2 Tahun Menuju Motogp
A
A
A
SENTUL - Keseriusan Indonesia menggelar ajang MotoGP pada 2017 berpacu dengan waktu. Tujuannya agar pada Agustus 2017 Indonesia bisa menggelar adu balap motor terbesar dunia, MotoGP.
Sejauh ini pengelola sirkuit sudah mendatangkan tiga arsitek yang diharapkan bisa memberikan desain yang sesuai standar GP dan budget pemerintah. Setelah mendatangkan dua desainer Herman Tilke, Jarno Zaffeli (Dromo Cirkuit), pengelola mengundang Arsitek asal Inggris Dafydd Broom (Apex). Mereka diberikan kesempatan memaparkan desain mereka.
”Nama terakhir kemungkinan besar menjadi calon kuat mengambil alih merenovasi sirkuit. Tapi, semua tergantung pemerintah mana yang paling pas untuk Indonesia,” kata Direktur PT Sarana Sirkuitindo Utama selaku pengelola Sirkuit Sentul Tinton Soeprapto. Tinton mengatakan, harus melihat proposal dari ketiga desainer untuk dilaporkan ke pemerintah.
Sebab, keputusan terakhir ada di pemerintah. Kemungkinan akhir Agustus, Pemerintah Indonesia, Menteri Pariwisata dan Menpora, akan melakukan kesepakatan lattern of intern (LoI). ”Tapi, saya yakin APEX menang. Apalagi mereka baru membangun sirkuit jalan raya KL City GP di Kuala Lumpur Malaysia,” ujarnya. Meski begitu, Tinton sangat antusias dengan rencana tersebut.
Dia berjanji akan berusaha melakukan semua tugas dan tanggung jawab sesuai program Federasi Internasional Motor (FIM) yang telah ditetapkan. Saat ini Sirkuit Sentul masih gradeC dan untuk bisa menggelar MotoGP harus gradeA. Mantan pembalap asal Indonesia itu mengaku tidak mempermasalahkan siapa desainer yang akan merenovasi sirkuit Sentul nanti.
Dia hanya berharap perubahannya bisa membuat CEO Dorna (promotor MotoGP) Carmelo Ezpelata, terkesan dengan lintasan yang akan lebih panjang dari 3,9 km menjadi 4,15 km tersebut. Akan ada beberapa tikungan diubah agar FIM menilai Sirkuit Sentul menjadi gradeA. ”Lintasan akan dirombak. Apalagi, ini kanumurnya sudah 25 tahun (1990–2015).
Untuk bentuk lintasan, kami masih ingin seperti ini. Cuma ada beberapa titik yang akan diubah, seperti tikungan 1, tikungan 3, tikungan, 4, tikungan 6, tikungan 9. Sementara untuk tikungan S, Dorna tidak menyukainya karena terlalu ketat dan patah,” ujar Tinton. Sebelumnya Sirkuit Sentul Indonesia pernah menjadi bagian dari kalender MotoGP, yaitu pada 1996 dan 1997.
Namun, masalah krisis moneter membuat Indonesia harus kehilangan jatah sebagai tuan rumah. Setelah hampir 20 tahun, Dorna kembali ingin menghidupkan Sirkuit Sentul menggelar MotoGP. Alasannya, Indonesia memiliki keistimewaan yang besar dari market penjualan motor, khususnya motor Jepang.
”Kita akan mengalami keuntungan besar dari segi pariwisata. Saat ini Indonesia setahun hanya menyerap 9 juta wisatawan, sedangkan Malaysia 29 juta, Thailand 31 juta. Kita benar-benar ketinggalan,” ujarnya. Meski masih dalam tahap rencana melakukan renovasi, Tinton sudah memperkirakan awal tahun depan akan segera dilakukan. Ayah mantan pembalap Ananda Mikola ini juga mengaku telah meminta agar balapan dilangsungkan pada Agustus ini.
”Kami akan memulai pembangunan mulai tahun depan. Kemungkinan setengah tahun selesai. Kami akan menggelar MotoGP pada Agustus 2017, menjelang Hari Kemerdekaan Indonesia. Kami juga meminta kontrak selama lima tahun hingga 2021,” tuturnya.
Dalam pertemuan dengan wartawan di Gedung Sapta Pesona Jakarta, Rabu (20/5), Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menjelaskan, penyelenggaraan MotoGP 2017 akan membawa dampak langsung terhadap peningkatan ekonomi dalam kegiatan pariwisata. ”Perhitungan sementara selama empat hari berlangsungnya MotoGP akan terjadi pengeluaran sekitar Rp1,4 triliun,” ungkapnya.
Menurut Arief, Indonesia mendapat tawaran dari Dorna SL untuk mengisi dua slot tersisa. Satu slot lagi sudah dipesan Thailand. Karena itu, menurut dia, waktu itu kesempatan bagus ini harus kita ambil. Ezpelata mengatakan, Indonesia sebagai salah satu negara besar. ”Indonesia diharapkan menjadi negara yang sukses menggelar seri MotoGP. Kami berjanji akan bekerja sama untuk menyukseskan perhelatan ini di Indonesia,” kata Ezpelata.
