Membaca Fluktuasi Inter Milan di Tangan Pelatih Antonio Conte

Rabu, 01 Juli 2020 - 09:21 WIB
loading...
Membaca Fluktuasi Inter Milan di Tangan Pelatih Antonio Conte
Pelatih Inter Milan Antonio Conte. Foto/Reuters
A A A
MILAN - Saat Antonio Conte datang ke Inter Milan, banyak yang berharap mantan pelatih Chelsea dan Juventus ini bisa mengubah peruntungan I Nerazzurri. Peruntungan dalam perburuan gelar Seri A .

Conte datang ke Milan dengan reputasi sebagai pelatih yang berhasil menaklukkan Seri A bersama Juventus dan Liga Primer saat menangani Chelsea. Harapan itu sempat diberikan Conte di awal musim sebelum akhirnya mengembalikan Inter ke habitat lama, seusai Jose Mourinho, gagal bersaing menjadi juara.

Vonis gagal juara di musim ini mungkin masih bisa didapat jika melihat teori kalkulasi poin yang tersisa di Seri A. Dengan sisa 10 pertandingan, artinya masih ada 30 poin yang dipertandingkan. Sementara dibandingkan Lazio di urutan kedua tersisa empat poin.

Artinya, jarak antara Inter dan Juventus sebagai pemuncak klasemen sementara hanya delapan poin, sedangkan dibandingkan Lazio di urutan kedua hanya empat angka. Artinya, Inter hanya butuh tidak kalah di pertandingan tersisa sambil berharap Juve dan Lazio terpeleset. (Baca: Sepenuhnya terbebas dari Juventus, Allegri Kini Bisa Dipinang)

Jadi? Sekali lagi, teorinya, Inter masih memiliki peluang untuk berburu gelar. Tapi, seperti di awal, peluang itu terasa berat jika melihat bagaimana Inter masih belum memperlihatkan bentuk terbaiknya, sejak mereka terpeleset ke urutan ketiga klasemen, tepatnya di pekan ke-24 sampai sekarang.

Untuk memudahkan, melihat siklus penampilan Inter sejauh ini, perjalanan Inter bisa dibagi menjadi tiga fase. Pertama adalah pekan pertama sampai giornata ke-15, fase kedua di pekan ke-16 sampai ke-25 sebelum liga dihentikan, sedangkan fase ketiga setelah Seri A dilanjutkan kembali.

Pada fase pertama, Inter terlihat menjanjikan. Dari pekan pertama sampai ke-15, Romelu Lukaku dkk hanya menelan satu kekalahan dan dua kali imbang. Artinya, dari total 45 poin yang diperebutkan, Inter hanya kehilangan tujuh angka. Satu-satunya kekalahan didapat ketika melawan Juventus.

Total 38 poin berhasil didapatkan Inter di fase pertama atau 2,5 poin per pertandingan dengan enam clean sheets. Hasil itu cukup membuat Inter terus menempel Juventus, bahkan sempat menempati puncak klasemen selama empat pekan.

Ketidakseimbangan mulai muncul di periode kedua saat mereka kembali berada di puncak klasemen pekan ke-16 sampai 18, Inter mulai limbung. Dari sembilan pertandingan, Inter harus menderita dua kekalahan dan empat kali imbang. Berarti, dari 27 kemungkinan angka yang bisa ditambang, Inter hanya memperoleh 13 poin. Jika dibuat rata-rata, perolehan poin Inter drop menjadi hanya 1,4 per pertandingan.

Sementara di fase ketiga atau tahap setelah liga dilanjutkan, Inter juga belum stabil. Dari tiga pertandingan, mereka mendapatkan dua kemenangan dan satu imbang. Sekilas tidak ada yang terlalu mengkhawatirkan dengan hasil ini. Tapi, jika melihat bagaimana cara Inter mendapatkan poin di tiga pertandingan terakhir, terbilang mengkhawatirkan. (Baca juga: Pantang Menyerah Buru Scudetto, Lazio Belajar dari Kesalahan)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1669 seconds (0.1#10.140)