5 Legenda Timnas Indonesia yang Pernah Main di Luar Negeri, No 3 Sempat Berlatih Bersama Roberto Mancini dan Ruud Gullit
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sepak bola Indonesia mempunyai banyak pemain yang bertalenta. Tak hanya bermain di Indonesia, pesepak bola Indonesia juga menjajaki kemampuannya hingga ke benua Eropa.
Berikut beberapa pemain legenda Indonesia yang pernah main di luar negeri pada era 90-an yang di himpun oleh Litbang MNC Portal Indonesia
1. Ricky Yacobi
Ricky Yacobi adalah legenda pemain Indonesia yang pernah bermain di luar negeri pada 1990-an. Ricky Yacobi lahir di Medan, pada 12 Maret 1963. Ia mengawali kariernya di Tim Nasional (Timnas) Indonesia pada 1985.
Pencapaian yang telah dilakukan Ricky Yacobi adalah mengantarkan Timnas Indonesia meraih medali emas SEA Games pada 1987.
Ketika itu, Indonesia keluar sebagai juara usai menang atas Malaysia dengan skor 1-0 pada pertandingan yang digelar di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta.
Meski Ricky tidak mencetak gol di final, ia telah membawa Timnas memperoleh kemenangan atas Myanmar dengan skor 4-1 di semifinal SEA Games 1987.
Sebelum membawa Indonesia meraih medali emas SEA Games 1987, ia menjadi perhatian masyarakat saat mencetak gol fantastis pada Asian Games 1986 di Korea Selatan.
Ketika itu, Timnas Indonesia melawan Uni Emirat Arab (UEA). Ricky Yacobi mencetak gol melalui tendangan voli tanpa bola menyentuh tanah terlebih dahulu.
Pada 1988, Ricky Yacobi direkrut oleh klub Jepang, Matsushita. Nama Ricky Yacob pun berubah menjadi Ricky Yacobi ketika dirinya berada di Jepang.
Perjalananan karier Ricky Yacobi bersama Matsushita ini tidak berlangsung lama. Ia hanya menjalani empat pertandingan serta mencetak satu gol. Ricky pun kembali ke Indonesia. Nama Ricky Yacobi tetap dipertahankannya meski sudah pulang dari Jepang.
Ricky bermain untuk Arseto Solo hingga 1992. Kemudian ia bermain di PS BPD Jateng selama dua tahun hingga akhirnya memutuskan gantung sepatu di PSIS Semarang pada 1995. Pada November 2020, Ricky Yacobi meninggal dunia karena serangan jantung.
2. Rochy Putiray
Rochy Putiray Ramdhani, atau lebih dikenal dengan Rochy Putiray, lahir di Maluku, 26 Juni 1970. Ia adalah bintang sepak bola Indonesia pada 1990-an. Rochy mengawali kariernya di Arseto Solo sejak 1987.
Lalu pada 1990, Rochy dipinjamkan ke klub asal Ceko, Dukla Praha pada 1990. Di Dukla Praha, ia hanya tampil delapan kali serta mencetak satu gol.
Rochy pun kembali merumput bersama Arseto Solo hingga 1999. Ia tampil gemilang sebagai seorang striker dengan 177 gol dari 219 penampilan.
Kemudian, Rochy bergabung dengan Persija Jakarta. Di Persija Jakarta, ia tampil apik dengan menjebol gawang lawan 15 kali dari 20 penampilan pada musim 1999-2000. Rochy lalu menjajal kemampuannya di luar negeri.
Ia bergabung dengan Instant Dict FC, Hong Kong pada musim 2000-2001 serta mencetak 12 gol dari 22 penampilan. Rochy juga mampu mengantarkan klub tersebut berada di posisi runner up liga utama Hong Kong serta mendapat FA Cup Hong Kong.
Pada 2003-2004, Rochy direkrut oleh klub asal Hong Kong lainnya, Kitchee SC. Diketahui, selain dua klub asal Hong Kong tersebut, Rochy juga pernah merumput dengan Happy Valley serta South China AA.
Di level tim nasional, ia pernah membawa pulang medali emas untuk Timnas pada SEA Games 1991 di Filipina. Diketahui, Rochy membela Timnas sejak 1991-2004.
Sebelum bergabung dengan Timnas, ia pernah bergabung dengan Arseto Solo, Persija Jakarta, PSM Makassar hingga PSS Sleman pada pengujung kariernya.
