Euforia Sementara Sepak Bola Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Final piala Presiden yang mempertemukan Persib Bandung melawan Sriwijaya FC yang akan digelar, Minggu (18/10), besok dipastikan tanpa Presiden PSSI, La Nyalla Mahmud Mattalitti. Kendati mendukung dan mendoakan agar final berjalan lancar dan aman, pria yang terpilih secara sah oleh pemilik suara sah PSSI itu urung hadir karena alasan yang sangat humanis.
"Memang sorak-sorak ceria kedua suporter akan begitu meriah di final nanti, tapi jangan kita lupakan, itu hanya segelintir pemain saja yang merasakan euforianya, masih banyak ribuan pemain yang belum bisa menikmati hidupnya di sepak bola, ini membuat saya tidak bisa berbahagia di atas penderitaan pelaku sepak bola yang lain, sepak bola kita masih berkabung," ujar La Nyalla kepada wartawan.
Menurut La Nyalla, Piala Presiden hanya diikuti oleh belasan klub ISL, sedangkan strata yang lain, dengan isi pemainnya, dengan para perangkatnya, dengan pengurusnya, dengan masyarakat kecil yang terlibat, dari tukang parkir sampai tukang cuci sepatu, hanya menjadi saksi kegembiraan Piala Presiden di rumahnya dengan minusnya pendapatan finansial dan sulitnya menjalani hidup.
"Jangan kita lupakan kesengsaraan mereka, kesusahan hidup mereka, karena kompetisi tidak berputar, yang semua kita tahu, intervensi pemerintah dalam hal ini Menpora Imam Nahrawi membuat semua ini terhenti. Ini justru lebih menyedihkan, Piala Presiden hanya kegembiraan sesaat yang akan sirna dengan cepat," ujarnya.
Pria yang terkenal dengan suara lantangnya itu mengatakan, lebih utama lagi adalah bagaimana caranya sepak bola Indonesia kembali aktif dan berjalan dengan baik. "Semua hanya dengan satu cara, yakni tarik intervensi pemerintah dari sepak bola dengan cara cabut pembekuaan PSSI, secara otomatis sanksi FIFA akan juga dicabut,"jelasnya.
"Memang sorak-sorak ceria kedua suporter akan begitu meriah di final nanti, tapi jangan kita lupakan, itu hanya segelintir pemain saja yang merasakan euforianya, masih banyak ribuan pemain yang belum bisa menikmati hidupnya di sepak bola, ini membuat saya tidak bisa berbahagia di atas penderitaan pelaku sepak bola yang lain, sepak bola kita masih berkabung," ujar La Nyalla kepada wartawan.
Menurut La Nyalla, Piala Presiden hanya diikuti oleh belasan klub ISL, sedangkan strata yang lain, dengan isi pemainnya, dengan para perangkatnya, dengan pengurusnya, dengan masyarakat kecil yang terlibat, dari tukang parkir sampai tukang cuci sepatu, hanya menjadi saksi kegembiraan Piala Presiden di rumahnya dengan minusnya pendapatan finansial dan sulitnya menjalani hidup.
"Jangan kita lupakan kesengsaraan mereka, kesusahan hidup mereka, karena kompetisi tidak berputar, yang semua kita tahu, intervensi pemerintah dalam hal ini Menpora Imam Nahrawi membuat semua ini terhenti. Ini justru lebih menyedihkan, Piala Presiden hanya kegembiraan sesaat yang akan sirna dengan cepat," ujarnya.
Pria yang terkenal dengan suara lantangnya itu mengatakan, lebih utama lagi adalah bagaimana caranya sepak bola Indonesia kembali aktif dan berjalan dengan baik. "Semua hanya dengan satu cara, yakni tarik intervensi pemerintah dari sepak bola dengan cara cabut pembekuaan PSSI, secara otomatis sanksi FIFA akan juga dicabut,"jelasnya.
(rus)