Rio Haryanto Menghitung Hari di Sirkus Formula 1 Musim 2016

Selasa, 31 Mei 2016 - 00:09 WIB
Rio Haryanto Menghitung...
Rio Haryanto Menghitung Hari di Sirkus Formula 1 Musim 2016
A A A
JAKARTA - Rio Haryanto menghitung hari dengan roda nasib masa depannya di sirkus Formula 1 musim 2016. Akankah sepak terjang pilot F1 satu-satunya Indonesia itu harus terhenti sebelum semusim balapan bersama Manor Racing?

Nasib pembalap asal Surakarta itu bergantung guyuran tambahan modal 7 juta Euro untuk melengkapi total dana 15 juta Euro yang harus disetor Rio kepada tim Manor Racing. Jelas, biaya sebesar itu tidak mungkin didapatkan oleh menajemennya sendiri. Jadi, bantuan dari beberapa pihak seperti pemerintah dan beberapa perusahan BUMN di Indonesia menjadi hal paling penting.

Sayangnya, hingga saat ini, Rio hanya baru bisa membayarkan 8 juta Euro kepada tim yang berbasis di Inggris itu. Dana tersebut didapatkannya dari Pertamina sebesar 5 juta euro dan 3 juta euro dari manajemen sendiri. Jelas, pilot berusia 23 tahun itu masih membutuhkan sekitar 7 juta Euro jika ingin balapan hingga akhir musim.

Menurut Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora, Gatot S. Dewa Broto mengatakan, dirinya baru saja bertemu dengan CEO salah satu BUMN ditemani Ibunda Rio, Indah Pennywati mewakili manajemen Rio. Dalam pertemuan yang berlangsung di sebuah restoran di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan itu, BUMN tersebut memberikan respons positifnya.

"Kami (Kemenpora) minta bantuan Ibu Indah untuk extend deadline dari akhir Mei menjadi akhir Jun. Dan itu akan diselesaikan secara teknis antara tim manajemen Rio dan Manor Racing," kata Gatot.

Meski sudah merasakan enam race di F1 pada musim ini, Rio belum bisa mendapatkan 1 poin pun. Catatan terbaiknya adalah menempati posisi 15 pada balapan di Grand Pric Monaco di sirkuit Monte Carlo, akhir pekan lalu. Sedangkan saat lomba Bahrain dan Spanyol, dia berada di posisi 17, serta peringkat 21 di China. Bahkan, Rio dua kali gagal menyelesaikan lomba di GP Australia dan Rusia karena masalah teknis.

Namun, dari enam balapan awal itu, Rio ternyata lebih baik dibandingkan pembalap Asia Tenggara terakhir di ajang F1 pada 2002, Alex Yoong. Pembalap asal Malaysia itu, hanya dua kali menyelesaikan lomba di peringkat ketujuh di Australia dan 13 di Brazil. Sedangkan di Malaysia dan Austria retired. Bahkan, saat balapan keempat di San Marino, Yoong gagal mencatatkan limit waktu kualifikasi 107%.

Bedanya, Yoong mampu menyelesaikan karirnya hingga akhir musim karena mendapatkan dana yang cukup bersama tim Minardi. Jelas, Rio akan terus berjuang mendapatkan sisa bayaran agar bisa terus balapan hingga seri terakhir yang diselenggarakan di Abu Dhabi, 27 November mendatang.

Bukan hanya itu, kondisi yang terjadi di lapangan ternyata lebih ekstrem dari yang sebelumnya terdengar. Ibunda Rio memaparkan bahwa jika sampai akhir Mei Rio tidak bisa melunasi kekurangan pembayarannya, sewaktu-waktu posisi Rio di Manor langsung bisa digantikan tanpa menunggu putaran ke-11 Formula 1 2016.

Di sisi lain, BUMN yang bersangkutan menyebut tidak mau sendirian untuk menanggung 7 juta euro kekurangan dana Rio. Untuk itu, awal puasa nanti, BUMN tersebut akan menggelar special gathering dengan beberapa BUMN lain untuk membantu.

"Permintaan BUMN itu adalah kehadiran dari Wapres (Wakil Presiden, Jusuf Kalla). Karena sebelumnya saat awal Rio minta izin membalap, Wapres bilang mau bantu. Saya sudah berkoordinasi dengan pihak Wapres untuk melaksanakan gathering tersebut di kalangan terbatas BUMN yang berpotensi bantu," jelas Gatot.

Sementara itu, Sekretaris Jendral Ikatan Motor Indonesia (IMI) Jeffrey JP merasa sangat disayangkan jika Rio harus terhenti di pertengahan musim. Sebab, perjuangan Rio bisa berlaga di F1 tidak lah mudah karena membutuhkan pengorbanan yang tinggi, salah satunya dana besar.

Meski masih kekurangan dana, Jeffrey sangat mendukung semua pihak dapat membantu Rio agar bisa terus berlaga di F1. Apalagi, dia F1 merupakan ajang balap mobil paling tinggi yang diimpikan semua pembalap di dunia. Tapi, masalah dana memang menjadi penyebab paling besar.

"Karena F1 adalah olahraga profesional, maka harus punya dana. Apalagi F1 yang merupakan puncak bagi para pembalap mobil di dunia pasti pasti membutuhkan dana besar. Yang jelas, saya berharap ada bantuan untuk Rio agar terus berkiprah di ajang itu," ujar Jefrey. "Kita tidak boleh mengatakan Rio gagal, karena seorang pembalap bisa dikatakan sukses di F1 membutuhkan waktu tiga tahun," paparnya.
(aww)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0714 seconds (0.1#10.140)