Blatter Absen di Jumpa Pers
A
A
A
ZURICH - Presiden FIFA, Sepp Blatter kabarnya tidak menghadiri jumpa pers pada Kamis (28/5) waktu setempat. Jumpa pers itu terkait Pemilihan Presiden FIFA yang akan berlangsung, Jumat (29/5) waktu setempat.
Mengutip Sports Mole, absennya Blatter diduga tidak lepas dari kasus korupsi dan suap yang sedang menimpa FIFA. Absennya Blatter merupakan yang ketiga kali dalam sepekan sejak kasus itu mengemuka ke publik.
Seperti diketahui, tujuh pejabat FIFA ditangkap oleh FBI pada, Rabu (27/5) karena diduga terkait kasus suap, pencucian uang dan korupsi di tubuh otoritas tertinggi sepak bola dunia itu.
Para pejabat itu diduga menerima lebih dari 65 juta poundsterling sekitar Rp1,3 triliun dari sejak 1990 hingga sekarang. Tidak hanya itu, secara terpisah Kepolisian Swiss juga tengah menyelidiki kemungkinan adanya suap di proses pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022, yang menghasilkan Russia dan Qatar sebagai tuan rumah.
Dalam pernyataannya, Blatter mengungkapkan, dirinya mempersilahkan pihak berwenang menginvestigasi lembaga pimpinannya tersebut. Dengan tegas, pria yang sudah memimpin FIFA sejak 1998 ini mengungkapkan, lembaga pimpinannya tidak mentolerir aksi kriminal apapun di sepak bola.
Kasus ini menimbulkan reaksi beragam di dunia sepak bola. UEFA misalnya, Asosiasi Sepak bola Eropa itu meminta FIFA mengundurkan Kongres Pemilihan Presiden FIFA pada Jumat pekan ini, setidaknya sampai enam bulan ke depan.
Reaksi lebih keras datang dari mantan pemain timnas Prancis, David Ginola. Pria yang sempat ikut dalam bursa calon Presiden FIFA itu meminta adanya reformasi di tubuh FIFA termasuk mencopot Blatter dari jabatannya.
Mengutip Sports Mole, absennya Blatter diduga tidak lepas dari kasus korupsi dan suap yang sedang menimpa FIFA. Absennya Blatter merupakan yang ketiga kali dalam sepekan sejak kasus itu mengemuka ke publik.
Seperti diketahui, tujuh pejabat FIFA ditangkap oleh FBI pada, Rabu (27/5) karena diduga terkait kasus suap, pencucian uang dan korupsi di tubuh otoritas tertinggi sepak bola dunia itu.
Para pejabat itu diduga menerima lebih dari 65 juta poundsterling sekitar Rp1,3 triliun dari sejak 1990 hingga sekarang. Tidak hanya itu, secara terpisah Kepolisian Swiss juga tengah menyelidiki kemungkinan adanya suap di proses pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022, yang menghasilkan Russia dan Qatar sebagai tuan rumah.
Dalam pernyataannya, Blatter mengungkapkan, dirinya mempersilahkan pihak berwenang menginvestigasi lembaga pimpinannya tersebut. Dengan tegas, pria yang sudah memimpin FIFA sejak 1998 ini mengungkapkan, lembaga pimpinannya tidak mentolerir aksi kriminal apapun di sepak bola.
Kasus ini menimbulkan reaksi beragam di dunia sepak bola. UEFA misalnya, Asosiasi Sepak bola Eropa itu meminta FIFA mengundurkan Kongres Pemilihan Presiden FIFA pada Jumat pekan ini, setidaknya sampai enam bulan ke depan.
Reaksi lebih keras datang dari mantan pemain timnas Prancis, David Ginola. Pria yang sempat ikut dalam bursa calon Presiden FIFA itu meminta adanya reformasi di tubuh FIFA termasuk mencopot Blatter dari jabatannya.
(sha)