Blatter Ogah Debat, Alasan Figo Mundur
A
A
A
LISBON - Hanya seminggu sebelum pemilihan Presiden FIFA pada 29 Mei mendatang, dua kandidat reformasi yang menentang Sepp Blatter telah menarik diri dari pencalonan bursa pimpinan Badan Sepak Bola Dunia. Keputusan Michael van Praag mundur seakan menderek Luis Figo untuk meninggalkan posisi sebagai orang nomor satu di organisasi sepak bola dunia tersebut.
Keputusan mantan bintang Barcelona dan Real Madrid itu hanya berlangsung beberapa jam pasca Van Praag, yang juga menjabat sebagai Presiden Asosiasi Sepak Bola Belanda memutuskan mundur. Berarti posisi Sepp Blatter untuk melanjutkan kursi kekuasaan di organisasi sepak bola dunia semakin leluasa. Karena lawan yang akan dihadapinya adalah Pangeran Ali Bin Al-Hussain dari Yordania.
Alasan Figo mundur dari pencalonan Presiden FIFA tak terlepas dari keengganan Blatter untuk terlibat dalam debat terbuka dengan kandidat Presiden lainnya yang rencananya bakal disiarkan langsung di televisi, radio serta media online. Sejauh ini pihak Blatter tidak memberitahukan alasan penolakan. (Baca juga: Blatter Tolak Hadiri Debat Calon Presiden FIFA)
Figo berkata bahwa pemilihan Presiden FIFA secara umum hanya untuk mempertahankan kekuasaan satu orang. Lelaki keturunan Portugal ini bahkan tidak segan-segan menyebut jika proses ini palsu, karena sudah dirancang untuk menjaga Bllatter dalam kekuasaan.
"Apakah ada yang berpikir itu normal bahwa pemilihan salah satu organisasi yang paling tinggi tahtanya di dunia dapat terus maju tanpa debat publik? Apakah ada yang berpikir itu normal bahwa salah satu kandidat tidak repot-repot untuk menyajikan manifesto pemilu yang dapat memberikan suara pada 29 Mei? Bukankah seharusnya wajib untuk hadir sehingga calon Presiden FIFA tahu apa yang mereka suara jalannya ke depannya. Jadi proses pemilu ini sudah dirancang untuk mengirimkan kekuasaan mutlak pada satu orang. Itu sebabnya, setelah refleksi pribadi dan berbagi pandangan dengan dua kandidat lainnya dalam proses ini, saya percaya bahwa apa yang akan terjadi pada 29 Mei di Zurich bukanlah tindakan pemilihan normal," tegas Figo seperti dikutip Businessinsider, Jumat (22/5/2015).
Blatter telah menjabat sebagai orang nomor satu di organisasi sepak bola dunia sejak 1998. Secara luas ia diperkirakan akan memenangkan pemilu. Namun, sejak kepengurusannya Figo menilai ia selalu menerapkan gaya kediktatoran dan di tangannya korupsi di FIFA secara terang benderang terlihat jelas. (Baca juga: Calon Presiden FIFA Satu Per Satu Rontok)
"Saya pergi dan bertemu orang-orang luar biasa, meskipun mereka mengakui ada nilai yang dilakukan. Namun mereka juga sependapat dengan perlunya perubahan, yang membersihkan reputasi FIFA sebagai organisasi tidak jelas yang sering dipandang sebagai tempat korupsi. Tapi selama beberapa bulan terakhir ini saya tidak hanya menyaksikan bahwa keinginan (untuk perubahan), saya telah menyaksikan insiden berturut-turut, di seluruh dunia, yang seharusnya malu. Sebab semua orang menginginkan sepak bola untuk bebas, bersih dan demokratis."
Keputusan mantan bintang Barcelona dan Real Madrid itu hanya berlangsung beberapa jam pasca Van Praag, yang juga menjabat sebagai Presiden Asosiasi Sepak Bola Belanda memutuskan mundur. Berarti posisi Sepp Blatter untuk melanjutkan kursi kekuasaan di organisasi sepak bola dunia semakin leluasa. Karena lawan yang akan dihadapinya adalah Pangeran Ali Bin Al-Hussain dari Yordania.
Alasan Figo mundur dari pencalonan Presiden FIFA tak terlepas dari keengganan Blatter untuk terlibat dalam debat terbuka dengan kandidat Presiden lainnya yang rencananya bakal disiarkan langsung di televisi, radio serta media online. Sejauh ini pihak Blatter tidak memberitahukan alasan penolakan. (Baca juga: Blatter Tolak Hadiri Debat Calon Presiden FIFA)
Figo berkata bahwa pemilihan Presiden FIFA secara umum hanya untuk mempertahankan kekuasaan satu orang. Lelaki keturunan Portugal ini bahkan tidak segan-segan menyebut jika proses ini palsu, karena sudah dirancang untuk menjaga Bllatter dalam kekuasaan.
"Apakah ada yang berpikir itu normal bahwa pemilihan salah satu organisasi yang paling tinggi tahtanya di dunia dapat terus maju tanpa debat publik? Apakah ada yang berpikir itu normal bahwa salah satu kandidat tidak repot-repot untuk menyajikan manifesto pemilu yang dapat memberikan suara pada 29 Mei? Bukankah seharusnya wajib untuk hadir sehingga calon Presiden FIFA tahu apa yang mereka suara jalannya ke depannya. Jadi proses pemilu ini sudah dirancang untuk mengirimkan kekuasaan mutlak pada satu orang. Itu sebabnya, setelah refleksi pribadi dan berbagi pandangan dengan dua kandidat lainnya dalam proses ini, saya percaya bahwa apa yang akan terjadi pada 29 Mei di Zurich bukanlah tindakan pemilihan normal," tegas Figo seperti dikutip Businessinsider, Jumat (22/5/2015).
Blatter telah menjabat sebagai orang nomor satu di organisasi sepak bola dunia sejak 1998. Secara luas ia diperkirakan akan memenangkan pemilu. Namun, sejak kepengurusannya Figo menilai ia selalu menerapkan gaya kediktatoran dan di tangannya korupsi di FIFA secara terang benderang terlihat jelas. (Baca juga: Calon Presiden FIFA Satu Per Satu Rontok)
"Saya pergi dan bertemu orang-orang luar biasa, meskipun mereka mengakui ada nilai yang dilakukan. Namun mereka juga sependapat dengan perlunya perubahan, yang membersihkan reputasi FIFA sebagai organisasi tidak jelas yang sering dipandang sebagai tempat korupsi. Tapi selama beberapa bulan terakhir ini saya tidak hanya menyaksikan bahwa keinginan (untuk perubahan), saya telah menyaksikan insiden berturut-turut, di seluruh dunia, yang seharusnya malu. Sebab semua orang menginginkan sepak bola untuk bebas, bersih dan demokratis."
(rus)