Kecelakaan Ternyata Tak Mengubur Impian Annisa Tindy
A
A
A
BANDUNG - Annisa Tindy Lestari (26) sempat merajut mimpi menjadi atlet voli profesional. Belajar voli sejak duduk di bangku SMP, mimpi itu semakin lama semakin besar.
Tapi mimpinya harus berakhir seketika setelah ia mengalami kecelakaan sepeda motor beberapa tahun lalu. Kaki kanannya tak lagi seperti dulu karena lututnya sempat bergeser ke bagian atas.
Meski masih bisa berjalan kaki, tapi ia harus mengubur mimpi menjadi atlet voli profesional. Ia pun sempat larut dalam keterpurukan. Dalam kurun setahun setelah kecelakaan, ia bahkan tidak mau keluar rumah. Ia juga tidak mau bertemu teman-temannya, terutama atlet voli.
"Apalagi kalau melihat bola, bikin sakit hati. Bukan benci sama orang-orangnya. Tapi sebel pengin main," kata Annisa.
Pelan-pelan, perempuan asli Kota Bandung itu bangkit berkat dorongan keluarga dan teman-temannya. Salah satu momen kebangkitannya adalah saat didatangi teman-temannya yang merupakan atlet voli di Proliga.
"Waktu itu teman-teman nyamperin saya pas nonton Proliga. Mereka bilang ayo cha (bangkit. Mereka ngasih semangat gitu," tuturnya.
Pengidola legenda voli nasional Susanti Martalia itu pun akhirnya dikenalkan dengan voli duduk. Ia kembali memulai semuanya dari awal. Sebab voli konvensional dan voli duduk memiliki perbedaan mendasar.
Salah satu yang paling mencolok adalah dari cara bergerak. Atlet voli duduk harus bergerak menggunakan bokong. Pinggang pun menjadi tumpuan dalam bergerak. "Awal-awal adaptasi, pegelnya luar biasa. Saya adaptasi sekira sebulan," ungkap Annisa.
Ia pun menemukan kembali permainannya. Sisa-sisa kemampuannya di voli konvensional berhasil dipoles lagi di voli duduk. Ia bahkan menjadi salah seorang pemain yang diandalkan tim Jawa Barat di Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XV/2016.
isi besar diusung Annisa bersama rekan-rekannya. Ia ingin menyumbangkan medali emas untuk Jawa Barat. "Untuk target, saya yakin bisa nyumbangin emas buat tanah kelahiran saya," tegasnya.
Bagi Annisa, bermain di Peparnas adalah sebuah pembuktian bahwa semangat hidupnya sudah kembali. Bahkan semangat yang dimilikinya kini semakin besar dibanding sebelumnya.
Tapi mimpinya harus berakhir seketika setelah ia mengalami kecelakaan sepeda motor beberapa tahun lalu. Kaki kanannya tak lagi seperti dulu karena lututnya sempat bergeser ke bagian atas.
Meski masih bisa berjalan kaki, tapi ia harus mengubur mimpi menjadi atlet voli profesional. Ia pun sempat larut dalam keterpurukan. Dalam kurun setahun setelah kecelakaan, ia bahkan tidak mau keluar rumah. Ia juga tidak mau bertemu teman-temannya, terutama atlet voli.
"Apalagi kalau melihat bola, bikin sakit hati. Bukan benci sama orang-orangnya. Tapi sebel pengin main," kata Annisa.
Pelan-pelan, perempuan asli Kota Bandung itu bangkit berkat dorongan keluarga dan teman-temannya. Salah satu momen kebangkitannya adalah saat didatangi teman-temannya yang merupakan atlet voli di Proliga.
"Waktu itu teman-teman nyamperin saya pas nonton Proliga. Mereka bilang ayo cha (bangkit. Mereka ngasih semangat gitu," tuturnya.
Pengidola legenda voli nasional Susanti Martalia itu pun akhirnya dikenalkan dengan voli duduk. Ia kembali memulai semuanya dari awal. Sebab voli konvensional dan voli duduk memiliki perbedaan mendasar.
Salah satu yang paling mencolok adalah dari cara bergerak. Atlet voli duduk harus bergerak menggunakan bokong. Pinggang pun menjadi tumpuan dalam bergerak. "Awal-awal adaptasi, pegelnya luar biasa. Saya adaptasi sekira sebulan," ungkap Annisa.
Ia pun menemukan kembali permainannya. Sisa-sisa kemampuannya di voli konvensional berhasil dipoles lagi di voli duduk. Ia bahkan menjadi salah seorang pemain yang diandalkan tim Jawa Barat di Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XV/2016.
isi besar diusung Annisa bersama rekan-rekannya. Ia ingin menyumbangkan medali emas untuk Jawa Barat. "Untuk target, saya yakin bisa nyumbangin emas buat tanah kelahiran saya," tegasnya.
Bagi Annisa, bermain di Peparnas adalah sebuah pembuktian bahwa semangat hidupnya sudah kembali. Bahkan semangat yang dimilikinya kini semakin besar dibanding sebelumnya.
(bbk)