Turnamen Bukan Jalan Keluar dari Kisruh Sepak Bola Indonesia
A
A
A
SURABAYA - Rencana digelarnya Kongres Luar Biasa (KLB) sebagai syarat dicabutnya Surat Keputusan (SK) pembekuan terhadap PSSI, belum disikapi serius oleh sejumlah klub elit Indonesia. Untuk saat ini, klub-klub lebih menginginkan adanya kompetisi jangka panjang seperti Indonesia Super League (ISL) yang terhenti sejak tahun lalu.
Akibat terhentinya kompetisi, klub-klub hanya mengandalkan turnamen sebagai ajang melanjutkan eksistensi. Selain itu mereka juga menggelar laga uji coba agar para pemain yang tersisa tetap kompak dan berada dalam kondisi prima.
Namun penyelenggaraan turnamen bukanlah jalan keluar dari permasalahan sepak bola Indonesia. Menurut Ruddy Widodo selaku General Manajer Arema Cronus, kompetisi lebih penting sebab bisa menghidupkan seluruh aspek yang menggantungkan nasibnya di sepak bola. "Kami tidak akan berpihak pada siapa pun. Arema tidak mau ikut terlarut dalam persoalan itu (KLB). Yang kami inginkan adalah kompetisi," tegas Ruddy Widodo.
Menurutnya, turnamen jangka pendek tidak bisa mencakup semua level klub. Hal itu bisa dilihat dari penyelenggaraan Piala Presiden dan Piala Jenderal Sudirman.
"Lihat saja klub-klub Divisi Utama, mereka sangat kesulitan karena tidak ada kompetisi yang jelas. Pemain-pemain muda juga tak mendapat banyak kesempatan," ucapnya.
Hal senada disampaikan Manajer Persegres Gresik United, Bagoes Cahyo Yuwono. Ia mengaku tidak terlalu gembira dengan kabar bakal dicabutnya SK pembekuan PSSI. Sebab itu bukan jaminan yang dapat mengurai permasalahan sepak bola Indonesia.
"Pihak yang merasakan benar situasi dalam setahun terakhir ini ya klub. Klub yang paling tahu apa yang dibutuhkan, yakni kompetisi reguler yang jelas agar pengelolaan bisa berjalan dengan sehat. Kalau pengelolaan klub normal, kondisi sepak bola juga sehat. Jadi kalau belum bisa menggelar kompetisi, gak perlu berandai-andai dulu," tuturnya.
Di sisi lain, Persela Lamongan terlihat kalem menunggu hasil akhir polemik sepak bola Indonesia. Tim Laskar Joko Tingkir berahrap kompetisi jangka panjang segera digulirkan.
"Persela menginginkan sepak bola Indonesia kembali pada jalur yang normal, artinya tidak ada lagi konflik, kompetisi bergulir dengan baik, sekaligus ada perbaikan sistem. Soal bagaimana prosesnya, kita lihat bersama apa yang nantinya dilakukan para elit. Yang jelas kalau kompetisi normal lagi, Persela akan sangat serius," ungkap Yunan Achmadi, Manager Persela.
Harapan serupa terlontar dari kubu Surabaya United. Mereka memandang positif rencana pencabutan SK pembekuan PSSI.
"Tentu saja senang jika PSSI normal dan kompetisi berjalan kembali. Manajemen klub, pemain, sponsor, serta pihak-pihak lain tentu akan menyambut positif. Semoga ini benar-benar akan mengakhiri ketidakpastian sepak bola kita," sebut Rahmad Sumanjaya, Manager Surabaya United.
Akibat terhentinya kompetisi, klub-klub hanya mengandalkan turnamen sebagai ajang melanjutkan eksistensi. Selain itu mereka juga menggelar laga uji coba agar para pemain yang tersisa tetap kompak dan berada dalam kondisi prima.
Namun penyelenggaraan turnamen bukanlah jalan keluar dari permasalahan sepak bola Indonesia. Menurut Ruddy Widodo selaku General Manajer Arema Cronus, kompetisi lebih penting sebab bisa menghidupkan seluruh aspek yang menggantungkan nasibnya di sepak bola. "Kami tidak akan berpihak pada siapa pun. Arema tidak mau ikut terlarut dalam persoalan itu (KLB). Yang kami inginkan adalah kompetisi," tegas Ruddy Widodo.
Menurutnya, turnamen jangka pendek tidak bisa mencakup semua level klub. Hal itu bisa dilihat dari penyelenggaraan Piala Presiden dan Piala Jenderal Sudirman.
"Lihat saja klub-klub Divisi Utama, mereka sangat kesulitan karena tidak ada kompetisi yang jelas. Pemain-pemain muda juga tak mendapat banyak kesempatan," ucapnya.
Hal senada disampaikan Manajer Persegres Gresik United, Bagoes Cahyo Yuwono. Ia mengaku tidak terlalu gembira dengan kabar bakal dicabutnya SK pembekuan PSSI. Sebab itu bukan jaminan yang dapat mengurai permasalahan sepak bola Indonesia.
"Pihak yang merasakan benar situasi dalam setahun terakhir ini ya klub. Klub yang paling tahu apa yang dibutuhkan, yakni kompetisi reguler yang jelas agar pengelolaan bisa berjalan dengan sehat. Kalau pengelolaan klub normal, kondisi sepak bola juga sehat. Jadi kalau belum bisa menggelar kompetisi, gak perlu berandai-andai dulu," tuturnya.
Di sisi lain, Persela Lamongan terlihat kalem menunggu hasil akhir polemik sepak bola Indonesia. Tim Laskar Joko Tingkir berahrap kompetisi jangka panjang segera digulirkan.
"Persela menginginkan sepak bola Indonesia kembali pada jalur yang normal, artinya tidak ada lagi konflik, kompetisi bergulir dengan baik, sekaligus ada perbaikan sistem. Soal bagaimana prosesnya, kita lihat bersama apa yang nantinya dilakukan para elit. Yang jelas kalau kompetisi normal lagi, Persela akan sangat serius," ungkap Yunan Achmadi, Manager Persela.
Harapan serupa terlontar dari kubu Surabaya United. Mereka memandang positif rencana pencabutan SK pembekuan PSSI.
"Tentu saja senang jika PSSI normal dan kompetisi berjalan kembali. Manajemen klub, pemain, sponsor, serta pihak-pihak lain tentu akan menyambut positif. Semoga ini benar-benar akan mengakhiri ketidakpastian sepak bola kita," sebut Rahmad Sumanjaya, Manager Surabaya United.
(bep)