Daerah Bergairah, Daerah Berbenah
A
A
A
YOGYAKARTA - Perkembangan olahraga Futsal di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) cukup mengesankan.
Meski belum ada klub profesional yang berdiri di Yogyakarta, namun Asosiasi Futsal Daerah (AFD) DIY mencatat banyak atlet futsal dari DIY yang dipakai oleh tim-tim futsal profesional di Indonesia. Belum adanya wadah berupa klub profesional tersebut menjadi sebuah fokus perhatian dari AFD DIY.
Sebagai wadah yang memfasilitasi pembinaan futsal, AFD DIY menyusun program dengan target akhir berdirinya klub-klub futsal profesional di Yogyakarta. Salah satu yang digagas adalah, penyelenggaraan Liga Nusantara Futsal yang dijadwalkan berlangsung akhir September mendatang.
“Kalau Klub Profesional memang belum ada, tetapi atlet kita bermain di klub nasional cukup banyak. Ada Topas Pamungkas dan beberapa nama lainnya. September kita akan gelar Liga Nusantara Futsal. Pemenangnya nanti bisa mewakili DIY di level nasional. Dan untuk pemenang dari level nasional akan bisa bermain di Futsal Super League yang merupakan kasta tertinggi liga futsal di Indonesia,” tutur Ketua AFD DIY Armando Pribadi.
Keberadan Liga Nusantara Futsal tersebut menjadi ajang pembinaan secara berjenjang atlet futsal di DIY. Dari perencanaan yang disusun, atlet yang bisa bermain di Liga Nusantara adalah pemain yang berasal dari komunitas futsal yang ada di masyarakat secara terbuka.
Namun untuk bisa bermain batasan usia yang ditetapkan adalah 23 tahun atau kelahiran 1992. Agenda tersebut menurut Armando telah mendapatkan respons yang cukup positif dari atlet futsal yang ada di DIY. Banyak komunitas baru bermunculan dan mencoba mempersiapkan diri menjadi klub profesional yang menjadi impian, agar bisa bermain di liga futsal terutama untuk kasta tertinggi.
Selain Liga Nusantara, event yang disiapkan oleh AFD bersama komunitas futsal di Yogyakarta adalah, Jogja Super League yang juga diharapkan mampu menjadi jalan terbentuknya klub-klub futsal profesional di Yogyakarta. Jika Liga Nusantara dibatasi pemain yang bisa turun berusia maksimal 22 tahun, maka untuk Jogja Super League diharapan ada pemain campuran dari sisi usia yakni 22 dan 23 tahun.
“Yang Jogja Super League ini nanti harapannya dapat menjadi pensuplay atlet untuk Liga Nusantara karena usianya berjenjang. Dan pembinaan secara berjenjang seperti yang diharapkan AFI bisa berjalan dengan baik,” tandas Armando lebih lanjut.
Sementara itu dengan potensi yang ada Armando sangat optimis DIY dapat memasukan satu tim pada perhelatan liga super futsal untuk musim berikutnya. Termasuk mampu meloloskan tim untuk bermain di PON XIII Jawa Barat. Gairah juga diperlihatkan Jawa Tengah. Penyelenggaraan liga futsal yang disiarkan televise membuat klub dan pemain lebih antusias. ”Dampaknya luar biasa, karena futsal bisa lebih memasyarakat,” kata Ketua Asosiasi Futsal Indonesia (AFI) Jateng Sudibyo.
Menurut Sudibyo, perkembangan futsal dari tahun ke tahun cukup bagus. Lapangan futsal pun banyak bermunculan. Tapi di Jawa Tengah, masih terkendala infrastruktur lapangan yang layak. ”Di Ibukota provinsi, juga tidak memiliki lapangan yang layak. Di Gor Jatidiri itu lapangannya untuk multi even, bisa basket, bola voli dan tenis meja, tentu ini juga memungkinkan untuk disiarkan televisi secara langsung,” kata dia.
Dia menyebut, lapangan yang layak ada di stadion milik Score di Purwokerto dan Knight Stadium Semarang. Tapi biaya sewanya juga cukup mahal.
