Akurasi Diragukan Terutama saat Pertandingan Malam
A
A
A
Penggunaan teknologi hawk-eye menuai kritik di Turnamen Wimbledon 2015. Banyak kritik bahwa alat bantu tersebut dinilai tidak terlalu akurat dan justru merepotkan jalannya pertandingan.
Sistem hawk-eye menjadi bagian penting untuk memutuskan apakah bola mendarat di lapangan permainan atau tidak. Teknologi itu pertama kali digunakan di Wimbledon 2006. Namun, akurasi dari teknologi yang mulai digunakan di sepak bola itu ternyata banyak diragukan beberapa petenis.
Mereka terlihat tidak terlalu menyukai kinerja teknologi tersebut. Salah satunya petenis asal Swiss Roger Federer. Peraih 17 gelar grand slam ini memang sudah lama mengkritik hawk-eyedan pernah mengatakan bahwa tenis tidak membutuhkan bantuan seperti itu.
Dia menilai akurasi dalam keputusan bola masuk atau tidak sangat kecil, terutama saat kondisi lapangan yang sedikit gelap karena dilangsungkan pada malam hari. Wimbledon kali ini beberapa pertandingan memang dilangsungkan pada malam hari. Hal itu menyebabkan sebagian sisi lapangan jadi gelap akibat terpaan sinar matahari yang kurang merata.
Imbasnya, teknologi hawk-eye bekerja maksimal jika kondisi lapangan sedikit gelap. “Saya pikir tidak 100% akurat. Katakanlah hanya 99%, tapi menurut pendapat saya, itu masih belum 100%,” kata Federer, dilansir ibnlive. “Kami telah melihat hal itu terjadi setiap pertandingan malam hari, hawk-eyetidak tersedia.
Namun, para pemain tetap bermain. Itulah mungkin ketika butuh solusi, Anda membutuhkannya. Saya hanya berpikir, kami harus berhenti bermain ketika hawk-eyetidak tersedia lagi,” tambah peraih tujuh kali gelar wimbledontersebut. Selain Federer, beberapa petenis lain juga sempat mengalami kerugian dengan kontroversi hawk-eye.
Petenis nomor satu dunia Novak Djokovic sempat kecewa dengan hasil dari bantuan tersebut. Saat bertarung dengan Bernard Tomic di babak ketiga Wimbledon, dia melihat bola berada di dalam permainan. Namun, Tomic yang meminta hawk-eye justru memberikan hasil terbalik.
Meski begitu, Djokovic tidak mengeluh. Tapi, siapa yang tahu, tanpa bantuan ini, Tomic bisa saja mengalahkan peraih delapan gelar juara grand slam itu. Jelas, banyak petenis dunia mengaku sangat kecewa dengan adanya sistem seperti itu.
Raikhul Amar
Inggris
Sistem hawk-eye menjadi bagian penting untuk memutuskan apakah bola mendarat di lapangan permainan atau tidak. Teknologi itu pertama kali digunakan di Wimbledon 2006. Namun, akurasi dari teknologi yang mulai digunakan di sepak bola itu ternyata banyak diragukan beberapa petenis.
Mereka terlihat tidak terlalu menyukai kinerja teknologi tersebut. Salah satunya petenis asal Swiss Roger Federer. Peraih 17 gelar grand slam ini memang sudah lama mengkritik hawk-eyedan pernah mengatakan bahwa tenis tidak membutuhkan bantuan seperti itu.
Dia menilai akurasi dalam keputusan bola masuk atau tidak sangat kecil, terutama saat kondisi lapangan yang sedikit gelap karena dilangsungkan pada malam hari. Wimbledon kali ini beberapa pertandingan memang dilangsungkan pada malam hari. Hal itu menyebabkan sebagian sisi lapangan jadi gelap akibat terpaan sinar matahari yang kurang merata.
Imbasnya, teknologi hawk-eye bekerja maksimal jika kondisi lapangan sedikit gelap. “Saya pikir tidak 100% akurat. Katakanlah hanya 99%, tapi menurut pendapat saya, itu masih belum 100%,” kata Federer, dilansir ibnlive. “Kami telah melihat hal itu terjadi setiap pertandingan malam hari, hawk-eyetidak tersedia.
Namun, para pemain tetap bermain. Itulah mungkin ketika butuh solusi, Anda membutuhkannya. Saya hanya berpikir, kami harus berhenti bermain ketika hawk-eyetidak tersedia lagi,” tambah peraih tujuh kali gelar wimbledontersebut. Selain Federer, beberapa petenis lain juga sempat mengalami kerugian dengan kontroversi hawk-eye.
Petenis nomor satu dunia Novak Djokovic sempat kecewa dengan hasil dari bantuan tersebut. Saat bertarung dengan Bernard Tomic di babak ketiga Wimbledon, dia melihat bola berada di dalam permainan. Namun, Tomic yang meminta hawk-eye justru memberikan hasil terbalik.
Meski begitu, Djokovic tidak mengeluh. Tapi, siapa yang tahu, tanpa bantuan ini, Tomic bisa saja mengalahkan peraih delapan gelar juara grand slam itu. Jelas, banyak petenis dunia mengaku sangat kecewa dengan adanya sistem seperti itu.
Raikhul Amar
Inggris
(bbg)