Antara Pedro Rodriguez dan Ole Gunnar Solskjaer
A
A
A
EROPA - Pedro selalu ada ketika Barcelona membutuhkannya. Begitulah tulis wartawan Daily Mail, Rik Sharma untuk menggambarkan bakti Pedro kepada klub tempat dia bernaung sejak muda.
Pedro memang seolah ditakdirkan untuk menimba ilmu dan mengabdi bagi Barcelona. Lahir di kota Santa Cruz de Tenerife, 2 ribu km lebih dari Barca tepatnya di Pulau Canary yang terletak jauh dari Spanyol daratan, Pedro sudah bergabung dengan akademi Barca sejak usia 17 tahun.
Sosoknya pun menjadi salah satu favorit bagi fans Barca selain para pemain La Masia lain seperti Lionel Messi, Xavi Hernandez, ataupun Andres Iniesta. Sayangnya, ada satu pembeda antara Pedro dengan ketiga figur legendaris Barca itu.
Ya, tidak seperti Messi, Xavi, atau Iniesta, peran Pedro selalu bisa digantikan siapapun. Posisinya di skuat inti Barcelona tidak pernah betul-betul aman.
Di hampir setiap musim, Pedro harus selalu bersaing dengan nama-nama tenar, yang dianggap punya kualitas di atas dirinya. Sebut saja Alexis Sanchez dan terkini, Neymar.
Di masa Neymar inilah, Pedro mulai benar-benar kehilangan tempat dan hanya berstatus sebagai pelapis alias super sub. Puncaknya, Pedro diisukan bakal hengkang dari Barcelona, klub yang sangat dicintainya tersebut.
Kecintaan Pedro kepada Barca dia buktikan usai mencetak gol penentu kemenangan 5-4 Barca atas Sevilla di Piala Super Eropa, Rabu (12/8) dini hari WIB. Diisukan meminta untuk dilepas, Pedro membantahnya dengan tegas.
"Situasinya sulit buat saya. Tentu saya ingin bermain reguler. Saya tidak tahu apa yang terjadi, tetapi saya akan selalu menjadi fan Barcelona," kata Pedro di Guardian.
***
Flashback ke era 90an di Manchester United, ada pemain bernama Ole Gunnar Solskjaer. Meski tidak sering bermain reguler, pria asal Norwegia ini akrab begitu dicintai fans United bahkan bisa dihitung sebagai salah satu legenda klub.
Seperti Pedro, seorang pemain bola umumnya ingin bermain reguler dan masuk skuat inti. Tetapi hal itu tidak berlaku buat Solskjaer. Buktinya adalah julukan super sub yang melekat pada pria yang kini berusia 42 tahun tersebut.
Solskjaer hampir tidak pernah merengek kepada Sir Alex Ferguson untuk minta dijual. Sebaliknya, dia begitu betah berkostum United dan berstatus super sub.
Pada 1998 misalnya, dia menolak tawaran Tottenham Hotspur. Padahal, United sendiri telah menerima tawaran tersebut.
Kesabaran Solskjaer kemudian berbuah hasil. Di final Liga Champions musim 1998/99, menggantikan Andy Cole di menit 81, Solskjaer mencetak gol penentu kemenangan United atas Bayern Muenchen di menit-menit terakhir pertandingan.
Gol yang membuat namanya abadi di ingatan fans United.
Fergie -sapaan akrab Ferguson- punya pujian tersendiri soal Solskjaer. Dia menyebut Solksjaer seolah punya kemampuan memelajari pertandingan tanpa satu kali pun lengah.
"Saya harus berpikir soal diri saya. Bagaimana saya harus menghancurkan lawan ketika saya masuk. Saya duduk di sana dan mengamati pertandingan.Tetapi saya tidak melihat penyerang mereka. Saya mengamati apa kesalahan para pemain belakang lawan," pungkas Solskjaer di The Observer pada 2012.
Status legenda itu pun akhirnya disematkan kepada Solskjaer ketika dia memutuskan pensiun pada 2007. Satu chant pun dipersembahkan fans United kepada Solksjaer sebagai tanda terima kasih.
"You are my Solskjaer, My Ole Solskjaer, You make me happy, When skies are grey, "
***
Kembali ke pada Pedro. Ia mungkin harus membuka buku sejarah United untuk melihat sosok Solskjaer. Apakah mencontohnya untuk pensiun sebagai super sub di Barcelona, atau mengikuti jejak Solskjaer yang lain; berkostum Manchester United. Klub yang diisukan tertarik kepadanya?