Pada musim 2006-2007, ia memutuskan untuk pensiun. Usai pensiun, pada 2020 ia terlihat melatih tim sepak bola wanita, Jakarta 69.
3. Kurniawan Dwi Yulianto
Kurniawan Dwi Yulianto lahir di Magelang, 13 Juli 1976. Perjalanan sepak bolanya dimulai di Diklat Salatiga kemudian ke Diklat Ragunan.
Nama Kurniawan dikenal ketika masuk sebagai salah satu pemain Indonesia yang dikirim Italia pada Program Timnas Primavera.
Pada 1994, ia tercatat bergabung di skuad Sampdoria Primavera, Italia. Ia berhasil masuk skuad utama Sampdoria Primavera di bawah arahan Sven Goran Eriksson.
Saat itu, Kurniawan bahkan tampil dengan pemain top dunia, yaitu Roberto Mancini serta Ruud Gullit. Penampilannya yang apik membuat Kurniawan dipinjam oleh tim divisi utama Liga Swiss, FC Luzern pada musim 1994-1995. Di FC Luzern, ia mencetak 3 gol dari 12 penampilan.
Sampdoria sempat memanggil Kurniawan untuk kembali bergabung, namun ia memilih untuk pulang ke Indonesia. Pada 1995, Kurniawan bergabung dengan Pelita Jaya.
Setelah itu, Kurniawan sering bergonta-ganti klub. Ia juga sempat merumput kembali di mancanegara dengan bergabung dalam klub Sarawak FA.
Pada 2013, ia memutuskan untuk pensiun setelah membela Persipon Pontianak. Bersama dengan Timnas, Kurniawan telah menorehkan 33 gol.
Usai pensiun, Kurniawan pun terjun menjadi seorang pelatih. Pada musim 2020-2021, Kurnaiwan Dwi Yulianto pernah melatih tim Malaysia Sabah FC. Terbaru, ia resmi menjadi asisten pelatih Como 1907 FC.
4. Bima Sakti
Bima Sakti adalah legenda Timnas Indonesia. Sepanjang perjalanan kariernya di dunia bola, ia bermain di posisi gelandang.
Pada 1989, Bima dipercaya masuk ke tim PON Kalimantan Timur. Karena prestasinya, Bima pun bermain di Persisam Samarinda U15. Kariernya sebagai gelandang melesat pada masanya.
Pada 1994, Bima terpilih menjadi salah satu skuad Sampdoria Primavera yang berlaga di Italia. Ketika itu, Bima satu tim dengan Kurniawan Dwi Yulianto dan Kurnia Sandy.
Sepulangnya dari Italia, Bima menjadi incaran klub Indonesia. Ia sempat bergabung dengan PKT Bontang, Pelita Jaya, PSM Makassar, PSPS Pekanbaru.
Karier Bima Sakti di Timnas Indonesia dimulai pada 1995. Bersama Timnas Indonesia, ia tampil 55 kali. Pada 2016, ia memutuskan untuk pensiun dari klub terakhirnya, Persiba.
Pada awal 2017, Bima Sakti ditunjuk PSSI untuk mendampingi Luis Milla sebagai asisten pelatih Timnas Indonesia U-23.
Setelah menjadi asisten pelatih, ia dipercaya untuk melatih Timnas Indonesia U-16. Bima Sakti sukses membawa tim asuhannya lolos Piala AFC U-16 pada 2020.
5. Kurnia Sandy
Kurnia Sandy adalah kiper legendaris Indonesia. Kurnia pernah menimba ilmu di SSB Tugu Semarang serta pernah tampil di kompetisi internal PSIS Semarang dan membela Laskar Mahesa Jenar pada ajang Piala Haornas.
Selama perjalanan kariernya, ia pernah masuk skuad Sampdoria Primavera pada 1994. Ia kemudian membela Sampdoria sebagai kiper keempat saat itu. Kurnia bahkan kerap dijadikan rekan latihan tendangan bebas legenda Sampdoria, Sinisa Mihajlovic.
Setelah setahun bersama Sampdoria, Kurnia pun kembali ke Indonesia. Di Indonesia, Kurnia pernah memperkuat Pelita Jaya, Persikabo Bogor, PSM Makassar, Arema, Persik Kediri, hingga Mitra Kukar. Kurnia Sandy pensiun sebagai pemain bola pada 2011. Kurnia Sandy kini aktif berprofesi sebagai pelatih kiper.
