Klub Tak Kuasa Larang Pemain Ikut Tarkam
A
A
A
LAMONGAN - Klub-klub level teratas Indonesia sebagian besar memilih vakum ketika tidak ada kompetisi.
Aspek profesionalisme kendur karena pemain mulai mencari penghidupan dengan cara amatir, yakni mengikuti tarkam alias turnamen antarkampung. Klub yang sudah tak bertanggung jawab terhadap gaji pemain, tidak memiliki kekuatan melarang pemainnya yang sementara menanggalkan predikat profesional. Klub-klub di Jawa Timur sekata dalam menyikapi fenomena ini dan menganggapnya sebagai hal yang lumrah dan logis.
Persela Lamongan, Persegres Gresik United, dan Persebaya Surabaya adalah klub vakum yang pemainnya banyak mengikuti tarkam. Ketiga klub tersebut tidak mempersoalkan itu dan hanya bisa mengingatkan agar pemain berhati-hati dan tidak perlu mengambil risiko besar saat mengikuti tarkam.
“Menurut saya, itu langkah yang logis karena pemain sudah tidak menerima gaji dari klub, sedangkan mereka tetap bertanggung jawab menghidupi keluarganya. Pemain terang-terangan kalau mereka ikut tarkam, seperti Zaenal Arifin, Bijahil Chalwa, Dhanu Rosadhe, dan pemain lain,” tutur Didik Ludiyanto, asisten pelatih Persela.
Didik mengakui klub maupun pelatih tidak lagi memiliki powerketika tidak ada lagi ikatan profesional antara pemain dan klub. Pelatih pada akhirnya hanya bisa memberikan wejangan bahwa bermain di tarkam penuh risiko dan karier sebagai pesepakbola profesional masih panjang.
“Kami sebagai pelatih tidak ingin karier pemain terancam hanya karena cedera di pertandingan tarkam. Saya rasa pemain sudah mengetahui bagaimana posisi mereka dan apa yang harus dilakukan. Semoga ikut tarkam bisa meringankan beban mereka,” tandas Didik.
Persegres juga mengetahui pasti banyak pemainnya bertebaran di turnamen amatir untuk mengais rezeki. Manajemen mengaku tidak bisa membatasi gerak pemain yang menanggalkan profesionalismenya, karena memang klub sementara belum bisa menghidupi pemain.
“Mungkin kalau kompetisi berjalan dan pemain tetap gajian, kami bisa melarang mereka ikut tarkam. Tapi, karena kondisinya seperti ini, kami pun tidak memiliki daya untuk melarang mereka. Kami berharap situasi ini tidak berlarutlarut,” sebut Sekretaris Hendry Febri. Selain Persegres, Persebaya dan Arema, yang timnya masih eksis, juga tak melarang pemainnya ikut tarkam.
Striker Arema Cristian Gonzales bahkan sempat mengikuti tarkam di Jakarta untuk menyeimbangkan keuangan.
Kukuh setyawan
Aspek profesionalisme kendur karena pemain mulai mencari penghidupan dengan cara amatir, yakni mengikuti tarkam alias turnamen antarkampung. Klub yang sudah tak bertanggung jawab terhadap gaji pemain, tidak memiliki kekuatan melarang pemainnya yang sementara menanggalkan predikat profesional. Klub-klub di Jawa Timur sekata dalam menyikapi fenomena ini dan menganggapnya sebagai hal yang lumrah dan logis.
Persela Lamongan, Persegres Gresik United, dan Persebaya Surabaya adalah klub vakum yang pemainnya banyak mengikuti tarkam. Ketiga klub tersebut tidak mempersoalkan itu dan hanya bisa mengingatkan agar pemain berhati-hati dan tidak perlu mengambil risiko besar saat mengikuti tarkam.
“Menurut saya, itu langkah yang logis karena pemain sudah tidak menerima gaji dari klub, sedangkan mereka tetap bertanggung jawab menghidupi keluarganya. Pemain terang-terangan kalau mereka ikut tarkam, seperti Zaenal Arifin, Bijahil Chalwa, Dhanu Rosadhe, dan pemain lain,” tutur Didik Ludiyanto, asisten pelatih Persela.
Didik mengakui klub maupun pelatih tidak lagi memiliki powerketika tidak ada lagi ikatan profesional antara pemain dan klub. Pelatih pada akhirnya hanya bisa memberikan wejangan bahwa bermain di tarkam penuh risiko dan karier sebagai pesepakbola profesional masih panjang.
“Kami sebagai pelatih tidak ingin karier pemain terancam hanya karena cedera di pertandingan tarkam. Saya rasa pemain sudah mengetahui bagaimana posisi mereka dan apa yang harus dilakukan. Semoga ikut tarkam bisa meringankan beban mereka,” tandas Didik.
Persegres juga mengetahui pasti banyak pemainnya bertebaran di turnamen amatir untuk mengais rezeki. Manajemen mengaku tidak bisa membatasi gerak pemain yang menanggalkan profesionalismenya, karena memang klub sementara belum bisa menghidupi pemain.
“Mungkin kalau kompetisi berjalan dan pemain tetap gajian, kami bisa melarang mereka ikut tarkam. Tapi, karena kondisinya seperti ini, kami pun tidak memiliki daya untuk melarang mereka. Kami berharap situasi ini tidak berlarutlarut,” sebut Sekretaris Hendry Febri. Selain Persegres, Persebaya dan Arema, yang timnya masih eksis, juga tak melarang pemainnya ikut tarkam.
Striker Arema Cristian Gonzales bahkan sempat mengikuti tarkam di Jakarta untuk menyeimbangkan keuangan.
Kukuh setyawan
(ftr)