Hal Unik Tentang Sepakbola Indonesia

Senin, 09 Juni 2014 - 13:38 WIB
Hal Unik Tentang Sepakbola Indonesia
Hal Unik Tentang Sepakbola Indonesia
A A A
JAKARTA - Perhelatan sepakbola dunia tak lama akan digelar di Brazil. Sebagai negara di Asia Tenggara yang mayoritasnya menjadikan sepakbola sebagai olahraga favorit, tentunya rasa iri jelas ada. Mimpi kapan tim nasional bisa berlaga di pentas dunia belum pernah surut.

Tapi tahukah Anda, jika sebenarnya Indonesia pernah tampil di piala dunia, bahkan sebagai negara Asia pertama yang berkiprah. Nah, hal inilah yang menjadi salah satu hal unik tentang sepakbola Indonesia yang dibeberkan BBC, Senin (9/6). Hal unik apalagi yang ada di timnas Indonesia :

Indonesia adalah negara Asia pertama yang berlaga pada putaran final Piala Dunia.
Saat itu penampilan Indonesia masih menggunakan nama Hindia Belanda dan tampil di Piala Dunia 1938 di Prancis. Pada pertandingan pertama di Stadion Reims, 5 Juni 1938, tim yang diperkuat pemain-pemain asal suku Jawa, Maluku, Tionghoa, dan Indo-Belanda itu kalah telak 0-6 dari Hongaria. Hongaria melaju hingga ke laga final dan menjadi runner-up akibat ditekuk Italia 2-4.

Kapten timnas Indonesia adalah seorang dokter
Tahukah Anda, saat berlaga di Prancis 1938 tim Hindia Belanda dikapteni Achmad Nawir. Ia adalah pemain belakang klub Voetbal Bond dan dipercaya sebagai kapten oleh Johannes Christoffel van Mastenbroek. Ternyata Nawir mempunyai profesi lainnya selain pesepakbola, yakni sebagai dokter. Hal unik lainnya adalah Nawir ternyata setiap berlaga mengenakan kacamata yang saat ini masih diperkenankan.

Indonesia Nyaris Permalukan Uni Soviet
Jika info soal Indonesia pernah menahan Uni Soviet 0-0 di Olimpiae Melbourne 1956 mungkin sudah semuanya tahu. Namun, tahukah Anda jika Indonesia nyaris mempermalukan Soviet di pertandingan itu? Kala itu, penyerang Andi Ramang dari PSM Makassar melepaskan tendangan di menit 84. Sayangnya tembakan tersebut mampu diantisipasi kiper legendaris Lev Yashin.

Penyerang legendaris aadalah tukang becak
Buat pecinta sepakbola Indonesia tentu tak asing dengan pemain legendaris Andi Ramang. Ia adalah pemain kelahiran Barru dan pindah ke Makassar jelang kemerdekaan. Selama di ibukota Sulawesi Selatan itu, Andi mencari nafkah dengan cara menarik becak. Selanjutnya ia bergabung dengan Persatuan Sepak Bola Induk Sulawesi pada sebuah kompetisi melawan PSM Makassar.

Tiga pemain bermarga Tan
Saat ini jarang ditemui pemain sepakbola Indonesia yang merupakan pemain keturunan China. Padahal, sebelum Orde Baru pemain keturunan ini selalu menjadi andalan. Bahkan pada Piala Dunia 1938, tiga pemain nasional berasal dari marga Tan, yakni Tan "Bing" Mo Heng (kiper asal klub HCTNH Malang), plus dua penyerang Tan Hong Djien (Tiong Hoa Soerabaja) dan Tan See Han (HBS Soerabaja).

Pemain keturunan juga tampil di Olimpiade 1956 di Melbourne, seperti Tan Liong Houw, Phwa Sian Liong, Kwee Kiat Sek, Thio Him Tjiang, dan Beng Ing Hien. Pelatih tim Indonesia saat itu, Anton Pogacnik, mengaku keempatnya merupakan kunci pertahanan saat tim Garuda menahan imbang Uni Soviet 0-0.

Antun Pogacnik pelatih tersukses
Tak bisa dipungkiri hadirnya Antun ‘Toni’ Pogacnik, tim nasional Indonesia kala itu mendapatkan prestasi yang luar biasa. Semasa ditangani pelatih asal Yugoslavia itu, Indonesia mampu menjadi semifinalis Asian Games 1954 di Manila, menahan imbang Uni Soviet di Olimpiade 1956, dan merebut medali perunggu di Asian Games 1958 di Tokyo. Pogacnik juga nyaris membawa Indonesia melangkah ke putaran final Piala Dunia 1958 di Swedia.

Indonesia tolak lawan Israel
Setelah melewati China dalam pertandingan kandang dan tandang, Indonesia lolos ke babak kedua kualifikasi Piala Dunia 1958 Swedia. Indonesia tergabung bersama Israel, Sudan, dan Mesir menolak bertanding melawan Israel karena sikap politik Indonesia. Israel pun diuntungkan dan melaju ke babak playoff, langkah Israel terhenti akibat takluk dari Wales, runner up grup kualifikasi Eropa.
(bbk)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5449 seconds (0.1#10.140)