Baca pembahasan mengenai Pemain Abroad Indonesia selengkapnya di Sportstars.id melalui link berikut https://www.sportstars.id/tag/pemain-abroad-indonesia
Lihat Juga: Maarten Paes Top 7 Kiper dengan Penyelamatan Terbanyak di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona AFC
Berikut beberapa pemain legenda Indonesia yang pernah main di luar negeri pada era 90-an yang di himpun oleh Litbang MNC Portal Indonesia
1. Ricky Yacobi
Ricky Yacobi adalah legenda pemain Indonesia yang pernah bermain di luar negeri pada 1990-an. Ricky Yacobi lahir di Medan, pada 12 Maret 1963. Ia mengawali kariernya di Tim Nasional (Timnas) Indonesia pada 1985.
Pencapaian yang telah dilakukan Ricky Yacobi adalah mengantarkan Timnas Indonesia meraih medali emas SEA Games pada 1987.
Ketika itu, Indonesia keluar sebagai juara usai menang atas Malaysia dengan skor 1-0 pada pertandingan yang digelar di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta.
Meski Ricky tidak mencetak gol di final, ia telah membawa Timnas memperoleh kemenangan atas Myanmar dengan skor 4-1 di semifinal SEA Games 1987.
Sebelum membawa Indonesia meraih medali emas SEA Games 1987, ia menjadi perhatian masyarakat saat mencetak gol fantastis pada Asian Games 1986 di Korea Selatan.
Ketika itu, Timnas Indonesia melawan Uni Emirat Arab (UEA). Ricky Yacobi mencetak gol melalui tendangan voli tanpa bola menyentuh tanah terlebih dahulu.
Pada 1988, Ricky Yacobi direkrut oleh klub Jepang, Matsushita. Nama Ricky Yacob pun berubah menjadi Ricky Yacobi ketika dirinya berada di Jepang.
Perjalananan karier Ricky Yacobi bersama Matsushita ini tidak berlangsung lama. Ia hanya menjalani empat pertandingan serta mencetak satu gol. Ricky pun kembali ke Indonesia. Nama Ricky Yacobi tetap dipertahankannya meski sudah pulang dari Jepang.
Ricky bermain untuk Arseto Solo hingga 1992. Kemudian ia bermain di PS BPD Jateng selama dua tahun hingga akhirnya memutuskan gantung sepatu di PSIS Semarang pada 1995. Pada November 2020, Ricky Yacobi meninggal dunia karena serangan jantung.
2. Rochy Putiray
Rochy Putiray Ramdhani, atau lebih dikenal dengan Rochy Putiray, lahir di Maluku, 26 Juni 1970. Ia adalah bintang sepak bola Indonesia pada 1990-an. Rochy mengawali kariernya di Arseto Solo sejak 1987.
Lalu pada 1990, Rochy dipinjamkan ke klub asal Ceko, Dukla Praha pada 1990. Di Dukla Praha, ia hanya tampil delapan kali serta mencetak satu gol.
Rochy pun kembali merumput bersama Arseto Solo hingga 1999. Ia tampil gemilang sebagai seorang striker dengan 177 gol dari 219 penampilan.
Kemudian, Rochy bergabung dengan Persija Jakarta. Di Persija Jakarta, ia tampil apik dengan menjebol gawang lawan 15 kali dari 20 penampilan pada musim 1999-2000. Rochy lalu menjajal kemampuannya di luar negeri.
Ia bergabung dengan Instant Dict FC, Hong Kong pada musim 2000-2001 serta mencetak 12 gol dari 22 penampilan. Rochy juga mampu mengantarkan klub tersebut berada di posisi runner up liga utama Hong Kong serta mendapat FA Cup Hong Kong.
Pada 2003-2004, Rochy direkrut oleh klub asal Hong Kong lainnya, Kitchee SC. Diketahui, selain dua klub asal Hong Kong tersebut, Rochy juga pernah merumput dengan Happy Valley serta South China AA.
Di level tim nasional, ia pernah membawa pulang medali emas untuk Timnas pada SEA Games 1991 di Filipina. Diketahui, Rochy membela Timnas sejak 1991-2004.
Sebelum bergabung dengan Timnas, ia pernah bergabung dengan Arseto Solo, Persija Jakarta, PSM Makassar hingga PSS Sleman pada pengujung kariernya.
Pada musim 2006-2007, ia memutuskan untuk pensiun. Usai pensiun, pada 2020 ia terlihat melatih tim sepak bola wanita, Jakarta 69.
