Semoga Deja Vu emas 1991 terulang

Sabtu, 21 Desember 2013 - 18:18 WIB
Semoga Deja Vu emas 1991 terulang
Semoga Deja Vu emas 1991 terulang
A A A
Sindonews.com - Target Timnas Indonesia U-23 untuk memutus puasa emas selama 22 tahun di SEA Games sudah ada di depan mata. Ditantang Thailand di partai pemungkas SEA Games XXVII 2013 di Zayar Thiri, Nay Pyi Taw, Myanmar, nanti malam, persis seperti yang dialami timnas Indonesia saat terakhir meraih emas pada SEA Games 1991 di Manila, Filipina.

Sudah cukup lama masyarakat Indonesia tidak lagi mendengar timnas meraih medali emas SEA Games. Di mana terakhir kali, tim besutan Anatoli Polosin lah yang mampu mengumandangkan lagu kebangsaan Indonesia diajang multievent dua tahunan tersebut. Di partai puncak, Widodo C. Putro dkk berhasil menghempaskan Thailand lewat babak adu penalti. Setelah di waktu normal bermain imbang, 1-1.

Apa yang dilewati kala itu, seolah kembali terulang. Kembali melaju ke partai pemungkas dalam dua kesempatan secara beruntun, tentu tidak boleh disia-siakan timnas Indonesia U-23. Kenangan pahit di final SEA Games XXVII 2011 Jakarta, Palembang, ketika Garuda Muda tumbang dari rival abadi Malaysia di partai final wajib dibuang jauh-jauh.

Juru taktik Timnas Indonesia U-23, Rahmad Darmawan, melihat faktor mental yang akan berbicara di pertandingan final nanti. RD, begitu pelatih berusia 46 tahun tersebut disapa menegaskan, jika dirinya melihat adanya perbedaan kondisi dari laga final dua tahun silam di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta. Di mana saat itu, RD melihat anak-anak asuhnya sudah dalam kondisi kelelahan.

"Untuk menjaga mental pemain, di setiap kami punya kesempatan berkomunikasi dengan pemain kami selalu sampaikan kepada pemain ayo ingat target. Ayo, ingat apa yg harus dilakukan di lapangan. Kalau mental kurang, fisik tidak akan bisa menolong. Pemain harus fokus dalam dalam organisasi permainan," ungkar RD, selepas memimpin anak-anak asuhnya berlatih di Lapangan Latihan Kompleks Wunna Theikdi Stadium, Nay Pyi Taw.

"Saya juga sampaikan jika kondisi jelang final tahun lalu berbeda. Tahun lalu semua pemain sangat kelelahan. Sangat lelah sekali. Karena kami main dipertandingan semi final lawan Vietnam yang memberikan perlawanan ketat. Apalagi di tambah kondisi lapangan hujan. Yang membedakan kebugaran mereka. Pokonya kami akan lihat sampai hari ini," sambung RD.

Bicara soal mental, Aji Santoso, asisten pelatih Garuda Muda yang juga bagian sukses SEA Games 1991, juga melihat faktor mental pemain sangat penting. Aji masih ingat betul bagaimana cara Polosin pelatihnya dulu, membakar semangat juang para pemain timnas Indonesia kala itu. Satu yang diingatnya, Polosin paling tidak suka anak-anak asuhnya memandang lawan terlalu tinggi.

"Saat itu, Polosin selalu menguatkan mental pemain, jika kami tidak boleh menganggap lawan terlalu tinggi. Saat ini, Thailand yang akan jadi lawan kami di final, pasti juga akan mengukur kekuatan kami. Apalagi setelah kami mampu mengalahkan tuan rumah Myanmar dan di semi final, mampu mengalahkan Malaysia," papar Aji, yang juga mantan punggawa timnas Indonesia di era 1990-an tersebut.

Aji pun berharap, skuad Garuda Muda bisa memutus rantai tidak mampu meraih medali emas. Mantan pemain dan pelatih Persebaya Surabaya itu pun menilai, jika Garuda Muda memiliki peluang sama dengan The War Elephants, julukan timnas Thailand U-23. Tim yang sudah sampai ke partai puncak, dimana Aji tentu memiliki kualitas yang sama-sama berimbang.

"Mudah-mudahan setelah 22 tahun, kami bisa kembali meraih emas. 22 tahun memori itu bisa terulang lagi dan kami bisa mengembalikannya di sini. Pertandingan final tidak ada perbedaan, karena kualitas tim berimbang. Yang menentukan nanti adalah kesiapan mental kedua tim. Semoga anak-anak bisa memutus rantai gagal emas selama 22 tahun," jelas Aji.
(aww)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3409 seconds (0.1#10.140)