PSIS Semarang Menuju Klub Profesional
A
A
A
SEMARANG - PSIS Semarang bersiap menjadi tim profesional sebagai persyaratan bisa tampil di kompetisi Indonesia Super League (ISL). Sebagai langkah awal, manajemen PT Mahesa Jenar Semarang ini akan mendirikan akademi sepak bola yang merupakan syarat dari Badan Olahraga Profesional indonesia (BOPI).
Mahesa Jenar saat ini masih menggodok untuk pendirian akademi, yang akan diluncurkan paling cepat Oktober mendatang. PSIS tidak hanya akan fokus dalam kompetisi resmi jika kembali digulirkan, melainkan juga memiliki kegiatan lain di bidang keolahragaan.
''Kalau itu (Akademi Sepak Bola) menjadi salah satu persyaratan BOPI (Badan Olahraga Profesional Indonesia) sebagai tim profesional, ya terima kasih, kami sudah siap.
Tujuan utama bukan itu, melainkan untuk mempersiapkan regenerasi pemain sejak usia dini,''ungkap Direktur Teknik PSIS Setyo Agung Nugroho.
Setyo menuturkan, saat ini PSIS memang hanya berkompetisi di Divisi Utama (DU).
Tentu, klub ke depan akan tetap berusaha untuk bisa menembus ke level tertinggi di Indonesia Super Liga (ISL), jika kompetisi resmi sudah berjalan normal kembali.
”Tim ISL kan harus memiliki kelompok umur (KU) 21, itu nanti bisa diambilkan dari akademi. KU-21 nanti ada kompetisi tersendiri, yang pelaksanaannya bersamaan dengan ISL,''ucapnya.
Dalam beberapa musim, PSIS memang tidak memberlakukan transfer pemain.
Selama ini kebijakan transfer pemain dari satu klub ke klub lainnya hanya berlaku di tim-tim yang berlaga di kasta tertinggi di Tanah Air.
Menurut dia, melalui akademi tersebut, perlahan akan dibenahi sistem pelepasan pemain dari satu klub ke klub lainnya. Jika selama ini pemain hanya tinggal pamit dan tidak ada nilai transfer ke klub, ke depan, kebijakan transfer sudah mulai dirintis.
”Apakah statusnya pinjam, dengan nilai transfer atau bebas transfer, kejelasannya bagaimana,jadi hak dan kewajibannya jelas. Hal ini akan diberlakukan, tentu perlu komunikasi dengan pemain dari akademi itu sendiri,”terangnya.
Sekadar diketahui, akademi itu sendiri nanti akan dikategorikan dalam kelompok umur (KU). Ada juga pemainyang direkrut dari jalur umum, sementara untuk tim inti juga akan disiapkan.
Persyaratan akan dibuat seperti model penerimaan atlet PPLP atau yang dulu bernama Diklat Salatiga, dengan timbang berat badan dan tinggi badan. Tidak menutup kemungkinan, untuk tim inti nanti bisa dari pemain-pemain dari akademi yang lain di Kota Lumpia.
Lebih jauh Setyo menambahkan, upaya pembinaan pemain sepak bola sejak usia dini tidak akan ada manfaatnya jika kondisi persepak bolaan di Tanah Air tidak segera membaik. Percuma para pemain ini terus berlatih, namun tidak tujuan yang ingin digapai ke depannya.
''Apa harus terus-terusan main antarkampung. Tentu kami sebagai anggota dari PSSI berharap prahara antara PSSI dan Kementerian Pemuda dan Olahraga segera diakhiri, agar tidak menyurutkan semangat pesepak bola usia dini,''bebernya.
Mahesa Jenar saat ini masih menggodok untuk pendirian akademi, yang akan diluncurkan paling cepat Oktober mendatang. PSIS tidak hanya akan fokus dalam kompetisi resmi jika kembali digulirkan, melainkan juga memiliki kegiatan lain di bidang keolahragaan.
''Kalau itu (Akademi Sepak Bola) menjadi salah satu persyaratan BOPI (Badan Olahraga Profesional Indonesia) sebagai tim profesional, ya terima kasih, kami sudah siap.
Tujuan utama bukan itu, melainkan untuk mempersiapkan regenerasi pemain sejak usia dini,''ungkap Direktur Teknik PSIS Setyo Agung Nugroho.
Setyo menuturkan, saat ini PSIS memang hanya berkompetisi di Divisi Utama (DU).
Tentu, klub ke depan akan tetap berusaha untuk bisa menembus ke level tertinggi di Indonesia Super Liga (ISL), jika kompetisi resmi sudah berjalan normal kembali.
”Tim ISL kan harus memiliki kelompok umur (KU) 21, itu nanti bisa diambilkan dari akademi. KU-21 nanti ada kompetisi tersendiri, yang pelaksanaannya bersamaan dengan ISL,''ucapnya.
Dalam beberapa musim, PSIS memang tidak memberlakukan transfer pemain.
Selama ini kebijakan transfer pemain dari satu klub ke klub lainnya hanya berlaku di tim-tim yang berlaga di kasta tertinggi di Tanah Air.
Menurut dia, melalui akademi tersebut, perlahan akan dibenahi sistem pelepasan pemain dari satu klub ke klub lainnya. Jika selama ini pemain hanya tinggal pamit dan tidak ada nilai transfer ke klub, ke depan, kebijakan transfer sudah mulai dirintis.
”Apakah statusnya pinjam, dengan nilai transfer atau bebas transfer, kejelasannya bagaimana,jadi hak dan kewajibannya jelas. Hal ini akan diberlakukan, tentu perlu komunikasi dengan pemain dari akademi itu sendiri,”terangnya.
Sekadar diketahui, akademi itu sendiri nanti akan dikategorikan dalam kelompok umur (KU). Ada juga pemainyang direkrut dari jalur umum, sementara untuk tim inti juga akan disiapkan.
Persyaratan akan dibuat seperti model penerimaan atlet PPLP atau yang dulu bernama Diklat Salatiga, dengan timbang berat badan dan tinggi badan. Tidak menutup kemungkinan, untuk tim inti nanti bisa dari pemain-pemain dari akademi yang lain di Kota Lumpia.
Lebih jauh Setyo menambahkan, upaya pembinaan pemain sepak bola sejak usia dini tidak akan ada manfaatnya jika kondisi persepak bolaan di Tanah Air tidak segera membaik. Percuma para pemain ini terus berlatih, namun tidak tujuan yang ingin digapai ke depannya.
''Apa harus terus-terusan main antarkampung. Tentu kami sebagai anggota dari PSSI berharap prahara antara PSSI dan Kementerian Pemuda dan Olahraga segera diakhiri, agar tidak menyurutkan semangat pesepak bola usia dini,''bebernya.
(aww)