Kisruh Kemenpora vs PSSI Ancam Tim Divisi Utama
A
A
A
PEKALONGAN - Jadwal kompetisi Divisi Utama yang tidak jelas mengancam keberlangsungan tim-tim amatir di Kota Batik. Tim-tim Divisi 1 dan 2 di Pekalongan dikhawatirkan kehilangan semangat untuk melanjutkan kompetisi.
”Sepak bola di Pekalongan bisa hidup karena Persip promosi Divisi Utama. Banyak klub tumbuh, dan SSB (sekolah sepak bola) makin bersemangat, tapi kami khawatir eksistensi mereka surut setelah tidak ada kompetisi profesional,''ungkap Direktur Utama Persip Budi Setiawan.
Menurut Budi, keberadaan Persip, menjadi magnet bagi talenta-talena pemain klub lokal agar kelak bisa bergabung. Tapi jika kondisi persepakbolaan Tanah Air yang mati suri tidak segera bangkit, tidak menutup kemungkinan regenerasi bakal mandek. ”Tentu, regenerasi jadi kacau.Ini tidak bisa dibiarkan,” ucapnya.
Meski kompetisi profesional mandek, di Pekalongan kompetisi tim Divisi I dan II, akan diputar oleh PSSI Kota Pekalongan pada pertengahan September mendatang. Total klub Divisi 1 di Pekalongan ada 16, sementara Divisi 2 ada 27 klub. Para klub amatir tersebut ikut kompetisi tentu berharap bisa naik kasta ke profesional. Sementara, penyelenggaraan kompetisi profesional, khususnya Divisi Utama masih gelap.
Budi berharap segera ada kepastian dari PSSI atau pun Kemenpora. Dia mengingatkan jika musim depan ada kompetisi harus direstui oleh FIFA. Tidak akan bermanfaat bagi tim, dan negara,jika PSSI masih di-banned oleh FIFA setelah dibekukan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga.
”Syukur-syukur bisa direstui FIFA. Segala aspek yang melingkupi pertandingan, seperti perizinan kepolisian harus sudah clear, sehingga pertandingan berjalan lancar,” kata dia.
Saat ini Kemenpora berusaha mengganjal langkah PSSI yang akan menggulirkan kompetisi Indonesia Super League (ISL) musim 2015/2016 dengan melayangkan surat ke Kapolri agar tidak memberi izin.
Kemenpora segera bertindak karena PT Liga Indonesia berencana menggulirkan ISL pada pekan ketiga Oktober. Dia mengaku tidak akan mendukung Kemenpora ataupun PSSI. Siapapun yang akan menggelar kompetisi resmi akan tetap ambil bagian, sepanjang direstui oleh federasi sepak bola dunia.
Di sisi lain, setelah jatuhnya sanksi dari FIFA, diharapkan kompetisi musim depan lebih baik dari saat ini. Mafia pengaturan skor dan judi harus segera dituntaskan. ''Jadi kita tidak rugi dua kali. Sekarang sudah rugi sekali, dan harus ada perbaikan ke depan,''jelasnya.
”Sepak bola di Pekalongan bisa hidup karena Persip promosi Divisi Utama. Banyak klub tumbuh, dan SSB (sekolah sepak bola) makin bersemangat, tapi kami khawatir eksistensi mereka surut setelah tidak ada kompetisi profesional,''ungkap Direktur Utama Persip Budi Setiawan.
Menurut Budi, keberadaan Persip, menjadi magnet bagi talenta-talena pemain klub lokal agar kelak bisa bergabung. Tapi jika kondisi persepakbolaan Tanah Air yang mati suri tidak segera bangkit, tidak menutup kemungkinan regenerasi bakal mandek. ”Tentu, regenerasi jadi kacau.Ini tidak bisa dibiarkan,” ucapnya.
Meski kompetisi profesional mandek, di Pekalongan kompetisi tim Divisi I dan II, akan diputar oleh PSSI Kota Pekalongan pada pertengahan September mendatang. Total klub Divisi 1 di Pekalongan ada 16, sementara Divisi 2 ada 27 klub. Para klub amatir tersebut ikut kompetisi tentu berharap bisa naik kasta ke profesional. Sementara, penyelenggaraan kompetisi profesional, khususnya Divisi Utama masih gelap.
Budi berharap segera ada kepastian dari PSSI atau pun Kemenpora. Dia mengingatkan jika musim depan ada kompetisi harus direstui oleh FIFA. Tidak akan bermanfaat bagi tim, dan negara,jika PSSI masih di-banned oleh FIFA setelah dibekukan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga.
”Syukur-syukur bisa direstui FIFA. Segala aspek yang melingkupi pertandingan, seperti perizinan kepolisian harus sudah clear, sehingga pertandingan berjalan lancar,” kata dia.
Saat ini Kemenpora berusaha mengganjal langkah PSSI yang akan menggulirkan kompetisi Indonesia Super League (ISL) musim 2015/2016 dengan melayangkan surat ke Kapolri agar tidak memberi izin.
Kemenpora segera bertindak karena PT Liga Indonesia berencana menggulirkan ISL pada pekan ketiga Oktober. Dia mengaku tidak akan mendukung Kemenpora ataupun PSSI. Siapapun yang akan menggelar kompetisi resmi akan tetap ambil bagian, sepanjang direstui oleh federasi sepak bola dunia.
Di sisi lain, setelah jatuhnya sanksi dari FIFA, diharapkan kompetisi musim depan lebih baik dari saat ini. Mafia pengaturan skor dan judi harus segera dituntaskan. ''Jadi kita tidak rugi dua kali. Sekarang sudah rugi sekali, dan harus ada perbaikan ke depan,''jelasnya.
(aww)