Dicuekin Pemerintah, Promotor Tinju Harus Berdarah-darah
A
A
A
JAKARTA - Pembinaan olahraga, khususnya tinju profesional sepertinya masih belum mendapat perhatian dari Pemerintah. Pemerintah dinilai masih sebelah mata memandang olahraga. Akibatnya perkembangan olahraga adu jotos ini membuat sejumlah promotor tinju tanah air harus berdarah-darah mempertahankan esksistensi olahraga ini.
Promotor tinju Hartono Tanuwidjaja dari Hartono Tanuwidjaja Boxing Camp mengatakan, alokasi bantuan dana dari pemerintah masih belum dirasakan. Padahal minat masyarakat untuk mengembangkan tinju sangat kuat.
“Perhatian Pemerintah terhadap pembinaan olahraga tinju tidak ada. Perjuangannya enggak ada sama sekali,” tutur Hartono ketika ditemui Sindonews, Kamis (21/5).
Hartono menegaskan, pemerintah hanya numpang nama jika olahraga kita mendapat prestasi dan bisa mengharumkan nama bangsa. Namun untuk pembinaan atlet dan menggelar pertandingan pemerintah seperti kurang berminat untuk berpartisipasi.
Pemerintah sebenarnya mempunyai niat mengembangkan olahraga tinju di tanah air. Tapi, tambah dia, pada akhirnya dikembalikan lagi kepada masing-masing promotor. Artinya, promotor tinju inilah yang memberikan jalan kepada petinju tanah air untuk mengembangkan bakatnya.
Tapi ada kendala yang dirasakan promotor tinju setiap kali akan menggelar pertarungan. Karena promotor tinju terpaksa mengeluarkan kocek pribadi untuk mencetak petinju andal tanah air.
“Jadi promotor artinya kita harus siap merogoh kocek pribadi. Bahkan untuk mempertahankan olahraga ini dan mencari bibit-bibit petinju profesional saya harus berani membayar petinju di atas rata-rata gaji petinju nasional untuk saat ini, artinya kita promotor harus berdarah-darah,” tandasnya.
Promotor tinju Hartono Tanuwidjaja dari Hartono Tanuwidjaja Boxing Camp mengatakan, alokasi bantuan dana dari pemerintah masih belum dirasakan. Padahal minat masyarakat untuk mengembangkan tinju sangat kuat.
“Perhatian Pemerintah terhadap pembinaan olahraga tinju tidak ada. Perjuangannya enggak ada sama sekali,” tutur Hartono ketika ditemui Sindonews, Kamis (21/5).
Hartono menegaskan, pemerintah hanya numpang nama jika olahraga kita mendapat prestasi dan bisa mengharumkan nama bangsa. Namun untuk pembinaan atlet dan menggelar pertandingan pemerintah seperti kurang berminat untuk berpartisipasi.
Pemerintah sebenarnya mempunyai niat mengembangkan olahraga tinju di tanah air. Tapi, tambah dia, pada akhirnya dikembalikan lagi kepada masing-masing promotor. Artinya, promotor tinju inilah yang memberikan jalan kepada petinju tanah air untuk mengembangkan bakatnya.
Tapi ada kendala yang dirasakan promotor tinju setiap kali akan menggelar pertarungan. Karena promotor tinju terpaksa mengeluarkan kocek pribadi untuk mencetak petinju andal tanah air.
“Jadi promotor artinya kita harus siap merogoh kocek pribadi. Bahkan untuk mempertahankan olahraga ini dan mencari bibit-bibit petinju profesional saya harus berani membayar petinju di atas rata-rata gaji petinju nasional untuk saat ini, artinya kita promotor harus berdarah-darah,” tandasnya.
(wbs)