Pedro memang seolah ditakdirkan untuk menimba ilmu dan mengabdi bagi Barcelona. Lahir di kota Santa Cruz de Tenerife, 2 ribu km lebih dari Barca tepatnya di Pulau Canary yang terletak jauh dari Spanyol daratan, Pedro sudah bergabung dengan akademi Barca sejak usia 17 tahun.
Sosoknya pun menjadi salah satu favorit bagi fans Barca selain para pemain La Masia lain seperti Lionel Messi, Xavi Hernandez, ataupun Andres Iniesta. Sayangnya, ada satu pembeda antara Pedro dengan ketiga figur legendaris Barca itu.
Ya, tidak seperti Messi, Xavi, atau Iniesta, peran Pedro selalu bisa digantikan siapapun. Posisinya di skuat inti Barcelona tidak pernah betul-betul aman.
Di hampir setiap musim, Pedro harus selalu bersaing dengan nama-nama tenar, yang dianggap punya kualitas di atas dirinya. Sebut saja Alexis Sanchez dan terkini, Neymar.
Di masa Neymar inilah, Pedro mulai benar-benar kehilangan tempat dan hanya berstatus sebagai pelapis alias super sub. Puncaknya, Pedro diisukan bakal hengkang dari Barcelona, klub yang sangat dicintainya tersebut.
Kecintaan Pedro kepada Barca dia buktikan usai mencetak gol penentu kemenangan 5-4 Barca atas Sevilla di Piala Super Eropa, Rabu (12/8) dini hari WIB. Diisukan meminta untuk dilepas, Pedro membantahnya dengan tegas.
"Situasinya sulit buat saya. Tentu saya ingin bermain reguler. Saya tidak tahu apa yang terjadi, tetapi saya akan selalu menjadi fan Barcelona," kata Pedro di Guardian.
***
Flashback ke era 90an di Manchester United, ada pemain bernama Ole Gunnar Solskjaer. Meski tidak sering bermain reguler, pria asal Norwegia ini akrab begitu dicintai fans United bahkan bisa dihitung sebagai salah satu legenda klub.
Seperti Pedro, seorang pemain bola umumnya ingin bermain reguler dan masuk skuat inti. Tetapi hal itu tidak berlaku buat Solskjaer. Buktinya adalah julukan super sub yang melekat pada pria yang kini berusia 42 tahun tersebut.
Solskjaer hampir tidak pernah merengek kepada Sir Alex Ferguson untuk minta dijual. Sebaliknya, dia begitu betah berkostum United dan berstatus super sub.
Pada 1998 misalnya, dia menolak tawaran Tottenham Hotspur. Padahal, United sendiri telah menerima tawaran tersebut.
Kesabaran Solskjaer kemudian berbuah hasil. Di final Liga Champions musim 1998/99, menggantikan Andy Cole di menit 81, Solskjaer mencetak gol penentu kemenangan United atas Bayern Muenchen di menit-menit terakhir pertandingan.
Gol yang membuat namanya abadi di ingatan fans United.
Fergie -sapaan akrab Ferguson- punya pujian tersendiri soal Solskjaer. Dia menyebut Solksjaer seolah punya kemampuan memelajari pertandingan tanpa satu kali pun lengah.
"Saya harus berpikir soal diri saya. Bagaimana saya harus menghancurkan lawan ketika saya masuk. Saya duduk di sana dan mengamati pertandingan.Tetapi saya tidak melihat penyerang mereka. Saya mengamati apa kesalahan para pemain belakang lawan," pungkas Solskjaer di The Observer pada 2012.
Status legenda itu pun akhirnya disematkan kepada Solskjaer ketika dia memutuskan pensiun pada 2007. Satu chant pun dipersembahkan fans United kepada Solksjaer sebagai tanda terima kasih.
"You are my Solskjaer, My Ole Solskjaer, You make me happy, When skies are grey, "
***
Kembali ke pada Pedro. Ia mungkin harus membuka buku sejarah United untuk melihat sosok Solskjaer. Apakah mencontohnya untuk pensiun sebagai super sub di Barcelona, atau mengikuti jejak Solskjaer yang lain; berkostum Manchester United. Klub yang diisukan tertarik kepadanya?
(sha)