Marquez Beri Opini 5 Seri Tersisa, Carlo Pernat Langsung Menimpali
A
A
A
MISANO - “Marc Marquez berani mengambil risiko di latihan (bebas), tapi kemudian saat lomba dia takut terjatuh (dari motornya). Kontroversi overtaking Rossi atas Lorenzo? Tidak ada artinya.”
Ya, kurang lebih seperti itulah salah satu komentar terbaru dari Carlo Pernat, pengamat MotoGP senior dalam tulisan blognya di situs GPOne. Lalu apa opininya soal hal-hal teraktual dari Kejuaraan Dunia Balap GP Motor pasca Seri 13 di Sirkuit Misano akhir pekan lalu?
Apa kata manajer rider Ducati, Andrea Iannone, tersebut jelang lomba Seri 14, GP Aragon di Spanyol pada 25 September mendatang?
Namun bisa jadi Carlo baru saja menengok komentar paling gres dari seorang Marc Marquez di situs tuttomotoriweb. Dengan lima seri tersisa, pembalap tim Repsol Honda itu berusaha keras mempertahankan keunggulan 43 poin atas Valentino Rossi sebagai rival terdekatnya.
Marc telah sesumbar untuk jadi yang terbaik di Aragon, karena venuenya dekat dengan rumahnya. “Aragon adalah salah satu sirkuit yang saya suka, jadi kami akan menboca untuk menjadikan akhir pekan itu sebagai akhir pekan yang bagus buat kami,” sembur Marquez.
Dan pembalap asal Catalonia tersebut juga bicara soal empat seri berikutnya setelah Aragon. “Selanjutnya kami akan tampil di Asia dan apapun bisa terjadi. Kondisi ekstrim di Malaysia (Sirkuit Sepang), angin di Philip Island (Australia) dan hujan di Motegi (Jepang). Tapi di Philip Island, Valentino bisa sangat cepat,” ujar Marquez waspada.
Nah apa kata Carlo Pernat? Berikut kami sarikan opininya.
“Musim ini lebih dan lebih ditentukan oleh pilihan ban, yang mana tidak ada yang tahu kapan mereka akan memakainya dan berapa lama mereka (ban) bisa bertahan. Ini menjelaskan rekor delapan pemenang berbeda dari delapan balapan terakhir.”
“Sepertinya akhir pekan lalu akan jadi harinya Jorge Lorenzo, karena sepanjang akhir pekan dia telah membuat penampilan luar biasa, tentunya dengan membandingkan beberapa hasil dari balapan terakhirnya, hasil akhir pekan lalu sempat membuatnya gembira."
"Dia mungkin masih percaya pada kesempatan sebuah comeback untuk kembali bersaing di pacuan juara dunia. Sial baginya, Valentino kembali berada di depannya, hingga kemudian semuanya berujung dalam sebuah adu argumen antara mereka selama konferensi pers pasca lomba.”
“Ada banyak, terlalu banyak agitasi di garasi Yamaha. Tetapi terutama dalam pikiran Jorge Lorenzo saat dia terus menciptakan kontroversi bodoh dalam setiap overtaking yang dilakukan oleh lawannya."
"Di Misano dia mengeluh pada aksi Valentino yang dianggapnya terlalu agresif, ketika tidak ada satupun dari 100 ribu penonton di sana tidak melihat hal itu. Tentunya cukup dibenarkan dan sopan kala penonton mem-booo-nya di podium.”
“Jorge Lorenzo selalu mengeluh tentang aksi overtaking rivalnya di masa lalu. Dia melakukannya dengan (mendiang) Marco Simoncelli, dan terus menuduhnya berbuat salah di lintasan. Dia juga melakukannya dengan Andrea Iannone dan sekarang dengan Valentino pula."
"Semua ini adalah gejala dari rasa tidak aman dan sangat disayangkan bahwa hal itu juga tampaknya seperti cara untuk mencari alasan ketika dia kalah. (Tolong Jorge) kembalilah menjadi seorang pembalap besar yang pernah memenangkan juara dunia dengan dosis yang tepat dari agresivitas olah raga. Dia memiliki (talenta) lebih dari cukup untuk itu.”
“Bagi Valentino Rossi akhir pekan lalu adalah hari yang pahit. Dia telah membuat semua orang bermimpi buat kemenangannya, tetapi beberapa hal pergi ke arah yang berbeda."
"Marc Marquez juga melakoni hari yang buruk. Namun dia terus balapan dengan rem tangan bergerak, mengingat fakta bahwa keunggulan 43 poinnya usai lomba masih cukup banyak dengan lima seri tersisa.”
“Tapi kita telah melihat seorang Marc yang aneh. Seorang pembalap yang terkadang mengambil risiko, bahkan lebih banyak risiko, khususnya selama latihan (bebas). Dan kini menjadi pembalap yang memiliki rasa takut terjatuh (dari motor) saat lomba."
"Di sini kita memiliki Marquez berbeda dari yang kita tahu (selama ini). Dia masih kekanak-kanakan, dia tetap menyimpan profil rendah hatinya. Namun dia sangat takut kehilangan gelar juara dunia musim ini. Bahwa dia akan mencoba untuk menang dengan cara yang berbeda ketimbang di masa lalu. Balapan final musim ini tidak akan mudah buat The Spaniard.”
