Atlet Cabor Selam Terancam Dicoret
A
A
A
YOGYAKARTA - Terkendala administrasi kependudukan, satu-satunya atlet cabang olahraga (cabor) selam Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX 2016 Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang lolos kualifikasi atas nama Christopher Bagas Wirawan, terancam dicoret apabila tidak memenuhi hal tersebut. Hal ini disampaikan Wakil Sekretaris Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) DIY, Lulu Budiharjo
Lulu menyampaikan, beragam persoalan menghadang KONI DIY terutama dalam persiapannya menjelang PON mendatang. Di antaranya permasalahan administrasi kependudukan.
"(Cabor) selam ini cuma satu orang, KTP-nya bermasalah karena masih KTP luar DIY. Untuk menjadi kontingen DIY, memang harus memiliki KTP DIY. Kalau tidak maka tidak bisa melakukan proses entry by name," ujar Lulu, sekaligus Sekretaris Panitia Pemusatan Latihan Daerah (Puslatda) PON 2016, kepada Koran Sindo Yogya, Jumat (20/5/2016).
Ditemui terpisah, Ketua Umum Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI) DIY Periode 2016-2020 Hasto Atmoko tidak memungkiri bahwa atlet yang berada di bawah naungannya memiliki masalah demikian. Diungkapkan, pergantian identitas tersebut tidak serta merta langsung bisa digunakan sebagai persyaratan entry by name. Setidaknya dibutuhkan minimal dua tahun untuk masa pengaktifannya.
"Kendala utama pegiat maupun atlet selam banyak (diminati oleh) mahasiswa yang administrasi kependudukannya dari daerah lain. Mengapa (atlet) DIY jarang ada itu lebih ke persoalan kultur masyarakat sini yang nggak biasa dengan perairan (meski kaya akan potensi alam laut)," jelas Hasto.
Untuk mengatasi hal tersebut, pihaknya pun kini tengah mengupayakannya dengan melayangkan surat ke POSSI pusat dan Pengurus Besar (PB) PON supaya bisa memberikan dispensasi terkait pendaftaran atletnya. Di samping itu, cabor selam juga tengah berkoordinasi dengan cabor renang untuk direkrut sebagai atlet selam. Mereka yang pada dasarnya memiliki basic atau dasar pelatihan air yang sama, secara khusus nantinya akan dilatih cara menggunakan peralatan selam untuk selam permukaan dan lainnya.
"Masih diupayakan ke pusat, kalau POSSI nggak ada masalah, tinggal PB PON. Permasalahan kependudukan ini juga akan segera kami laporkan ke KONI, sekaligus rencana penambahan empat atlet renang untuk ikut selam. Mereka yang ditawarkan yang sempat ikut Pra-PON tapi belum masuk kuota," kata dia.
Berdasarkan informasi dari PB PON, sebanyak 10 kelas bakal dipertandingkan dalam cabor selam. Yakni nomor kolam untuk 50 meter (m) Bi-Fins, 100 m Bi-Fins, 200 m Bi-Fins, 100 m Surface, 200 m Surface, 800 m Surface Mono Fins, dan Relay 4x100 m Bi-Fins. Sedangkan di nomor laut ada kelas 10.000 m Finswimming, OBA M Course, dan OBA 5 Point Course. Untuk atlet DIY direncanakan akan turun di nomor laut.
"Untuk latihan selain fisik juga di kolam renang, juga di perairan terbuka seperti Karimunjawa sejak awal bulan Mei (2016). Laut Selatan terlalu ekstrem karena tidak ada terumbu karang dan biota laut. Artinya ada dinamika arus laut yang luar biasa dan nggak bisa ditebak. Padahal untuk selam butuh unsur visibility dan kestabilan laut sehingga bisa melakukan manuver, navigasi dan orientasi bawah air," imbuh dia.
Lulu menyampaikan, beragam persoalan menghadang KONI DIY terutama dalam persiapannya menjelang PON mendatang. Di antaranya permasalahan administrasi kependudukan.
"(Cabor) selam ini cuma satu orang, KTP-nya bermasalah karena masih KTP luar DIY. Untuk menjadi kontingen DIY, memang harus memiliki KTP DIY. Kalau tidak maka tidak bisa melakukan proses entry by name," ujar Lulu, sekaligus Sekretaris Panitia Pemusatan Latihan Daerah (Puslatda) PON 2016, kepada Koran Sindo Yogya, Jumat (20/5/2016).
Ditemui terpisah, Ketua Umum Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI) DIY Periode 2016-2020 Hasto Atmoko tidak memungkiri bahwa atlet yang berada di bawah naungannya memiliki masalah demikian. Diungkapkan, pergantian identitas tersebut tidak serta merta langsung bisa digunakan sebagai persyaratan entry by name. Setidaknya dibutuhkan minimal dua tahun untuk masa pengaktifannya.
"Kendala utama pegiat maupun atlet selam banyak (diminati oleh) mahasiswa yang administrasi kependudukannya dari daerah lain. Mengapa (atlet) DIY jarang ada itu lebih ke persoalan kultur masyarakat sini yang nggak biasa dengan perairan (meski kaya akan potensi alam laut)," jelas Hasto.
Untuk mengatasi hal tersebut, pihaknya pun kini tengah mengupayakannya dengan melayangkan surat ke POSSI pusat dan Pengurus Besar (PB) PON supaya bisa memberikan dispensasi terkait pendaftaran atletnya. Di samping itu, cabor selam juga tengah berkoordinasi dengan cabor renang untuk direkrut sebagai atlet selam. Mereka yang pada dasarnya memiliki basic atau dasar pelatihan air yang sama, secara khusus nantinya akan dilatih cara menggunakan peralatan selam untuk selam permukaan dan lainnya.
"Masih diupayakan ke pusat, kalau POSSI nggak ada masalah, tinggal PB PON. Permasalahan kependudukan ini juga akan segera kami laporkan ke KONI, sekaligus rencana penambahan empat atlet renang untuk ikut selam. Mereka yang ditawarkan yang sempat ikut Pra-PON tapi belum masuk kuota," kata dia.
Berdasarkan informasi dari PB PON, sebanyak 10 kelas bakal dipertandingkan dalam cabor selam. Yakni nomor kolam untuk 50 meter (m) Bi-Fins, 100 m Bi-Fins, 200 m Bi-Fins, 100 m Surface, 200 m Surface, 800 m Surface Mono Fins, dan Relay 4x100 m Bi-Fins. Sedangkan di nomor laut ada kelas 10.000 m Finswimming, OBA M Course, dan OBA 5 Point Course. Untuk atlet DIY direncanakan akan turun di nomor laut.
"Untuk latihan selain fisik juga di kolam renang, juga di perairan terbuka seperti Karimunjawa sejak awal bulan Mei (2016). Laut Selatan terlalu ekstrem karena tidak ada terumbu karang dan biota laut. Artinya ada dinamika arus laut yang luar biasa dan nggak bisa ditebak. Padahal untuk selam butuh unsur visibility dan kestabilan laut sehingga bisa melakukan manuver, navigasi dan orientasi bawah air," imbuh dia.
(bbk)