Gagal Eksekusi Penalti, Sriwijaya FC Keok, Asri Akbar Stres
A
A
A
MALANG - Kekalahan Sriwijaya FC memukul perasaan Asri Akbar. Ia merasa sangat bersalah hingga Laskar Wong Kito terpuruk di fase Grup A Piala Jenderal Sudirman. Asri bercerita kegagalan penalti yang dibuatnya saat kalah 0-1 kepada Persija Jakarta membuatnya stres. Ia takut membuat semua masyarakat Palembang menyalahkannya.
''Saat itu kita ketinggalan angka, penalti sangat penting karena untuk menyamakan kedudukan. Ternyata saya tidak bisa buat gol, saya stres dan sampai sekarang menjadi pikiran, bro,”kata Asri.
Di babak kedua, Laskar Wong Kito mendapatkan kesempatan membalas gol di menit ke-70 karena OK John melakukan pelanggaran keras kepada T.A. Musafri. Namun, tendangan Asri Akbar mampu terbaca oleh Andrytany. ''Kegagalan penalti saya membuat tim tidak dapat poin. Sekarang peluang kita tipis berharap menjadi tim tiga terbaik,”keluhnya dengan nada lemas.
Pria kelahiran Bajeng, Gowa, 29 Januari 1984 ini, mengaku pemilihan siapa yang menjadi penendang pinalti saat itu bukan dilakukan oleh pelatih kepala Benny Dollo. Tiba-tiba ada instruksi dan teriakan menyebut nama Asri Akbar lebih layak melakukan eksekusi tersebut.
''Ada teriakan dari luar agar saya yang ambil. Tidak tahu siapa yang teriak tetapi semua rekan memberikan saya kesempatan itu,”jelasnya.
Dilanjutkannya, tiba-tiba dia menjadi tegang dan sangat gugup melakukan tendangan penentu bagi tim. Karena dorongan agar Asri harus melakukan tendangan penalti, dia sulit untuk menolaknya. ''Saat mau nendang, saya menjadi tegang. Ternyata bola bisa dibaca oleh kiper. Tetapi ini menjadi pelajaran saya agar tetap fokus dalam keadaan apa pun,”ujar mantan pemain Persib Bandung ini.
Padahal sebelum bertanding Asri juga mengaku berjanji kepada dirinya untuk menciptakan gol dari tendangan keras yang biasa dilakukannya dari luar kotak penalti. Namun malang baginya saat benar-benar mendapatkan peluang hanya berhadapan dengan kiper, Asri tiba-tiba menjadi gugup.
''Saya anggap ini belum rezeki saja, padahal kita sudah bermain bagus dan maksimal. Kondisi fisik juga menjadi faktor kendala kami di lapangan,”pungkasnya.
''Saat itu kita ketinggalan angka, penalti sangat penting karena untuk menyamakan kedudukan. Ternyata saya tidak bisa buat gol, saya stres dan sampai sekarang menjadi pikiran, bro,”kata Asri.
Di babak kedua, Laskar Wong Kito mendapatkan kesempatan membalas gol di menit ke-70 karena OK John melakukan pelanggaran keras kepada T.A. Musafri. Namun, tendangan Asri Akbar mampu terbaca oleh Andrytany. ''Kegagalan penalti saya membuat tim tidak dapat poin. Sekarang peluang kita tipis berharap menjadi tim tiga terbaik,”keluhnya dengan nada lemas.
Pria kelahiran Bajeng, Gowa, 29 Januari 1984 ini, mengaku pemilihan siapa yang menjadi penendang pinalti saat itu bukan dilakukan oleh pelatih kepala Benny Dollo. Tiba-tiba ada instruksi dan teriakan menyebut nama Asri Akbar lebih layak melakukan eksekusi tersebut.
''Ada teriakan dari luar agar saya yang ambil. Tidak tahu siapa yang teriak tetapi semua rekan memberikan saya kesempatan itu,”jelasnya.
Dilanjutkannya, tiba-tiba dia menjadi tegang dan sangat gugup melakukan tendangan penentu bagi tim. Karena dorongan agar Asri harus melakukan tendangan penalti, dia sulit untuk menolaknya. ''Saat mau nendang, saya menjadi tegang. Ternyata bola bisa dibaca oleh kiper. Tetapi ini menjadi pelajaran saya agar tetap fokus dalam keadaan apa pun,”ujar mantan pemain Persib Bandung ini.
Padahal sebelum bertanding Asri juga mengaku berjanji kepada dirinya untuk menciptakan gol dari tendangan keras yang biasa dilakukannya dari luar kotak penalti. Namun malang baginya saat benar-benar mendapatkan peluang hanya berhadapan dengan kiper, Asri tiba-tiba menjadi gugup.
''Saya anggap ini belum rezeki saja, padahal kita sudah bermain bagus dan maksimal. Kondisi fisik juga menjadi faktor kendala kami di lapangan,”pungkasnya.
(aww)