Raikhul amar
Sejauh ini pengelola sirkuit sudah mendatangkan tiga arsitek yang diharapkan bisa memberikan desain yang sesuai standar GP dan budget pemerintah. Setelah mendatangkan dua desainer Herman Tilke, Jarno Zaffeli (Dromo Cirkuit), pengelola mengundang Arsitek asal Inggris Dafydd Broom (Apex). Mereka diberikan kesempatan memaparkan desain mereka.
”Nama terakhir kemungkinan besar menjadi calon kuat mengambil alih merenovasi sirkuit. Tapi, semua tergantung pemerintah mana yang paling pas untuk Indonesia,” kata Direktur PT Sarana Sirkuitindo Utama selaku pengelola Sirkuit Sentul Tinton Soeprapto. Tinton mengatakan, harus melihat proposal dari ketiga desainer untuk dilaporkan ke pemerintah.
Sebab, keputusan terakhir ada di pemerintah. Kemungkinan akhir Agustus, Pemerintah Indonesia, Menteri Pariwisata dan Menpora, akan melakukan kesepakatan lattern of intern (LoI). ”Tapi, saya yakin APEX menang. Apalagi mereka baru membangun sirkuit jalan raya KL City GP di Kuala Lumpur Malaysia,” ujarnya. Meski begitu, Tinton sangat antusias dengan rencana tersebut.
Dia berjanji akan berusaha melakukan semua tugas dan tanggung jawab sesuai program Federasi Internasional Motor (FIM) yang telah ditetapkan. Saat ini Sirkuit Sentul masih gradeC dan untuk bisa menggelar MotoGP harus gradeA. Mantan pembalap asal Indonesia itu mengaku tidak mempermasalahkan siapa desainer yang akan merenovasi sirkuit Sentul nanti.
Dia hanya berharap perubahannya bisa membuat CEO Dorna (promotor MotoGP) Carmelo Ezpelata, terkesan dengan lintasan yang akan lebih panjang dari 3,9 km menjadi 4,15 km tersebut. Akan ada beberapa tikungan diubah agar FIM menilai Sirkuit Sentul menjadi gradeA. ”Lintasan akan dirombak. Apalagi, ini kanumurnya sudah 25 tahun (1990–2015).
Untuk bentuk lintasan, kami masih ingin seperti ini. Cuma ada beberapa titik yang akan diubah, seperti tikungan 1, tikungan 3, tikungan, 4, tikungan 6, tikungan 9. Sementara untuk tikungan S, Dorna tidak menyukainya karena terlalu ketat dan patah,” ujar Tinton. Sebelumnya Sirkuit Sentul Indonesia pernah menjadi bagian dari kalender MotoGP, yaitu pada 1996 dan 1997.
Namun, masalah krisis moneter membuat Indonesia harus kehilangan jatah sebagai tuan rumah. Setelah hampir 20 tahun, Dorna kembali ingin menghidupkan Sirkuit Sentul menggelar MotoGP. Alasannya, Indonesia memiliki keistimewaan yang besar dari market penjualan motor, khususnya motor Jepang.
”Kita akan mengalami keuntungan besar dari segi pariwisata. Saat ini Indonesia setahun hanya menyerap 9 juta wisatawan, sedangkan Malaysia 29 juta, Thailand 31 juta. Kita benar-benar ketinggalan,” ujarnya. Meski masih dalam tahap rencana melakukan renovasi, Tinton sudah memperkirakan awal tahun depan akan segera dilakukan. Ayah mantan pembalap Ananda Mikola ini juga mengaku telah meminta agar balapan dilangsungkan pada Agustus ini.
”Kami akan memulai pembangunan mulai tahun depan. Kemungkinan setengah tahun selesai. Kami akan menggelar MotoGP pada Agustus 2017, menjelang Hari Kemerdekaan Indonesia. Kami juga meminta kontrak selama lima tahun hingga 2021,” tuturnya.
Dalam pertemuan dengan wartawan di Gedung Sapta Pesona Jakarta, Rabu (20/5), Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menjelaskan, penyelenggaraan MotoGP 2017 akan membawa dampak langsung terhadap peningkatan ekonomi dalam kegiatan pariwisata. ”Perhitungan sementara selama empat hari berlangsungnya MotoGP akan terjadi pengeluaran sekitar Rp1,4 triliun,” ungkapnya.
Menurut Arief, Indonesia mendapat tawaran dari Dorna SL untuk mengisi dua slot tersisa. Satu slot lagi sudah dipesan Thailand. Karena itu, menurut dia, waktu itu kesempatan bagus ini harus kita ambil. Ezpelata mengatakan, Indonesia sebagai salah satu negara besar. ”Indonesia diharapkan menjadi negara yang sukses menggelar seri MotoGP. Kami berjanji akan bekerja sama untuk menyukseskan perhelatan ini di Indonesia,” kata Ezpelata.
Raikhul amar
(bbg)