Maha deva/ Arif purniawan
Meski belum ada klub profesional yang berdiri di Yogyakarta, namun Asosiasi Futsal Daerah (AFD) DIY mencatat banyak atlet futsal dari DIY yang dipakai oleh tim-tim futsal profesional di Indonesia. Belum adanya wadah berupa klub profesional tersebut menjadi sebuah fokus perhatian dari AFD DIY.
Sebagai wadah yang memfasilitasi pembinaan futsal, AFD DIY menyusun program dengan target akhir berdirinya klub-klub futsal profesional di Yogyakarta. Salah satu yang digagas adalah, penyelenggaraan Liga Nusantara Futsal yang dijadwalkan berlangsung akhir September mendatang.
“Kalau Klub Profesional memang belum ada, tetapi atlet kita bermain di klub nasional cukup banyak. Ada Topas Pamungkas dan beberapa nama lainnya. September kita akan gelar Liga Nusantara Futsal. Pemenangnya nanti bisa mewakili DIY di level nasional. Dan untuk pemenang dari level nasional akan bisa bermain di Futsal Super League yang merupakan kasta tertinggi liga futsal di Indonesia,” tutur Ketua AFD DIY Armando Pribadi.
Keberadan Liga Nusantara Futsal tersebut menjadi ajang pembinaan secara berjenjang atlet futsal di DIY. Dari perencanaan yang disusun, atlet yang bisa bermain di Liga Nusantara adalah pemain yang berasal dari komunitas futsal yang ada di masyarakat secara terbuka.
Namun untuk bisa bermain batasan usia yang ditetapkan adalah 23 tahun atau kelahiran 1992. Agenda tersebut menurut Armando telah mendapatkan respons yang cukup positif dari atlet futsal yang ada di DIY. Banyak komunitas baru bermunculan dan mencoba mempersiapkan diri menjadi klub profesional yang menjadi impian, agar bisa bermain di liga futsal terutama untuk kasta tertinggi.
Selain Liga Nusantara, event yang disiapkan oleh AFD bersama komunitas futsal di Yogyakarta adalah, Jogja Super League yang juga diharapkan mampu menjadi jalan terbentuknya klub-klub futsal profesional di Yogyakarta. Jika Liga Nusantara dibatasi pemain yang bisa turun berusia maksimal 22 tahun, maka untuk Jogja Super League diharapan ada pemain campuran dari sisi usia yakni 22 dan 23 tahun.
“Yang Jogja Super League ini nanti harapannya dapat menjadi pensuplay atlet untuk Liga Nusantara karena usianya berjenjang. Dan pembinaan secara berjenjang seperti yang diharapkan AFI bisa berjalan dengan baik,” tandas Armando lebih lanjut.
Sementara itu dengan potensi yang ada Armando sangat optimis DIY dapat memasukan satu tim pada perhelatan liga super futsal untuk musim berikutnya. Termasuk mampu meloloskan tim untuk bermain di PON XIII Jawa Barat. Gairah juga diperlihatkan Jawa Tengah. Penyelenggaraan liga futsal yang disiarkan televise membuat klub dan pemain lebih antusias. ”Dampaknya luar biasa, karena futsal bisa lebih memasyarakat,” kata Ketua Asosiasi Futsal Indonesia (AFI) Jateng Sudibyo.
Menurut Sudibyo, perkembangan futsal dari tahun ke tahun cukup bagus. Lapangan futsal pun banyak bermunculan. Tapi di Jawa Tengah, masih terkendala infrastruktur lapangan yang layak. ”Di Ibukota provinsi, juga tidak memiliki lapangan yang layak. Di Gor Jatidiri itu lapangannya untuk multi even, bisa basket, bola voli dan tenis meja, tentu ini juga memungkinkan untuk disiarkan televisi secara langsung,” kata dia.
Dia menyebut, lapangan yang layak ada di stadion milik Score di Purwokerto dan Knight Stadium Semarang. Tapi biaya sewanya juga cukup mahal.
Maha deva/ Arif purniawan
(ftr)