Dyah Purnama Akhiri Penantian Panjang DIY untuk Medali Emas Pencak Silat
A
A
A
SUMEDANG - Penantian 31 tahun cabang olahraga (cabor) pencak silat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk meraih medali emas di Pekan Olahraga Nasional (PON) berakhir. DIY meraih emas lewat Dyah Purnama Sari di kelas E +65 Kg s/d 70 Kg Putri PON XIX 2016 Jawa Barat.
Dyah berhasil mengungguli atlet Jawa Barat Nadia Putri Dewi dengan skor telak 5-0 selama tiga ronde berlangsung. Di masing-masing ronde, Dyah mendapatkan nilai penuh dari kelima juri, yakni 14-11, 16-14, 14-9, 18-17, dan 16-14.
Di posisi ketiga, atlet Nusa Tenggara Barat (NTB) Indrya Milasari dan atlet Bali Ni Madi Sri Wahyuni mendapatkan medali perunggu bersama.
"Ini merupakan penantian panjang bagi pencak silat, setelah terakhir mendapatkan medali emas melalui Bapak Joko Widodo di kelas B putra PON XI 1985 Jakarta," ungkap Pelatih Tim Pencak Silat DIY Bambang Mujiono seusai penyerahan medali di Graha Laga Satria ITB Jatinangor, Minggu (25/9/2016).
Di PON XVIII 2012 Riau, DIY hanya mendapatkan dua medali perunggu di kelas H putra dan B putri. Dyah merupakan atlet puslatda mandiri kedua yang berhasil menyabet medali emas. Setelah sebelumnya Okka Bagus Subekti, menjadi atlet puslatda mandiri pertama yang meraih medali emas melalui nomor total jarak nasional cabor panahan.
Di samping Dyah, dua atlet pencak silat DIY Galang Tri Widya Putra dan Firdhana Wahyu Putra sebelumnya juga telah menyumbangkan medali perunggu. Masing-masing di kelas B plus 50 kg sampai dengan 55 kg, dan kelas I plus 85 kg sampai dengan 90 kg.
"Alhamdulillah di PON pertama bisa mendapatkan medali emas, padahal persiapan cuma delapan bulan. Sempat deg-degan, tapi tadi diberikan ketenangan sama pelatih. Dengan kekuatan doa orang tua, dan tanpa beban bisa bermain lepas. Padahal belum pernah bertemu pesilat Jabar dan kalau kalah nggak masalah, tapi malah menang," kata Dyah yang juga merupakan guru SMPN 4 Pakem Sleman.
Dyah berhasil mengungguli atlet Jawa Barat Nadia Putri Dewi dengan skor telak 5-0 selama tiga ronde berlangsung. Di masing-masing ronde, Dyah mendapatkan nilai penuh dari kelima juri, yakni 14-11, 16-14, 14-9, 18-17, dan 16-14.
Di posisi ketiga, atlet Nusa Tenggara Barat (NTB) Indrya Milasari dan atlet Bali Ni Madi Sri Wahyuni mendapatkan medali perunggu bersama.
"Ini merupakan penantian panjang bagi pencak silat, setelah terakhir mendapatkan medali emas melalui Bapak Joko Widodo di kelas B putra PON XI 1985 Jakarta," ungkap Pelatih Tim Pencak Silat DIY Bambang Mujiono seusai penyerahan medali di Graha Laga Satria ITB Jatinangor, Minggu (25/9/2016).
Di PON XVIII 2012 Riau, DIY hanya mendapatkan dua medali perunggu di kelas H putra dan B putri. Dyah merupakan atlet puslatda mandiri kedua yang berhasil menyabet medali emas. Setelah sebelumnya Okka Bagus Subekti, menjadi atlet puslatda mandiri pertama yang meraih medali emas melalui nomor total jarak nasional cabor panahan.
Di samping Dyah, dua atlet pencak silat DIY Galang Tri Widya Putra dan Firdhana Wahyu Putra sebelumnya juga telah menyumbangkan medali perunggu. Masing-masing di kelas B plus 50 kg sampai dengan 55 kg, dan kelas I plus 85 kg sampai dengan 90 kg.
"Alhamdulillah di PON pertama bisa mendapatkan medali emas, padahal persiapan cuma delapan bulan. Sempat deg-degan, tapi tadi diberikan ketenangan sama pelatih. Dengan kekuatan doa orang tua, dan tanpa beban bisa bermain lepas. Padahal belum pernah bertemu pesilat Jabar dan kalau kalah nggak masalah, tapi malah menang," kata Dyah yang juga merupakan guru SMPN 4 Pakem Sleman.
(sha)