3. Kurniawan Dwi Yulianto
Kurniawan Dwi Yulianto lahir di Magelang, 13 Juli 1976. Perjalanan sepak bolanya dimulai di Diklat Salatiga kemudian ke Diklat Ragunan.
Nama Kurniawan dikenal ketika masuk sebagai salah satu pemain Indonesia yang dikirim Italia pada Program Timnas Primavera.
Pada 1994, ia tercatat bergabung di skuad Sampdoria Primavera, Italia. Ia berhasil masuk skuad utama Sampdoria Primavera di bawah arahan Sven Goran Eriksson.
Saat itu, Kurniawan bahkan tampil dengan pemain top dunia, yaitu Roberto Mancini serta Ruud Gullit. Penampilannya yang apik membuat Kurniawan dipinjam oleh tim divisi utama Liga Swiss, FC Luzern pada musim 1994-1995. Di FC Luzern, ia mencetak 3 gol dari 12 penampilan.
Sampdoria sempat memanggil Kurniawan untuk kembali bergabung, namun ia memilih untuk pulang ke Indonesia. Pada 1995, Kurniawan bergabung dengan Pelita Jaya.
Setelah itu, Kurniawan sering bergonta-ganti klub. Ia juga sempat merumput kembali di mancanegara dengan bergabung dalam klub Sarawak FA.
Pada 2013, ia memutuskan untuk pensiun setelah membela Persipon Pontianak. Bersama dengan Timnas, Kurniawan telah menorehkan 33 gol.
Usai pensiun, Kurniawan pun terjun menjadi seorang pelatih. Pada musim 2020-2021, Kurnaiwan Dwi Yulianto pernah melatih tim Malaysia Sabah FC. Terbaru, ia resmi menjadi asisten pelatih Como 1907 FC.
4. Bima Sakti
Bima Sakti adalah legenda Timnas Indonesia. Sepanjang perjalanan kariernya di dunia bola, ia bermain di posisi gelandang.
Pada 1989, Bima dipercaya masuk ke tim PON Kalimantan Timur. Karena prestasinya, Bima pun bermain di Persisam Samarinda U15. Kariernya sebagai gelandang melesat pada masanya.
Pada 1994, Bima terpilih menjadi salah satu skuad Sampdoria Primavera yang berlaga di Italia. Ketika itu, Bima satu tim dengan Kurniawan Dwi Yulianto dan Kurnia Sandy.
Sepulangnya dari Italia, Bima menjadi incaran klub Indonesia. Ia sempat bergabung dengan PKT Bontang, Pelita Jaya, PSM Makassar, PSPS Pekanbaru.
Karier Bima Sakti di Timnas Indonesia dimulai pada 1995. Bersama Timnas Indonesia, ia tampil 55 kali. Pada 2016, ia memutuskan untuk pensiun dari klub terakhirnya, Persiba.
Pada awal 2017, Bima Sakti ditunjuk PSSI untuk mendampingi Luis Milla sebagai asisten pelatih Timnas Indonesia U-23.
Setelah menjadi asisten pelatih, ia dipercaya untuk melatih Timnas Indonesia U-16. Bima Sakti sukses membawa tim asuhannya lolos Piala AFC U-16 pada 2020.
5. Kurnia Sandy
Kurnia Sandy adalah kiper legendaris Indonesia. Kurnia pernah menimba ilmu di SSB Tugu Semarang serta pernah tampil di kompetisi internal PSIS Semarang dan membela Laskar Mahesa Jenar pada ajang Piala Haornas.
Selama perjalanan kariernya, ia pernah masuk skuad Sampdoria Primavera pada 1994. Ia kemudian membela Sampdoria sebagai kiper keempat saat itu. Kurnia bahkan kerap dijadikan rekan latihan tendangan bebas legenda Sampdoria, Sinisa Mihajlovic.
Setelah setahun bersama Sampdoria, Kurnia pun kembali ke Indonesia. Di Indonesia, Kurnia pernah memperkuat Pelita Jaya, Persikabo Bogor, PSM Makassar, Arema, Persik Kediri, hingga Mitra Kukar. Kurnia Sandy pensiun sebagai pemain bola pada 2011. Kurnia Sandy kini aktif berprofesi sebagai pelatih kiper.
Baca pembahasan mengenai Pemain Abroad Indonesia selengkapnya di Sportstars.id melalui link berikut https://www.sportstars.id/tag/pemain-abroad-indonesia
Lihat Juga: Maarten Paes Top 7 Kiper dengan Penyelamatan Terbanyak di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona AFC
(mirz)