9 Kali Kalah Dalam Satu Musim, Ada Apa dengan Pep Guardiola?

Rabu, 08 Juli 2020 - 11:26 WIB
loading...
9 Kali Kalah Dalam Satu Musim, Ada Apa dengan Pep Guardiola?
Pelatih Manchester City Pep Guardiola. Foto/dok
A A A
MANCHESTER - Leroy Sane resmi ke Bayern Muenchen, David Silva pensiun, Sergio Aguero rawan cedera dan mulai menua. Ini gambaran Manchester City (Man City) di pengujung musim. Mereka dipastikan kehilangan gelar Liga Primer, meski masih berada di jalur Piala FA dan Liga Champions.

Pep Guardiola sedang mengalami masalah aneh di Man City. Untuk pertama kali dalam karier profesionalnya, tim yang ditukanginya menelan sembilan kekalahan. Anda tidak salah baca statistik, sembilan kekalahan dalam satu musim. Jika sepak bola adalah lari, Man City kalah di nomor sprint dan maraton sekaligus.

Jarak 25 poin adalah angka yang mungkin tidak terbayangkan dalam benak Guardiola sebelum musim dimulai. “Sulit bagi kami menemukan alasan mengapa (menelan kekalahan) itu terjadi,” kata Guardiola, saat ditanya tentang buruknya rekor Man City. (Baca:Juventus Kalah dari Milan, Sarri: Tak Perlu Diratapi)

Secara materi, tidak ada yang berubah dari The Citizens antara musim ini dan sebelumnya. Hanya, statistik memperlihatkan hasil berbeda. Rata-rata poin Man City turun 0,58 dibandingkan musim lalu. Musim ini, Man City hanya mengumpulkan rata-rata 2,00 poin per laga, sedangkan musim lalu 2,58.

Penurunan ini disebabkan buruknya perolehan laga tandang Silva dkk. Jika musim 2018/2019 mereka berhasil menambang 2,32 poin dari kandang lawan, tahun ini hanya 1,65! Rata-rata hasil tandang ini bahkan lebih buruk dibandingkan Chelsea yang memperoleh 1,69 poin saat laga tandang.

Pun dengan laga kandang yang mengalami penurunan. Musim ini pendapatan di Stadion Etihad hanya di angka 2,38 dari 2,84 per pertandingan. Menariknya, ada faktor berbeda dari penurunan poin di kandang dan tandang.

Di laga kandang, Man City memiliki masalah dalam produktivitas dan pertahanan mereka yang sama-sama mengalami penurunan. Di laga tandang, The Citizens justru naik dari sisi produktivitas, tapi rentan di pertahanan.

Dua faktor yang memberikan indikasi jika Man City memang memiliki kelemahan di sektor belakang dan depan. Di belakang, sejak Vincent Kompany pensiun, Man City tak memiliki pemimpin untuk mengorganisasi pertahanan. (Baca juga:Bus Tercebur di Waduk China, 21 Orang Tewas)

Dua center back yang didatangkan dengan harga mahal, yakni Aymeric Laporte serta John Stones perlahan terlihat menurun. Laporte sering mendapatkan tempat utama, tapi dia bukan pemain penting di belakang. Sementara Stones lebih sering naik meja perawatan. Tandem alternatif seperti Nicolas Otamendi dan Eric Garcia juga tak pernah benar-benar konsisten.

Lini depan tak kalah rumit. Meski memiliki Raheem Sterling dengan 13 gol dan Gabriel Jesus yang 10 kali menjebol gawang lawan, mereka tetap tak bisa menepikan Aguero. Contoh nyata saat pertandingan melawan Chelsea. Mendominasi laga, mereka kesulitan masuk ke pertahanan karena tidak ada pemain yang konsisten berada di area penalti dan bisa menarik pemain lawan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1541 seconds (0.1#10.140)