Peparnas Berakhir, Beragam Cerita Tertinggal di Bandung
A
A
A
BANDUNG - Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XV/2016 Jawa Barat akan segera berakhir. Senin (24/10/2016) sore, Peparnas akan ditutup secara resmi dalam upacara penutupan di Stadion Siliwangi, Kota Bandung. Beragam cerita pun tertinggal di Bandung.
Peparnas sendiri bergulir sejak 15 Oktober 2016. Aneka cerita haru, bangga, sedih, hingga lucu mewarnai perjalanan para kontingen dari berbagai daerah se-Indonesia.
Kebersamaan menjadi hal yang akan dirindukan para kontingen. Sebab mereka selama ini sudah melakukan berbagai persiapan hingga bekerja keras dalam pertandingan.
Duta Peparnas XV Evan Lysanda mengaku mendapat banyak pelajaran berharga dari pelaksanaan Peparnas. Apalagi ia banyak berkeliling ke berbagai venue untuk menyaksikan para atlet berlaga.
"Banyak sekali prestasi yang lahir, rekor-rekor juga banyak dipecahkan. Semangat mereka luar biasa. Spirit para atlet memang patut diacungi jempol," kata Evan.
Ia sendiri mengaku ketagihan menjadi Duta Peparnas. Sebab ia bisa mendapat kesempatan langka untuk dekat dengan para atlet dari berbagai daerah. "Saya mau kalau diminta jadi Duta Peparnas lagi," ucap Evan.
Yauw Hie Lay, pelatih voli duduk Kalimantan Timur, mengungkap bahwa rasa kebersamaan jadi sesuatu yang akan paling dirindukannya. Sebab setelah Peparnas berakhir, belum ada kejelasan apakah tim voli duduk Kalimantan Timur akan berlanjut atau langsung dibubarkan.
"Saya akan merindukan kebersamaan dan kekompakkan mereka (para atlet). Kami sudah punya ikatan sendiri dan sudah seperti keluarga," ujar Yauw Hie Lay.
Sementara bagi Manajer Voli Duduk Jawa Tengah Tri Rusmiyati, ia akan merindukan suasana pertandingan. Sebab dalam Peparnas bukan semata-mata prestasi yang dikejar para atlet.
"Kesannya pelaksanaan Peparnas ini berjalan bagus, semua tertata rapi. Ketika bertanding di lapangan, memang ada musuh, ada persaingan, tapi persahabatan di sini lebih kuat," tuturnya.
Rofiq, pelatih voli duduk Jawa Timur, juga merasakan kebersamaan yang kental selama Peparnas. Apalagi, timnya dibentuk secara mendadak dan baru saling mengenal setelah tiba di Bandung pada 12 Oktober 2016.
Meski dibentuk secara mendadak, ia justru memberi acungan jempol bagi pemainnya. Ia melihat atletnya memiliki semangat luar biasa di tengah keterbatasan fisiknya.
"Para pemain tampil luar biasa, mereka berjuang memberikan yang terbaik. Itu yang membuat saya bangga," ucap Rofiq.
Dede, atlet tim voli duduk putri Jawa Barat, akan mengenang kebersamaannnya bersama pemain lain. Sebagai pemain paling tua di tim, ia punya kesan manis.
"Saya akan merindukan kebersamaan dengan mereka. Kita sudah seperti keluarga, saya kadang menjadi orangtua, menjadi teman, dan sahabat bagi pemain," tutur Dede.
Peparnas sendiri bergulir sejak 15 Oktober 2016. Aneka cerita haru, bangga, sedih, hingga lucu mewarnai perjalanan para kontingen dari berbagai daerah se-Indonesia.
Kebersamaan menjadi hal yang akan dirindukan para kontingen. Sebab mereka selama ini sudah melakukan berbagai persiapan hingga bekerja keras dalam pertandingan.
Duta Peparnas XV Evan Lysanda mengaku mendapat banyak pelajaran berharga dari pelaksanaan Peparnas. Apalagi ia banyak berkeliling ke berbagai venue untuk menyaksikan para atlet berlaga.
"Banyak sekali prestasi yang lahir, rekor-rekor juga banyak dipecahkan. Semangat mereka luar biasa. Spirit para atlet memang patut diacungi jempol," kata Evan.
Ia sendiri mengaku ketagihan menjadi Duta Peparnas. Sebab ia bisa mendapat kesempatan langka untuk dekat dengan para atlet dari berbagai daerah. "Saya mau kalau diminta jadi Duta Peparnas lagi," ucap Evan.
Yauw Hie Lay, pelatih voli duduk Kalimantan Timur, mengungkap bahwa rasa kebersamaan jadi sesuatu yang akan paling dirindukannya. Sebab setelah Peparnas berakhir, belum ada kejelasan apakah tim voli duduk Kalimantan Timur akan berlanjut atau langsung dibubarkan.
"Saya akan merindukan kebersamaan dan kekompakkan mereka (para atlet). Kami sudah punya ikatan sendiri dan sudah seperti keluarga," ujar Yauw Hie Lay.
Sementara bagi Manajer Voli Duduk Jawa Tengah Tri Rusmiyati, ia akan merindukan suasana pertandingan. Sebab dalam Peparnas bukan semata-mata prestasi yang dikejar para atlet.
"Kesannya pelaksanaan Peparnas ini berjalan bagus, semua tertata rapi. Ketika bertanding di lapangan, memang ada musuh, ada persaingan, tapi persahabatan di sini lebih kuat," tuturnya.
Rofiq, pelatih voli duduk Jawa Timur, juga merasakan kebersamaan yang kental selama Peparnas. Apalagi, timnya dibentuk secara mendadak dan baru saling mengenal setelah tiba di Bandung pada 12 Oktober 2016.
Meski dibentuk secara mendadak, ia justru memberi acungan jempol bagi pemainnya. Ia melihat atletnya memiliki semangat luar biasa di tengah keterbatasan fisiknya.
"Para pemain tampil luar biasa, mereka berjuang memberikan yang terbaik. Itu yang membuat saya bangga," ucap Rofiq.
Dede, atlet tim voli duduk putri Jawa Barat, akan mengenang kebersamaannnya bersama pemain lain. Sebagai pemain paling tua di tim, ia punya kesan manis.
"Saya akan merindukan kebersamaan dengan mereka. Kita sudah seperti keluarga, saya kadang menjadi orangtua, menjadi teman, dan sahabat bagi pemain," tutur Dede.
(bbk)