Diprotes Warga, Perdana Menteri Jepang Turun Tangan

Kamis, 30 Juli 2015 - 08:21 WIB
Diprotes Warga, Perdana Menteri Jepang Turun Tangan
Diprotes Warga, Perdana Menteri Jepang Turun Tangan
A A A
JAKARTA - Belum selesai kejutan Boston yang mengundurkan diri sebagai tuan rumah Olimpiade 2024, giliran Jepang diguncang masalah tak kalah besar.

Posisi Jepang sebagai tuan rumah Olimpiade 2020 terancam berantakan setelah rencana pembangunan ulang National Stadium Tokyo mendapat protes dari warga sehingga membuat panitia kelimpungan. Apalagi, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe memerintahkan agar rencana pembangunan dipikirkan kembali. Termasuk, meminta agar desain stadion yang menyerupai kura-kura dengan tinggi 70 meter tersebut ditinjau ulang.

Pernyataan Abe tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan langkah Menteri Olahraga Jepang Hakubun Shimomura yang meminta proyek dengan dana USD3 miliar tersebut disederhanakan. Seperti tinggi stadion bisa dikurangi lima meter dari rencana awal. Kapasitas tempat duduk dari rencana awal 80.000 kursi bisa dikurangi sepertiga. Langkah ini diharapkan bisa membuat dana lebih efisien.

“Akan ada perubahan besar dalam desain, tapi pembangunan tetap dilanjutkan dan diharapkan bisa selesai pada waktunya,” kata Shimomura. Rencana pembangunan ulang National Stadium Tokyo mendapat penolakan pada 5 Juli lalu. Saat itu, sekitar 500 orang melakukan demo di sekitar stadion.

Mereka tidak rela jika stadion awal yang sudah berusia 56 tahun itu dihancurkan dan kemudian dibangun ulang agar lebih megah dan mewah demi penyelenggaraan Olimpiade 2020 dan tuan rumah Piala Dunia Rugbi 2019. “Rencana pembangunan stadion ini terlalu besar. Kami ingin lebih praktis dan ekonomis. Kami berharap agar penyelenggara menunda dulu rencana mereka dan membuat diskusi publik sebelum mengambil keputusan,” kata Kazuhisa Oriyama, salah satu demonstran.

Dalam salah satu proposalnya menjadi tuan rumah, Jepang berencana melakukan pembangunan ulang National Stadium. Stadion yang kali pertama dibuka pada 1958 saat Asian Games dan digunakan Jepang menghelat Olimpiade 1964 itu akan dirubuhkan untuk dibangun dengan desain karya arsitek Zaha Hadid dari Inggris.

Nantinya, stadion tersebut memiliki 80.000 tempat duduk dari sebelumnya 45.000. Protes muncul, karena selain berpotensi akan bertentangan dengan tata kota di Jepang, perubahan tersebut juga menelan dana yang luar biasa besar, berkisar USD2 miliar– USD3 miliar.

“Saya minta maaf karena harus meminta perpanjangan waktu, tapi kami harus mengubah rencana. Setiap rencana harus memiliki ruang untuk perbaikan dan itu sedang kami lakukan. Mereka memberikan dukungan penuh untuk perbaikan,” kata Ketua Panitia Olimpiade Tokyo 2020 Game Yoshiro Mori kepada wartawan.

Penyelenggaraan tuan rumah event olahraga dalam beberapa tahun terakhir memang memunculkan perdebatan. Selain membutuhkan dana besar, kegiatan tersebut dianggap tidak terlalu berdampak positif pada ekonomi nasional. Salah satunya adalah Yunani.

Banyak ekonom menilai, besaran dana yang dikeluarkan Yunani saat menjadi tuan rumah Olimpiade 2004 ikut memicu lahirnya krisis sekarang. Selain itu, beberapa stadion dan fasilitas yang dibangun juga menjadi sia-sia setelah kontingen tamu meninggalkan negara tuan rumah.

Ma’ruf
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4640 seconds (0.1#10.140)