Klub Peserta Piala Kemerdekaan Ditunggu Sanksi PSSI
A
A
A
SEMARANG - PSSI memberikan peringatan keras kepada klub-klub Divisi Utama yang memutuskan ikut Piala Kemerdekaan. Otoritas tertinggi sepak bola di Tanah Air itu mengancam mencoret klub dari keanggotaan PSSI.
Alasannya, turnamen tersebut tidak direkomendasi PSSI. Sesuai aturan dari Undang-undang Keolahragaan, eventolahraga harus mendapatkan rekomendasi dari federasi yang menaungi cabang olahraga tersebut. ”Undang-undang Keolahragaan sudah mengatur soal itu.
Apalagi, dengan statuta FIFA dan PSSI, itu sudah melanggar aturan,” kata Ketua Asprov PSSI Jateng Johar Lin Eng, kemarin. Penegasan Johar ini sebagai reaksi atas langkah beberapa klub asal Jateng yang memutuskan ikut Piala Kemerdekaan. Mereka adalah Persis Solo, PSIS Semarang, Persibangga Purbalingga, dan PSIR Rembang.
Sejumlah klub beralasan memutuskan bergabung karena sudah seperti anak ayam kehilangan induknya. Tim ingin agar tetap ada denyut kehidupan dan para pemain tidak menganggur akibat mati surinya kompetisi. Johar mengaku memahami kondisi seperti itu. Tapi, manajemen ataupun pengelola klub harus memikirkan dampak jangka panjang sebagai konsekuensi dari keputusan tersebut.
”Kalau pemain nanti tidak ada pemasukan akibat tidak bisa mengikuti kompetisi lagi, bagaimana?” tutur Eksekutif Komite PSSI Bidang Kompetisi ini. Sejauh ini belum ada satu pun klub yang meminta pertimbangan kepada PSSI pusat ataupun berkirim surat ke Asprov PSSI Jateng, sebelum mengikuti Piala Kemerdekaan.
Menurut Johar, tahun depan PSSI memiliki kewajiban mengurangi jumlah 50% klub Divisi Utama dari total saat ini sekitar 66 klub. Jika ada klub yang ikut turnamen bentukan Kemenpora, PSSI tidak akan bersusah payah mengurangi kota klub yang berkompetisi di kasta kedua ini.
”Kalau dikurangi kansudah pas, tidak perlu promosi dan degradasi lagi. Sudah menjadi kewajiban kami selaku organisasi untuk memberikan sanksi yang sifatnya melekat pada organisasi. Kalau ada anggota yang melanggar, pasti akan di sanksi. Jadi, bukan pengurus yang otoriter, melainkan anggota ini diputuskan oleh organisasi,” paparnya.
Sekretaris Persis Solo Sapto JP berharap PSSI bisa menilai dengan arif dan bijaksana.”Persis seperti ayam kehilangan induk. Pemain butuh untuk hidup,” kata Sapto. Hal senada disampaikan PSIS Semarang. CEO PSIS Yoyok Sukawi tidak mau berbicara banyak saat ditanya terkait ancaman sanksi dari PSSI. ”PSSI kansekarang sudah tidak ada.
Kami ikut turnamen karena keinginan dari suporter,” katanya. Sikap lunak diperlihatkan Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Daerah Istimewa Yogyakarta. “Tidak ada sanksi. Manajemen klub bisa memilih sendiri apa yang akan dilakukan. Hanya, semua risiko menjadi tanggung jawab sendiri,” tandas Ketua Umum Asprov PSSI DIY Hadianto Ismangoen.
Arif purniawan/maha deva
Alasannya, turnamen tersebut tidak direkomendasi PSSI. Sesuai aturan dari Undang-undang Keolahragaan, eventolahraga harus mendapatkan rekomendasi dari federasi yang menaungi cabang olahraga tersebut. ”Undang-undang Keolahragaan sudah mengatur soal itu.
Apalagi, dengan statuta FIFA dan PSSI, itu sudah melanggar aturan,” kata Ketua Asprov PSSI Jateng Johar Lin Eng, kemarin. Penegasan Johar ini sebagai reaksi atas langkah beberapa klub asal Jateng yang memutuskan ikut Piala Kemerdekaan. Mereka adalah Persis Solo, PSIS Semarang, Persibangga Purbalingga, dan PSIR Rembang.
Sejumlah klub beralasan memutuskan bergabung karena sudah seperti anak ayam kehilangan induknya. Tim ingin agar tetap ada denyut kehidupan dan para pemain tidak menganggur akibat mati surinya kompetisi. Johar mengaku memahami kondisi seperti itu. Tapi, manajemen ataupun pengelola klub harus memikirkan dampak jangka panjang sebagai konsekuensi dari keputusan tersebut.
”Kalau pemain nanti tidak ada pemasukan akibat tidak bisa mengikuti kompetisi lagi, bagaimana?” tutur Eksekutif Komite PSSI Bidang Kompetisi ini. Sejauh ini belum ada satu pun klub yang meminta pertimbangan kepada PSSI pusat ataupun berkirim surat ke Asprov PSSI Jateng, sebelum mengikuti Piala Kemerdekaan.
Menurut Johar, tahun depan PSSI memiliki kewajiban mengurangi jumlah 50% klub Divisi Utama dari total saat ini sekitar 66 klub. Jika ada klub yang ikut turnamen bentukan Kemenpora, PSSI tidak akan bersusah payah mengurangi kota klub yang berkompetisi di kasta kedua ini.
”Kalau dikurangi kansudah pas, tidak perlu promosi dan degradasi lagi. Sudah menjadi kewajiban kami selaku organisasi untuk memberikan sanksi yang sifatnya melekat pada organisasi. Kalau ada anggota yang melanggar, pasti akan di sanksi. Jadi, bukan pengurus yang otoriter, melainkan anggota ini diputuskan oleh organisasi,” paparnya.
Sekretaris Persis Solo Sapto JP berharap PSSI bisa menilai dengan arif dan bijaksana.”Persis seperti ayam kehilangan induk. Pemain butuh untuk hidup,” kata Sapto. Hal senada disampaikan PSIS Semarang. CEO PSIS Yoyok Sukawi tidak mau berbicara banyak saat ditanya terkait ancaman sanksi dari PSSI. ”PSSI kansekarang sudah tidak ada.
Kami ikut turnamen karena keinginan dari suporter,” katanya. Sikap lunak diperlihatkan Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Daerah Istimewa Yogyakarta. “Tidak ada sanksi. Manajemen klub bisa memilih sendiri apa yang akan dilakukan. Hanya, semua risiko menjadi tanggung jawab sendiri,” tandas Ketua Umum Asprov PSSI DIY Hadianto Ismangoen.
Arif purniawan/maha deva
(bbg)