Final di GBK, Nyawa Bobotoh Tanggung Jawab Siapa?
A
A
A
BANDUNG - Manajer Persib Bandung, Umuh Muchtar meminta kepada Mahaka selaku pihak penyelenggara Piala Presiden agar jeli melihat situasi di lapangan sebelum menentukan stadion yang akan digunakan untuk menggelar laga final. Menurut Umuh, bila Mahaka tetap kekeuh menggelar laga final di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Jakarta, maka secara otomatih hal ini menjadikan nyawa para Bobotoh (suporter persib) berada dalam bahaya.
Seperti diketahui sejak lama, setiap kali Persib melawat ke Jakarta, selalu saja ada gesekan antara para Bobotoh dan Suporter Persija. Bahkan di tahun 2012 silam, bentrokan antar suporter tersebut harus menelan korban jiwa.
"Memang sih idealnya final di Jakarta karena Nasional. Tapi harus dilihat dulu. Ini kan menyangkut nyawa bobotoh. Keselamatan mereka (bobotoh) bagaimana? Kalau saya, pelatih dan tim sih tidak masalah, pasti aman. Tapi keamanan bobotoh siapa yang mau bertanggung jawab," tanya Umuh.
Sejauh ini, lanjut Umuh, bobotoh selalu hadir dimanapun tim kesayangannya bertanding. Apalagi laga nanti merupakan laga penentuan siapa yang berhak menyandang predikat juara. Tentu saja bobotoh akan berbondong-bondong memberikan support ke Persib Bandung. Namun yang menjadi permasalahannya menurut Umuh, apakah Mahaka bisa memberikan jaminan terutama untuk keselamatan bobotoh.
"Kalau bobotoh yang datang ada 100 ribu orang, bagaimana pengawalannya. Saya juga sudah bilang ke Hasani (CEO Mahaka Sports and Entertainment), apakah ada asuransi untuk bobotoh? Malah jawabnya dicarikan dulu. Ini berarti panitia tidak siap," sesalnya.
"Harusnya panitia sudah siap, bilamana ada cedera atau bobotoh yang meninggal. Saya tidak inginkan hal itu, tapi harus menjaga-jaga juga," tambahnya.
Seperti yang terjadi pada tahun lalu. Kala itu bobotoh yang tengah melakukan perjalanan ke Palembang untuk menyaksikan laga final Indonesia Super League (ISL) 2014, tiba-tiba dilempari batu oleh oknum yang disinyalir pendukung Persija saat berada di kawasan Jakarta. Begitupun saat melakukan perjalanan pulang ke Bandung. Namun hingga kini kejadian tersebut tidak tuntas dan belum ditemukan siapa dalang pelemparan tersebut.
"Bus kita juga dilempari bom molotov. Kalau tidak sigap supirnya, bisa kebakar kita. Waktu itu pengamanannya hanya dua polisi, itupun menggunakan motor. Belum lagi kasus bobotoh yang meninggal didalam stadion. Nah siapa yang bertanggung jawab. Sampai sekarang tidak ada kelanjutannya. Ini harus dipertanyakan loh, ini menyangkut nyawa manusia, bukan binatang," geramnya.
Untuk itu, Umuh berharap pihak penyelenggara kembali mempertimbangkan venue pertandingan final Piala Presiden 2015 ini. "Mungkin lebih baik di Solo (Manahan) saja. Arema juga aman main disana dan penuh. Dan saya terus terang saja ke panpel jangan dilihat dari uangnya. Tapi perhitungkan juga nyawa manusia. Nanti kan kalau bagus, tiap tahunnya akan terus berlanjut," ungkapnya.
Seperti diketahui sejak lama, setiap kali Persib melawat ke Jakarta, selalu saja ada gesekan antara para Bobotoh dan Suporter Persija. Bahkan di tahun 2012 silam, bentrokan antar suporter tersebut harus menelan korban jiwa.
"Memang sih idealnya final di Jakarta karena Nasional. Tapi harus dilihat dulu. Ini kan menyangkut nyawa bobotoh. Keselamatan mereka (bobotoh) bagaimana? Kalau saya, pelatih dan tim sih tidak masalah, pasti aman. Tapi keamanan bobotoh siapa yang mau bertanggung jawab," tanya Umuh.
Sejauh ini, lanjut Umuh, bobotoh selalu hadir dimanapun tim kesayangannya bertanding. Apalagi laga nanti merupakan laga penentuan siapa yang berhak menyandang predikat juara. Tentu saja bobotoh akan berbondong-bondong memberikan support ke Persib Bandung. Namun yang menjadi permasalahannya menurut Umuh, apakah Mahaka bisa memberikan jaminan terutama untuk keselamatan bobotoh.
"Kalau bobotoh yang datang ada 100 ribu orang, bagaimana pengawalannya. Saya juga sudah bilang ke Hasani (CEO Mahaka Sports and Entertainment), apakah ada asuransi untuk bobotoh? Malah jawabnya dicarikan dulu. Ini berarti panitia tidak siap," sesalnya.
"Harusnya panitia sudah siap, bilamana ada cedera atau bobotoh yang meninggal. Saya tidak inginkan hal itu, tapi harus menjaga-jaga juga," tambahnya.
Seperti yang terjadi pada tahun lalu. Kala itu bobotoh yang tengah melakukan perjalanan ke Palembang untuk menyaksikan laga final Indonesia Super League (ISL) 2014, tiba-tiba dilempari batu oleh oknum yang disinyalir pendukung Persija saat berada di kawasan Jakarta. Begitupun saat melakukan perjalanan pulang ke Bandung. Namun hingga kini kejadian tersebut tidak tuntas dan belum ditemukan siapa dalang pelemparan tersebut.
"Bus kita juga dilempari bom molotov. Kalau tidak sigap supirnya, bisa kebakar kita. Waktu itu pengamanannya hanya dua polisi, itupun menggunakan motor. Belum lagi kasus bobotoh yang meninggal didalam stadion. Nah siapa yang bertanggung jawab. Sampai sekarang tidak ada kelanjutannya. Ini harus dipertanyakan loh, ini menyangkut nyawa manusia, bukan binatang," geramnya.
Untuk itu, Umuh berharap pihak penyelenggara kembali mempertimbangkan venue pertandingan final Piala Presiden 2015 ini. "Mungkin lebih baik di Solo (Manahan) saja. Arema juga aman main disana dan penuh. Dan saya terus terang saja ke panpel jangan dilihat dari uangnya. Tapi perhitungkan juga nyawa manusia. Nanti kan kalau bagus, tiap tahunnya akan terus berlanjut," ungkapnya.
(rus)