Lebaran di Cianjur, Atep Sumbang Kepala Sapi
A
A
A
BANDUNG - Penyerang Persib Bandung Atep Rizal punya ritual khusus di hari Raya Idul Fitri. Gelandang kelahiran Cianjur, Jawa Barat, 5 Juni 1985, itu biasanya berkumpul bersama keluarga di Cianjur. Selain itu, Atep melakukan ritual tahunan bersama warga dan sanak saudaranya.
Aktivitas yang dilakukan berupa makan bersama di lapangan seusai melaksanakan salat Idul Fitri. Sehabis salat, dia bersama kerabat dan penduduk setempat tidak langsung kembali ke rumah, tapi tetap berkumpul di lapangan untuk santap hidangan bersama.
"Kami makan-makan dulu, tidak langsung kembai ke rumah. Acara ini rutin dilakukan. Sangat menyenangkan dan tentunya sangat terasa kekeluargaannya," kata pemain yang identik dengan nomor 7 tersebut.
Makanan yang dihidangkan biasanya hasil masak bersama yang dilakukan warga sekitar. Bahan makanan yang dimasak pun merupakan hasil gotong royong warga. Beberapa warga ada yang memberi sumbangan berupa uang dan tidak sedikit juga yang menyumbang bahan mentah.
Atep mengaku ikut menyumbang kepala sapi pada acara tersebut. Dia mengaku sangat senang ikut merasakan kebahagiaan dengan sanak saudaranya. Memang, tak ada yang tidak bergembira di hari raya tersebut. Seluruh warga yang kebetulan hadir juga turut makan bersama.
"Saya nyumbang kepala sapi, lumayan lah buat di gule. Tapi, di luar itu sangat menyenangkan bisa bergembira bersama," katanya.
Sejalan dengan tradisi, Atep juga melakukan sungkeman dan bermaaf-maafan dengan orang tua dan warga di kampung halamannya. Setelah berlebaran di Cianjur, Atep bersilaturahmi ke Jakarta, tempat tinggal orang tua sang istri, Lilis Yuma. Atep ke ibu kota pada hari raya kedua.
"Kalau saya lebaran pertama di Jangari (Cianjur), setelah itu atau hari kedua lebaran kami ke Jakarta," ungkapnya.
Aktivitas yang dilakukan berupa makan bersama di lapangan seusai melaksanakan salat Idul Fitri. Sehabis salat, dia bersama kerabat dan penduduk setempat tidak langsung kembali ke rumah, tapi tetap berkumpul di lapangan untuk santap hidangan bersama.
"Kami makan-makan dulu, tidak langsung kembai ke rumah. Acara ini rutin dilakukan. Sangat menyenangkan dan tentunya sangat terasa kekeluargaannya," kata pemain yang identik dengan nomor 7 tersebut.
Makanan yang dihidangkan biasanya hasil masak bersama yang dilakukan warga sekitar. Bahan makanan yang dimasak pun merupakan hasil gotong royong warga. Beberapa warga ada yang memberi sumbangan berupa uang dan tidak sedikit juga yang menyumbang bahan mentah.
Atep mengaku ikut menyumbang kepala sapi pada acara tersebut. Dia mengaku sangat senang ikut merasakan kebahagiaan dengan sanak saudaranya. Memang, tak ada yang tidak bergembira di hari raya tersebut. Seluruh warga yang kebetulan hadir juga turut makan bersama.
"Saya nyumbang kepala sapi, lumayan lah buat di gule. Tapi, di luar itu sangat menyenangkan bisa bergembira bersama," katanya.
Sejalan dengan tradisi, Atep juga melakukan sungkeman dan bermaaf-maafan dengan orang tua dan warga di kampung halamannya. Setelah berlebaran di Cianjur, Atep bersilaturahmi ke Jakarta, tempat tinggal orang tua sang istri, Lilis Yuma. Atep ke ibu kota pada hari raya kedua.
"Kalau saya lebaran pertama di Jangari (Cianjur), setelah itu atau hari kedua lebaran kami ke Jakarta," ungkapnya.
(sha)