Klub Pasif Sikapi Piala Kemerdekaan
Klub Pasif Sikapi Piala Kemerdekaan
A
A
A
LAMONGAN - Rencana Menpora Imam Nahrawi menghelat Piala Kemerdekaan pada Agustus nanti tak cukup mampu membangkitkan gairah klub.
Sejumlah klub yang sudah mendengar adanya rencana kompetisi atau turnamen tersebut masih bersikap pasif. Walau hadiah yang ditawarkan mencapai total Rp10 miliar plus uang pembinaan Rp100 juta bagi peserta, tak pantas membuat klub berselera. Alasannya cukup kompleks, mulai keabsahan hajatan tersebut hingga persiapan tim. Klub-klub di Jawa Timur mengaku belum tergerak untuk mengikuti turnamen, walau diembel-embeli hadiah melimpah.
”Belum ada rencana apa-apa. Kami masih melihat situasinya bagaimana nanti. Belum ada arahan untuk tim,” kata Sekretaris Persela Lamongan Muji Santoso. Pihaknya juga merasa perlu melihat bagaimana rupa kompetisi nanti. Jika klub-klub level satu serempak tidak mengikutinya, Persela mengambil pilihan yang sama. ”Siapa dulu pesertanya, kami tidak mau kalau kompetisi nantinya justru membuat rumit situasi,” tandas Muji.
Asisten Pelatih Persela Didik Ludiyanto pun mengakui belum ada komunikasi dengan manajemen soal Piala Kemerdekaan. ”Manajemen belum memberikan instruksi apa-apa. Saya sendiri juga masih belum paham bagaimana bentuk kompetisinya nanti,” kata Didik. Sikap serupa ditunjukkan Persegres Gresik United. Sejak semula klub ini memang tidak tertarik mengikuti kompetisi atau turnamen di luar federasi alias PSSI. Sampai sekarang sikap tersebut masih tetap sama.
”Persegres tidak akan terlibat di kompetisi yang berpotensi menimbulkan masalah di kemudian hari. Kalau ada kompetisi di luar federasi resmi dan dipaksakan digelar, sudah jelas masalah sepak bola Indonesia belum selesai, bahkan bisa semakin ruwet,” tutur Manajer Persegres Bagoes Cahyo Yuwono.
Dia berkeinginan Menpora dan PSSI bergandengan untuk membangun sepak bola Indonesia dari nol setelah terkena sanksi FIFA.
Kukuh setyawan
Sejumlah klub yang sudah mendengar adanya rencana kompetisi atau turnamen tersebut masih bersikap pasif. Walau hadiah yang ditawarkan mencapai total Rp10 miliar plus uang pembinaan Rp100 juta bagi peserta, tak pantas membuat klub berselera. Alasannya cukup kompleks, mulai keabsahan hajatan tersebut hingga persiapan tim. Klub-klub di Jawa Timur mengaku belum tergerak untuk mengikuti turnamen, walau diembel-embeli hadiah melimpah.
”Belum ada rencana apa-apa. Kami masih melihat situasinya bagaimana nanti. Belum ada arahan untuk tim,” kata Sekretaris Persela Lamongan Muji Santoso. Pihaknya juga merasa perlu melihat bagaimana rupa kompetisi nanti. Jika klub-klub level satu serempak tidak mengikutinya, Persela mengambil pilihan yang sama. ”Siapa dulu pesertanya, kami tidak mau kalau kompetisi nantinya justru membuat rumit situasi,” tandas Muji.
Asisten Pelatih Persela Didik Ludiyanto pun mengakui belum ada komunikasi dengan manajemen soal Piala Kemerdekaan. ”Manajemen belum memberikan instruksi apa-apa. Saya sendiri juga masih belum paham bagaimana bentuk kompetisinya nanti,” kata Didik. Sikap serupa ditunjukkan Persegres Gresik United. Sejak semula klub ini memang tidak tertarik mengikuti kompetisi atau turnamen di luar federasi alias PSSI. Sampai sekarang sikap tersebut masih tetap sama.
”Persegres tidak akan terlibat di kompetisi yang berpotensi menimbulkan masalah di kemudian hari. Kalau ada kompetisi di luar federasi resmi dan dipaksakan digelar, sudah jelas masalah sepak bola Indonesia belum selesai, bahkan bisa semakin ruwet,” tutur Manajer Persegres Bagoes Cahyo Yuwono.
Dia berkeinginan Menpora dan PSSI bergandengan untuk membangun sepak bola Indonesia dari nol setelah terkena sanksi FIFA.
Kukuh setyawan
(ars)
Explore More