Sunarto Memang Terlahir sebagai The Joker Arema
A
A
A
MALANG - Sunarto mungkin adalah satu-satunya penyerang dengan catatan unik di Indonesia. Mengapa? Dia adalah penyerang yang lebih sering mencetak gol ketika diturunkan sebagai pemain pengganti.
Terbaru, dia menjadi penentu kemenangan 0-1 Arema di kandang PSM Makassar, Minggu (12/6). Baru semenit di lapangan, pemain asli didikan Arema ini langsung menciptakan gol kemenangan pertama Arema Cronus di laga away Indonesia Soccer Championship (ISC) A musim ini. Sedangkan ketika diturunkan sebagai starter, Sunarto malah lebih jarang menciptakan gol.
Itu sudah berlangsung lama, sehingga mendiang Miroslav Janu yang pernah melatih Arema melabeli dia dengan julukan 'The Joker'. Maksudnya, Sunarto adalah pemain layaknya kartu Joker yang menjadi penentu hasil pertandingan ketika dirinya muncul.
Status Sunarto sebagai supersub tampaknya akan terus berlanjut. Mungkin status itu terdengar manis bagi dirinya, tapi juga buruk dampaknya. Dari musim ke musim, dari pelatih ke pelatih, dia tidak pernah berkembang lebih positif dari sekadar menjadi The Joker.
Ketika mencetak gol sebagai pemain pengganti, seorang pelatih berpikir dia akan lebih bagus sebagai pemain starter. Tapi seringkali pelatih merasa terkecoh karena Sunarto tidak bisa menjawab ekspektasi ketika kemudian diturunkan sebagai starter.
Dengan usia sudah 26 tahun, Sunarto kini sudah menjadi pesepakbola dewasa yang masuk usia keemasan. Dia bukan pemain muda lagi dan saatnya berpikir bahwa status supersub bukanlah sebuah kenyataan yang membanggakan bagi seorang pemain.
Dengan kemampuannya, idealnya pemain asli Malang ini memiliki impian untuk menjadi setidaknya striker dengan jam bermain lebih banyak. Sudah terlalu lama dia menjadi penghuni bangku cadangan ketika pemain lainnya sudah menapaki level lebih baik.
Dendi Santoso mulai mendapat tempat reguler sebelum cedera, Johan Alfarizie juga tak pernah tergantikan, Kurnia Meiga pun tak diragukan lagi kemampuannya. Mereka adalah pemain seperjuangan Sunarto yang semuanya mencatat progres positif.
Lalu, di mana tempat untuk Sunarto? Tetap di situ-situ saja. Ketika sudah ada pemain muda seperti Ahmad Nuviandani yang terus mendaki untuk mencapai kematangan, Sunarto masih stagnan dan tidak menunjukkan ada perkembangan selain sebagai supersub.
Loyalitas untuk tim tampaknya memang sudah tak terbantahkan, hingga dia menerima keadaan di Arema Cronus bahkan sebagai serep sekalipun. Tapi tak ada salahnya Sunarto membuat sebuah keputusan yang mungkin bisa mengubah perjalanannya sebagai pesepakbola. Sunarto perlu lebih ambisius.
Terbaru, dia menjadi penentu kemenangan 0-1 Arema di kandang PSM Makassar, Minggu (12/6). Baru semenit di lapangan, pemain asli didikan Arema ini langsung menciptakan gol kemenangan pertama Arema Cronus di laga away Indonesia Soccer Championship (ISC) A musim ini. Sedangkan ketika diturunkan sebagai starter, Sunarto malah lebih jarang menciptakan gol.
Itu sudah berlangsung lama, sehingga mendiang Miroslav Janu yang pernah melatih Arema melabeli dia dengan julukan 'The Joker'. Maksudnya, Sunarto adalah pemain layaknya kartu Joker yang menjadi penentu hasil pertandingan ketika dirinya muncul.
Status Sunarto sebagai supersub tampaknya akan terus berlanjut. Mungkin status itu terdengar manis bagi dirinya, tapi juga buruk dampaknya. Dari musim ke musim, dari pelatih ke pelatih, dia tidak pernah berkembang lebih positif dari sekadar menjadi The Joker.
Ketika mencetak gol sebagai pemain pengganti, seorang pelatih berpikir dia akan lebih bagus sebagai pemain starter. Tapi seringkali pelatih merasa terkecoh karena Sunarto tidak bisa menjawab ekspektasi ketika kemudian diturunkan sebagai starter.
Dengan usia sudah 26 tahun, Sunarto kini sudah menjadi pesepakbola dewasa yang masuk usia keemasan. Dia bukan pemain muda lagi dan saatnya berpikir bahwa status supersub bukanlah sebuah kenyataan yang membanggakan bagi seorang pemain.
Dengan kemampuannya, idealnya pemain asli Malang ini memiliki impian untuk menjadi setidaknya striker dengan jam bermain lebih banyak. Sudah terlalu lama dia menjadi penghuni bangku cadangan ketika pemain lainnya sudah menapaki level lebih baik.
Dendi Santoso mulai mendapat tempat reguler sebelum cedera, Johan Alfarizie juga tak pernah tergantikan, Kurnia Meiga pun tak diragukan lagi kemampuannya. Mereka adalah pemain seperjuangan Sunarto yang semuanya mencatat progres positif.
Lalu, di mana tempat untuk Sunarto? Tetap di situ-situ saja. Ketika sudah ada pemain muda seperti Ahmad Nuviandani yang terus mendaki untuk mencapai kematangan, Sunarto masih stagnan dan tidak menunjukkan ada perkembangan selain sebagai supersub.
Loyalitas untuk tim tampaknya memang sudah tak terbantahkan, hingga dia menerima keadaan di Arema Cronus bahkan sebagai serep sekalipun. Tapi tak ada salahnya Sunarto membuat sebuah keputusan yang mungkin bisa mengubah perjalanannya sebagai pesepakbola. Sunarto perlu lebih ambisius.
(aww)