Arema vs Sriwijaya FC: Ancaman dari Sayap
A
A
A
MALANG - Perang akbar tersaji laga kedua di Grup B Piala Presiden 2015. Tuan rumah Arema Cronus bakal berseteru dengan penantang terkuat yakni Sriwijaya FC yang juga berstatus pemimpin klasemen sementara, Sabtu (5/9) malam.
Tuan rumah pantas waswas dengan potensi ancaman lawan kali ini yang memiliki aset cukup meyakinkan. Mengingat Arema belum sepenuhnya mapan, Sriwijaya FC layak dipandang sebagai ganjalan besar walau rekor Arema lebih baik saat bertarung di Malang.
Melihat kekuatan kedua kubu, potensi duel terseru hampir pasti terjadi di sektor sayap. Baik Arema dan Sriwijaya memiliki winger dan striker berkecepatan tinggi dan menjadi pemeran utama ketika melakukan tekanan.
Di Arema ada Samsul Arif, Lancine Kone, serta Dendi Santoso, sedangkan Sriwijaya mengandalkan Titus Bonai, Syakir Sulaiman, Patrich Wanggai, Yohanis Nabar, maupun TA Musafri. Nama-nama tersebut sudah jelas bakal menjadi senjata utama.
Tuan rumah Arema meyakini potensi ancaman Sriwijaya FC bakal mengalir dari sektor sayap. Kecepatan serta skill individu sayap maupun striker Laskar Wong Kito bakal memaksa Arema untuk menerapkan disiplin tinggi.
"Sriwijaya FC akan menyerang dengan cepat, mereka mempunyai pemain yang mumpuni untuk itu. Saya terus mengingatkan agar lini belakang tidak lengah lagi seperti lawan Persela. Kali ini lebih banyak pemain berbahaya," ungkap Joko Susilo, pelatih Arema Cronus.
Joko menunjuk nama Titus Bonai dan Patrich Wanggai yang bakal menjadi ancaman utama bagi pertahanan Singo Edan. Serangan sayap cepat membuat Arema tidak akan leluasa menyerang, terutama full back yang harus ikut konsentrasi bertahan.
Johan Alfarizie dan Hasim Kipuw terkadang sering terlambat turun setelah membantu serangan. Itu bisa menjadi bencana karena centre back seperti Fabiano Beltrame dan Purwaka memiliki keterbatasan dalam hal kecepatan.
Apalagi Sriwijaya FC memiliki stok melimpah untuk bisa mempertahankan kecepatan sepanjang pertandingan. Pola 4-3-3 yang diusung Arema harus berjalan seimbang agar tidak kecolongan dengan mudah seperti sebelumnya.
"Kami ingin tetap memegang kendali permainan, tapi bukan berarti hanya menyerang dan lupa bertahan. Harus ada keseimbangan, sebisa mungkin meminimalisasi celah untuk pemain lawan. Untuk formasi pemain, tidak akan banyak perubahan," tambah Joko.
Tuntutan menang bakal menjadi bumerang bagi Singo Edan. Secara logika, Arema bakal ngotot menciptakan gol dan itu hanya bisa dilakukan dengan permainan ofensif. Di sana lah akhirnya ada ruang longgar untuk pemain-pemain Sriwijaya FC.
Tuan rumah pantas waswas dengan potensi ancaman lawan kali ini yang memiliki aset cukup meyakinkan. Mengingat Arema belum sepenuhnya mapan, Sriwijaya FC layak dipandang sebagai ganjalan besar walau rekor Arema lebih baik saat bertarung di Malang.
Melihat kekuatan kedua kubu, potensi duel terseru hampir pasti terjadi di sektor sayap. Baik Arema dan Sriwijaya memiliki winger dan striker berkecepatan tinggi dan menjadi pemeran utama ketika melakukan tekanan.
Di Arema ada Samsul Arif, Lancine Kone, serta Dendi Santoso, sedangkan Sriwijaya mengandalkan Titus Bonai, Syakir Sulaiman, Patrich Wanggai, Yohanis Nabar, maupun TA Musafri. Nama-nama tersebut sudah jelas bakal menjadi senjata utama.
Tuan rumah Arema meyakini potensi ancaman Sriwijaya FC bakal mengalir dari sektor sayap. Kecepatan serta skill individu sayap maupun striker Laskar Wong Kito bakal memaksa Arema untuk menerapkan disiplin tinggi.
"Sriwijaya FC akan menyerang dengan cepat, mereka mempunyai pemain yang mumpuni untuk itu. Saya terus mengingatkan agar lini belakang tidak lengah lagi seperti lawan Persela. Kali ini lebih banyak pemain berbahaya," ungkap Joko Susilo, pelatih Arema Cronus.
Joko menunjuk nama Titus Bonai dan Patrich Wanggai yang bakal menjadi ancaman utama bagi pertahanan Singo Edan. Serangan sayap cepat membuat Arema tidak akan leluasa menyerang, terutama full back yang harus ikut konsentrasi bertahan.
Johan Alfarizie dan Hasim Kipuw terkadang sering terlambat turun setelah membantu serangan. Itu bisa menjadi bencana karena centre back seperti Fabiano Beltrame dan Purwaka memiliki keterbatasan dalam hal kecepatan.
Apalagi Sriwijaya FC memiliki stok melimpah untuk bisa mempertahankan kecepatan sepanjang pertandingan. Pola 4-3-3 yang diusung Arema harus berjalan seimbang agar tidak kecolongan dengan mudah seperti sebelumnya.
"Kami ingin tetap memegang kendali permainan, tapi bukan berarti hanya menyerang dan lupa bertahan. Harus ada keseimbangan, sebisa mungkin meminimalisasi celah untuk pemain lawan. Untuk formasi pemain, tidak akan banyak perubahan," tambah Joko.
Tuntutan menang bakal menjadi bumerang bagi Singo Edan. Secara logika, Arema bakal ngotot menciptakan gol dan itu hanya bisa dilakukan dengan permainan ofensif. Di sana lah akhirnya ada ruang longgar untuk pemain-pemain Sriwijaya FC.
(aww)