagai legenda. Ole direkrut Sir Alex Ferguson sebagai pemain Manchester United pada 29 Juli 1996. Transfer ini sangat mengejutkan. Betapa tidak, nama Ole nyaris tidak dikenal di luar tanah kelahirannya.
Lebih dari itu, Setan Merah juga sedang berjuang memburu striker top, Alan Shearer, dari Blackburn Rovers. Faktanya, Shearer berlabuh ke Newcastle United dan memecahkan rekor dunia dengan nilai transfer 15 juta poundsterling saat itu.
Sebagai satu-satunya striker yang tiba di Old Trafford tahun itu, musim pertama Ole dihabiskan sebagai cadangan untuk Eric Cantona dan Andy Cole. Dia hanya sesekali mendapat kesempatan masuk tim utama.
Celakanya, sepanjang karier di Old Trafford, Ole tak lebih dari pemain pelapis. Striker berjuluk Pembunuh Bermuka Bayi (The Baby Faced Assassin) itu lebih sering menjadi pemain cadangan dibanding penyerang mematikan yang setiap saat hadir di lapangan.
Namanya tertutup di bawah bayang-bayang Eric Cantona , Andy Cole, Dwight Yorke hingga generasi sesudahnya semacam Ruud van Nistelroy. Dia juga tak lebih mencorong dibanding jebolan Akademi 92 seperti David Beckham, Paul Scholes maupun Gary Neville.