Ya, kurang lebih seperti itulah salah satu komentar terbaru dari Carlo Pernat, pengamat MotoGP senior dalam tulisan blognya di situs GPOne. Lalu apa opininya soal hal-hal teraktual dari Kejuaraan Dunia Balap GP Motor pasca Seri 13 di Sirkuit Misano akhir pekan lalu?
Apa kata manajer rider Ducati, Andrea Iannone, tersebut jelang lomba Seri 14, GP Aragon di Spanyol pada 25 September mendatang?
Namun bisa jadi Carlo baru saja menengok komentar paling gres dari seorang Marc Marquez di situs tuttomotoriweb. Dengan lima seri tersisa, pembalap tim Repsol Honda itu berusaha keras mempertahankan keunggulan 43 poin atas Valentino Rossi sebagai rival terdekatnya.
Marc telah sesumbar untuk jadi yang terbaik di Aragon, karena venuenya dekat dengan rumahnya. “Aragon adalah salah satu sirkuit yang saya suka, jadi kami akan menboca untuk menjadikan akhir pekan itu sebagai akhir pekan yang bagus buat kami,” sembur Marquez.
Dan pembalap asal Catalonia tersebut juga bicara soal empat seri berikutnya setelah Aragon. “Selanjutnya kami akan tampil di Asia dan apapun bisa terjadi. Kondisi ekstrim di Malaysia (Sirkuit Sepang), angin di Philip Island (Australia) dan hujan di Motegi (Jepang). Tapi di Philip Island, Valentino bisa sangat cepat,” ujar Marquez waspada.
Nah apa kata Carlo Pernat? Berikut kami sarikan opininya.
“Musim ini lebih dan lebih ditentukan oleh pilihan ban, yang mana tidak ada yang tahu kapan mereka akan memakainya dan berapa lama mereka (ban) bisa bertahan. Ini menjelaskan rekor delapan pemenang berbeda dari delapan balapan terakhir.”
“Sepertinya akhir pekan lalu akan jadi harinya Jorge Lorenzo, karena sepanjang akhir pekan dia telah membuat penampilan luar biasa, tentunya dengan membandingkan beberapa hasil dari balapan terakhirnya, hasil akhir pekan lalu sempat membuatnya gembira."
"Dia mungkin masih percaya pada kesempatan sebuah comeback untuk kembali bersaing di pacuan juara dunia. Sial baginya, Valentino kembali berada di depannya, hingga kemudian semuanya berujung dalam sebuah adu argumen antara mereka selama konferensi pers pasca lomba.”
“Ada banyak, terlalu banyak agitasi di garasi Yamaha. Tetapi terutama dalam pikiran Jorge Lorenzo saat dia terus menciptakan kontroversi bodoh dalam setiap overtaking yang dilakukan oleh lawannya."
"Di Misano dia mengeluh pada aksi Valentino yang dianggapnya terlalu agresif, ketika tidak ada satupun dari 100 ribu penonton di sana tidak melihat hal itu. Tentunya cukup dibenarkan dan sopan kala penonton mem-booo-nya di podium.”
“Jorge Lorenzo selalu mengeluh tentang aksi overtaking rivalnya di masa lalu. Dia melakukannya dengan (mendiang) Marco Simoncelli, dan terus menuduhnya berbuat salah di lintasan. Dia juga melakukannya dengan Andrea Iannone dan sekarang dengan Valentino pula."
"Semua ini adalah gejala dari rasa tidak aman dan sangat disayangkan bahwa hal itu juga tampaknya seperti cara untuk mencari alasan ketika dia kalah. (Tolong Jorge) kembalilah menjadi seorang pembalap besar yang pernah memenangkan juara dunia dengan dosis yang tepat dari agresivitas olah raga. Dia memiliki (talenta) lebih dari cukup untuk itu.”
“Bagi Valentino Rossi akhir pekan lalu adalah hari yang pahit. Dia telah membuat semua orang bermimpi buat kemenangannya, tetapi beberapa hal pergi ke arah yang berbeda."
"Marc Marquez juga melakoni hari yang buruk. Namun dia terus balapan dengan rem tangan bergerak, mengingat fakta bahwa keunggulan 43 poinnya usai lomba masih cukup banyak dengan lima seri tersisa.”
“Tapi kita telah melihat seorang Marc yang aneh. Seorang pembalap yang terkadang mengambil risiko, bahkan lebih banyak risiko, khususnya selama latihan (bebas). Dan kini menjadi pembalap yang memiliki rasa takut terjatuh (dari motor) saat lomba."
"Di sini kita memiliki Marquez berbeda dari yang kita tahu (selama ini). Dia masih kekanak-kanakan, dia tetap menyimpan profil rendah hatinya. Namun dia sangat takut kehilangan gelar juara dunia musim ini. Bahwa dia akan mencoba untuk menang dengan cara yang berbeda ketimbang di masa lalu. Balapan final musim ini tidak akan mudah buat The Spaniard.”
(sbn)