REVIEW: Indonesia Masih Kesulitan Hadapi China
A
A
A
DONGGUAN - Indonesia kembali gagal merebut gelar juara Piala Sudirman. Tahun ini langkah Indonesia terhenti di babak semifinal usai kalah 1-3 dari sang tuan rumah, China.
Ini merupakan catatan buruk yang belum terputus sejak 1991 silam. Sejak saat itu Indonesia tak pernah lagi menjadi pemenang dalam turnamen ini. Satu-satunya gelar juara yang didapat Indonesia terjadi pada 1989 yaitu saat Piala Sudirman digelar untuk pertama kalinya dan Jakarta terpilih sebagai tuan rumah.
Tahun ini peluang Indonesia untuk meraih trofi bergengsi di dunia bulu tangkis tersebut sebenarnya sempat terbuka. Sebab Indonesia selalu memenangkan pertandingan sejak babak penyisihan hingga perempat final. Namun usaha keras para punggawa Merah Putih tak mampu merobohkan kekuatan China yang sudah menyabet sembilan gelar juara pada turnamen ini.
"Semua pemain sudah melakukan yang terbaik. Babak-babak sebelumnya, semua tim yang melawan China kalah 5-0 atau 3-0. Tapi kita bisa mencuri satu angka dan memberikan perlawanan sengit kepada mereka," ucap Rexy Mainaky, manajer tim Indonesia yang dikutip dari laman resmi PBSI.
Pada game pertama, Indonesia sempat memimpin lewat ganda putra, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Keduanya berhasil mengalahkan Cai Yun/Fu Haifeng 21-16 dan 21-17.
Namun pada game kedua, China bisa menyamakan kedudukan. Bellaetrix Manuputty yang turun di sektor tunggal putri terpaksa mundur dari pertandingan karena mengalami cedera di lutut kirinya.
"Kalau Bella tidak cedera, dengan melihat percaya dirinya melawan Li Xuerui kemarin, saya yakin hasilnya bisa lain. Secara keseluruhan, dengan perpaduan tim antara pemain senior dan junior, tentu saja ini akan menjadi warning buat China dan akan bagus ke depannya buat regenerasi Indonesia," jelas Rexy.
Pada game ketiga, China membalikkan keadaan. Jonatan Christie tak berdaya saat berhadapan dengan Chen Long. Atlet muda Indonesia itu menyerah 10-21 dan 15-21.
"Ini menjadi pengalaman berharga buat Jonatan. Semoga dia bisa lebih baik lagi dalam pertandingan penting," ujar Rexy memberikan saran.
Selanjutnya Indonesia sempat menghidupkan peluang menang lewat pertarungan ganda putri. Pasangan Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari bisa mengalahkan Tang Yuanting/Yu Yang pada set pertama. Namun sayang, dalam dua set berikutnya, Greysia/Nitya keok dari lawannya. Skor pada game keempat berkesudahan 21-17, 17-21 dan 15-21.
Menanggapi kekalahan ini, Gita Wirjawan selaku Ketua Umum PBSI tetap mengapresiasi perjuangan para pemain. Menurutnya kekalahan ini bisa dijadikan pelajaran untuk semua pemain dan juga pelatih.
"Intinya para atlet sudah berjuang mati-matian dan melakukan hal yang terbaik dari yang mereka bisa. Kaderisasi juga berjalan dengan baik. Piala Sudirman ini bisa dijadikan pengalaman dan pembelajaran serta tolak ukur pembinaan prestasi bagi para atlet dan pelatih," ungkapnya.
Kini Indonesia harus menunggu dua tahun lagi untuk berjuang di Piala Sudirman. Pada 2017 mendatang, turnamen beregu ini bakal diselenggarakan di Gold Coast, Australia.
Ini merupakan catatan buruk yang belum terputus sejak 1991 silam. Sejak saat itu Indonesia tak pernah lagi menjadi pemenang dalam turnamen ini. Satu-satunya gelar juara yang didapat Indonesia terjadi pada 1989 yaitu saat Piala Sudirman digelar untuk pertama kalinya dan Jakarta terpilih sebagai tuan rumah.
Tahun ini peluang Indonesia untuk meraih trofi bergengsi di dunia bulu tangkis tersebut sebenarnya sempat terbuka. Sebab Indonesia selalu memenangkan pertandingan sejak babak penyisihan hingga perempat final. Namun usaha keras para punggawa Merah Putih tak mampu merobohkan kekuatan China yang sudah menyabet sembilan gelar juara pada turnamen ini.
"Semua pemain sudah melakukan yang terbaik. Babak-babak sebelumnya, semua tim yang melawan China kalah 5-0 atau 3-0. Tapi kita bisa mencuri satu angka dan memberikan perlawanan sengit kepada mereka," ucap Rexy Mainaky, manajer tim Indonesia yang dikutip dari laman resmi PBSI.
Pada game pertama, Indonesia sempat memimpin lewat ganda putra, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Keduanya berhasil mengalahkan Cai Yun/Fu Haifeng 21-16 dan 21-17.
Namun pada game kedua, China bisa menyamakan kedudukan. Bellaetrix Manuputty yang turun di sektor tunggal putri terpaksa mundur dari pertandingan karena mengalami cedera di lutut kirinya.
"Kalau Bella tidak cedera, dengan melihat percaya dirinya melawan Li Xuerui kemarin, saya yakin hasilnya bisa lain. Secara keseluruhan, dengan perpaduan tim antara pemain senior dan junior, tentu saja ini akan menjadi warning buat China dan akan bagus ke depannya buat regenerasi Indonesia," jelas Rexy.
Pada game ketiga, China membalikkan keadaan. Jonatan Christie tak berdaya saat berhadapan dengan Chen Long. Atlet muda Indonesia itu menyerah 10-21 dan 15-21.
"Ini menjadi pengalaman berharga buat Jonatan. Semoga dia bisa lebih baik lagi dalam pertandingan penting," ujar Rexy memberikan saran.
Selanjutnya Indonesia sempat menghidupkan peluang menang lewat pertarungan ganda putri. Pasangan Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari bisa mengalahkan Tang Yuanting/Yu Yang pada set pertama. Namun sayang, dalam dua set berikutnya, Greysia/Nitya keok dari lawannya. Skor pada game keempat berkesudahan 21-17, 17-21 dan 15-21.
Menanggapi kekalahan ini, Gita Wirjawan selaku Ketua Umum PBSI tetap mengapresiasi perjuangan para pemain. Menurutnya kekalahan ini bisa dijadikan pelajaran untuk semua pemain dan juga pelatih.
"Intinya para atlet sudah berjuang mati-matian dan melakukan hal yang terbaik dari yang mereka bisa. Kaderisasi juga berjalan dengan baik. Piala Sudirman ini bisa dijadikan pengalaman dan pembelajaran serta tolak ukur pembinaan prestasi bagi para atlet dan pelatih," ungkapnya.
Kini Indonesia harus menunggu dua tahun lagi untuk berjuang di Piala Sudirman. Pada 2017 mendatang, turnamen beregu ini bakal diselenggarakan di Gold Coast, Australia.
(bep)