Galak Belum Tentu Berujung Kemenangan
A
A
A
SAINT-DENIS - Tampil lebih aggresif tidak selamanya menghasilkan kemenangan. Itu dialami Prancis saat menjamu Portugal di final Piala Eropa 2016.
Prancis semula berharap bisa menggelar pesta di Stade de France, Saint-Denis, Senin (11/7/2016). Pasalnya, Les Bleus punya tradisi bagus ketika melakoni final turnamen internasional di depan publik sendiri. Itu tersaji saat memenangi Piala Eropa 1984 dan Piala Dunia 1998.
Namun, harapan Prancis gagal terwujud. Meski bermain ofensif, tim besutan Didier Deschamps itu tetap kalah 0-1 dari Portugal saat perpajangan waktu. Gol tunggal Eder (109) membuat tuan rumah menangis.
Pada partai final itu, Prancis lebih mendominasi. Penguasaan bola tim Ayam Jantan selalu di atas 50%. Mereka melakukan total 18 upaya, dimana tujuh diantaranya mengarah ke gawang. Sedangkan Portugal hanya mencatat sembilan percobaan, dan hanya tiga yang berbahaya.
Pada babak pertama, Prancis melancarkan tujuh tembakan dan lebih banyak lagi setelah jeda. Paul Pogba dkk 10 kali mencoba mencetak gol. Sayangnya, mereka tidak bisa berbuat banyak saat perpanjangan waktu, lantaran hanya menciptakan satu kesempatan.
Peluang Prancis membobol gawang tim tamu cukup banyak karena mendapat sembilan tendangan sudut. Tapi, tidak ada yang berbuah gol. Ini disinyalir karena kesigapan kiper Portugal, Rui Patricio, yang mencatat sembilan penyelamatan.
Ironisnya, pada laga yang dipimpin wasit asal Inggris, Mark Clattenburg, Prancis lebih sering mendapat teguran. Meski menerima empat kartu kuning, para pemainnya melakukan 13 kali pelanggaran, serta dua kali terjebak off-side. Partai penentu itu, ditutup dengan terpilihnya bek Portugal, Pepe, sebagai ‘man of the match’.
Prancis semula berharap bisa menggelar pesta di Stade de France, Saint-Denis, Senin (11/7/2016). Pasalnya, Les Bleus punya tradisi bagus ketika melakoni final turnamen internasional di depan publik sendiri. Itu tersaji saat memenangi Piala Eropa 1984 dan Piala Dunia 1998.
Namun, harapan Prancis gagal terwujud. Meski bermain ofensif, tim besutan Didier Deschamps itu tetap kalah 0-1 dari Portugal saat perpajangan waktu. Gol tunggal Eder (109) membuat tuan rumah menangis.
Pada partai final itu, Prancis lebih mendominasi. Penguasaan bola tim Ayam Jantan selalu di atas 50%. Mereka melakukan total 18 upaya, dimana tujuh diantaranya mengarah ke gawang. Sedangkan Portugal hanya mencatat sembilan percobaan, dan hanya tiga yang berbahaya.
Pada babak pertama, Prancis melancarkan tujuh tembakan dan lebih banyak lagi setelah jeda. Paul Pogba dkk 10 kali mencoba mencetak gol. Sayangnya, mereka tidak bisa berbuat banyak saat perpanjangan waktu, lantaran hanya menciptakan satu kesempatan.
Peluang Prancis membobol gawang tim tamu cukup banyak karena mendapat sembilan tendangan sudut. Tapi, tidak ada yang berbuah gol. Ini disinyalir karena kesigapan kiper Portugal, Rui Patricio, yang mencatat sembilan penyelamatan.
Ironisnya, pada laga yang dipimpin wasit asal Inggris, Mark Clattenburg, Prancis lebih sering mendapat teguran. Meski menerima empat kartu kuning, para pemainnya melakukan 13 kali pelanggaran, serta dua kali terjebak off-side. Partai penentu itu, ditutup dengan terpilihnya bek Portugal, Pepe, sebagai ‘man of the match’.
(mir)