Diabaikan, Klub Divisi Utama Tuntut PT Liga

Selasa, 19 Januari 2016 - 15:53 WIB
Diabaikan, Klub Divisi...
Diabaikan, Klub Divisi Utama Tuntut PT Liga
A A A
MADURA - Rencana PT Liga Indonesia menggelar Indonesia Super Competition (ISC) 2016 untuk klub-klub Indonesia Super League (ISL) menumbuhkan kecemburuan klub Divisi Utama. Mereka menagih komitmen PT Liga untuk sekaligus menggelar kompetisi kasta kedua.

Klub-klub Divisi Utama termarjinalkan sejak kisruh sepak bola sepanjang 2015. Ketika klub ISL melakoni banyak turnamen, klub Divisi Utama hanya kebagian Piala Kemerdekaan dan sejak itu tidak ada lagi event yang bisa mereka ikuti. Bahkan di 2016 ini hanya ramai event untuk klub ISL.

Selama ini, hajatan yang melibatkan klub ISL dianggap lebih menjual dibanding kasta Divisi Utama, baik dari aspek sponsor maupun animo penonton. Nyatanya memang belum ada promotor yang berminat menggarap kasta Divisi Utama menjadi sebuah event yang kompetitif.

"Kami mengakui turnamen yang melibatkan klub ISL lebih menjual. Tapi bagaimana pun klub Divisi Utama tetaplah bagian dari sepak bola Indonesia dan statusnya klub profesional. Kalau kemudian event hanya sebatas untuk klub ISL, jelas kami sangat kecewa," kata Nadi Mulyadi, Asisten Manajer Persepam Madura Utama.

Dia menyodorkan fakta bahwa manajemen klub Divisi Utama pun berjuang untuk tetap mengelola tim walau lebih sering vakum karena minimnya event. Menurutnya upaya manajemen klub Divisi Utama harus dihargai dan diperhatikan dengan memberi ajang berupa turnamen.

"Kalau misalnya 2016 ini event-event hanya untuk klub ISL, maka kasta Divisi Utama akan menganggur selama dua tahun. Itu tentu tidak bagus untuk pengelolaan dan pembinaan pemain. Jadi kami berharap LT Liga juga memikirkan kompetisi untuk Divisi Utama," urai Nadi.

Menganggur selama dua tahun juga sangat ditakutkan oleh Persinga Ngawi. Tim yang sempat mencicipi final Piala Kemerdekaan 2015 ini sudah tidak sabar melanjutkan eksistensi tim dan menguji daya saing mereka di turnamen atau kompetisi yang baru.

"Yang kami khawatirkan adalah kondisi tim Divisi Utama pada 2016 ini sama seperti 2015 lalu, di mana kami hanya bermain di satu turnamen dalam setahun. Itu sangat berat untuk pengelolaan, karena bagaimana pun roda tim baru bisa bergerak ketika ada event," ujar Dwi Rianto Jadmiko, Manajer Persinga Ngawi.

Menurutnya klub profesional, baik kasta ISL maupun Divisi Utama, seharusnya bergerak bersama. Selain karena statusnya sama-sama klub profesional, keduanya juga sama-sama berpayung di bawah PT Liga Indonesia dan butuh event untuk tetap eksis.
(sha)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0664 seconds (0.1#10.140)