Klub dan Pelatih Sepakat Seruan HT

Kamis, 02 Juli 2015 - 11:02 WIB
Klub dan Pelatih Sepakat...
Klub dan Pelatih Sepakat Seruan HT
A A A
JAKARTA - Seruan Ketua Umum Asosiasi Futsal Indonesia (AFI) Hary Tanoesoedibjo (HT) agar kisruh sepak bola nasional segera dihentikan mendapat dukungan luas.

Manajemen klub, pelatih, dan Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI menilai, demi masa depan sepak bola Indonesia, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi harus mencabut SK pembekuan PSSI. Mereka sepakat jalan mengakhiri ketidakpastian kondisi sepak bola Indonesia adalah mencabut SK pembekuan yang dikeluarkan Menpora.

”Saya juga berpikiran yang sama (seperti HT). Kalau kisruh sepak bola mau selesai Menpora harus cabut SK pembekuan PSSI,” kata Direktur Klub PSM Makassar Sumirlan kemarin. Menpora, menurut Sumirlan, seperti tidak memikirkan dampak pembekuan hingga dihentikannya kompetisi di Tanah Air tersebut melebar ke semua lini sehingga kisruh ini harus segera dihentikan.

Sementara Ketua Asprov Jateng Johar Lin Eng menilai, pelaku sepak bola di daerahnya semakin kecewa dengan tingkah laku dan keputusan Menpora. ”Melihat kebijakan Menpora terakhir ini sungguh semakin jauh dari harapan kami untuk menikmati indahnya sepak bola Indonesia,” ujar Johar, dikutip laman resmi PSSI.

Johar menambahkan, semua insan sepak bola di Jawa Tengah, entahitu pemain, wasit, ataupun pelatih tak pernah mengerti dengan kondisi sekarang. ”Semua berharap sepak bola Indonesia kembali menggeliat sehingga urat nadi kehidupan kembali berdenyut,” tandas mantan Asisten Manajer PSIS Semarang tersebut.

Kini semua sepakat dengan HT agar konflik segera diakhiri. Arsitek Persija Jakarta Rahmad ”RD” Darmawan mengatakan, untuk menyelesaikan masalah sepak bola Indonesia hanya dengan duduk bersama, tidak perlu bicara menang atau kalah. Menurut RD, akan sangat berbahaya jika kemudian FIFA tak kunjung mencabut sanksi dan Menpora tak juga menarik SK pembekuan PSSI.

”Sudahilah pertikaian yang tidak ada ujung pangkalnya. PSSI pasti ada kekurangan, sama-sama kerja bareng, mengedepankan komunikasi, etika, musyawarah mufakat lebih baik dibandingkan menuruti egoisme, kekuasaan, amarah yang endingdan output-nya tidak akan baik,” kata mantan pelatih timnas U-23 tersebut.

Menurut Rahmad, kondisi sepak bola Indonesia seperti sekarang bisa membuat kualitas timnas Indonesia terdegradasi. Dengan tidak adanya kompetisi dan uji coba berkualitas dan hanya bermain tarkam, semuanya menjadi semakin tidak terkontrol. ”Risikonya jika berlangsung lama, sepak bola Indonesia akan semakin tertinggal. Sebab, kualitas individu menurun dan butuh waktu lama untuk bisa mengembalikan kualitas ke level terbaik,” tutur pelatih yang biasa dipanggil RD tersebut.

Arsitek Sriwijaya FC (SFC) U-21 Rudi Wiliam Keltjes menambahkan, para pemain pelatih dan semua pelaku sepak bola di Indonesia butuh kompetisi bukan dagelan ribut-ribut dengan menggunakan mulut. Satusatunya cara untuk menghentikan kisruh yang muncul adalah dengan mengendurkan ego masing-masing.

Dia menilai, banyaknya potensipotensi besar generasi muda di Indonesia yang seharusnya mengangkat derajat sepak bola bisa hilang. Jika ini terjadi, ini adalah bentuk kehancuran sepak bola karena jalinan regenerasi terganggu. ”Imam Nahrawi dan La Nyalla Mattalitti harus berdamai letakkan egomasingmasing. Ini bukan persoalan lembaga, tapi egomereka berdua. Itu solusinya berdamai,” paparnya.

Kekhawatiran penurunan kualitas pemain juga disuarakan Pelatih Persib Bandung Djadjang Nurdjaman. ”Penurunan mungkin ada karena mainnya dengan orang lain dan ada sesuatu (permainan) yang berbeda,” ujar Djadjang.

Agus nyomba/Muhamad Moeslim/Mohammad ginanjar/Maruf
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0607 seconds (0.1#10.140)