Ducati Mau Balas Dendam Larangan Winglets Usulan Pabrikan Jepang
A
A
A
BOLOGNA - Kepala program Ducati MotoGP Paolo Ciabatti, menjadi tamu pertama pada acara Meet@Motor Show yang diselenggarakan Motorsport.com di Bologna Motor Show 2016, Selasa (6/12) petang waktu setempat. Berikut petikan sejumlah komentar dari Ciabatti yang paling menarik, terkait seluruh program tim Ducati di MotoGP 2017.
Pada MotoGP 2016, Ducati telah menetapkan target jumlah kemenangan lebih banyak, dan berhasil meraih dua. Tapi ada banyak naik-turun juga selama musim ini. Tanggapan Anda?
“Ya, di beberapa seri, kami memang mengalami nasib kurang beruntung. Seperti di Argentina, Austin, Le Mans, Mugello. Tapi, di beberapa seri lain kami oke. Seperti dalam kemenangan di Austria dan Malaysia. Juga di Sachsenring dan Brno. Peringkat akhir musim, tidak mencerminkan nilai pembalap dan Desmosedici GP. Hanya saja, yang terpenting ialah, motor kami berjuang keras di sirkuit yang daya lekat aspalnya amat rendah. Hal itu dikombinasikan dengan ban Michelin, di mana kami juga kesulitan dengan ban depan basah mereka. Kami tidak mau membuat alasan, kami puas dengan pembuktian daya saing motor dan pembalap kami, tapi masih belum begitu banyak.”
Sekarang waktunya memikirkan MotoGP 2017. Ducati diklaim jadi ratu bursa pembalap, karena mampu menghadirkan Jorge Lorenzo. Tak pelak ekspektasinya bakal tinggi?
“Bursa pembalap dibuka lebih awal, karena banyak dari mereka memiliki kontrak yang berakhir 2016. Kami sadar, itu merupakan peluang mendapatkan tanda tangan Jorge sesegera mungkin. Karena kami memiliki pembalap sekelas Lorenzo dan Dovizioso, targetnya sudah jelas, mencoba memenangkan lomba lebih banyak, dan kembali bertarung di persaingan juara dunia. Tentu saja itu tujuan yang ambisius. Tapi, kami bisa mengatakan itu, karena kami memiliki motor dan pembalap yang mampu menantang untuk merebut gelar. Namun, kami tahu itu takkan mudah, kami tetap harus respek terhadap lawan-lawan kami dan motor lainnya.”
Menurut beberapa rumor, Ducati membajak Lorenzo, untuk membalas dendam larangan winglets yang diusulkan pabrikan Jepang?
“Ini bukan pertama kalinya seorang pembalap pindah ke tim lain di awal musim. Casey Stoner ke Honda, juga terjadi saat dia belum menyelesaikan kontraknya di Ducati. Larangan winglets adalah kontoversial. Tapi, kami memiliki begitu banyak ide, dan kami akan menemukan solusinya untuk menjadi tetap kompetitif. Karena semua tim, harus menemukan solusi untuk menjaga roda depan melekat ke aspal. Singkatnya, larangan winglets malah akan membuat anggaran tim membengkak.”
Gigi Dall’Igna menjelaskan bahwa, motor yang dijajal di tes akhir musim Valencia, mengandung sasis dasar GP17. Dari sudut pandang aerodinamis, semua orang masih penasaran apa yang bakal ditampilkan Ducati, khususnya di bagian sasis motor?
“Ini untuk pertama kalinya dalam dua tahun, kami dapat membawa evolusi motor baru di tes akhir musim Valencia setelah lomba penghabisan musim. Motor kami memiliki mesin yang powerful, tapi kami masih punya beberapa kesulitan. Yakni, ketika pembalap mengajak motor memasuki tikungan dan melepaskan rem. Kami sedang berusaha mengatasinya demi memudahkan pembalap kami. Sebagaimana untuk aerodinamika, kami memiliki ide, namun kami masih mengerjakannya. Untuk sasis motor kami, masih harus mendapat persetujuan pada 2017, dengan hanya sekali evolusi yang diperbolehkan. Kami mendapat beberapa ide dan kami akan melihat sejauh mana itu bisa bekerja.”
Apakah Ducati mau Stoner di garasi Lorenzo, berperan seperti Luca Cadalora di garasi Valentino Rossi?
“Kami sudah berbicara dengan Casey. Dia memiliki kontrak sebagai pembalap penguji dan brand ambassador Ducati untuk dua tahun ke depan. Hal itu memungkinkannya untuk jadi konsultan paling cocok bagi kedua pembalap kami. Tapi, ini mengharuskan sebuah komitmen yang jauh lebih besar dari yang kami bicarakan. Dia harus datang untuk tinggal di Eropa pada periode antara Jerez dan Aragon. Cuma, dia punya keluarga di Australia, jadi saya melihat masalah ini cukup rumit.”
Pada MotoGP 2017, Ducati akan menurunkan tiga Desmosedici GP17, dua di tim pabrikan, satu lagi di tim Pramac Racing untuk Danilo Petrucci. Tujuannya?
“Kurang lebih mirip dengan apa yang telah kami lakukan dengan Andrea Iannone pada 2014. Memiliki motor ketiga di lintasan, akan dapat membantu kami mengumpulkan data lebih banyak, sehingga mempercepat pengembangan motor.”
Ducati selalu sangat kuat di Qatar dan juga Lorenzo biasanya kompetitif. Target Ducati menang di balapan pertama dengan Jorge di sana?
“Saya katakan, mengapa tidak? Kami mencapai podium pada 2015-16. Jorge sangat kuat, kami berharap bisa mempertahankan daya saing di Qatar. Jelas, itu adalah trek yang terlihat menguntungkan. Tapi, Honda, Yamaha, dan Suzuki takkan berpangku tangan. Sukses kami di sana, harus berkeringat sampai garis akhir."
Maverick Vinales jadi bintang di tes akhir musim Valencia, karena dia langsung tampil sangat cepat di atas Yamaha. Apakah Ducati telah memperkirakan itu sebelumnya?
“Maverick adalah salah satu pembalap tercepat saat ini. Dia sangat muda dan punya masa depan cerah. Tes akhir musim terasa seperti angin, tapi kami tidak berpikir, transisinya dari Suzuki ke Yamaha akan menciptakan masalah spesial. Karena pada beberapa aspek, motornya punya karakteristik serupa. Itu segera memunculkan, bahwa dia jadi salah satu kandidat perebut gelar juara dunia dengan dua pembalap kami, Valentino Rossi, Marc Marquez, dan mungkin Andrea Iannone.”
Pada MotoGP 2016, Ducati telah menetapkan target jumlah kemenangan lebih banyak, dan berhasil meraih dua. Tapi ada banyak naik-turun juga selama musim ini. Tanggapan Anda?
“Ya, di beberapa seri, kami memang mengalami nasib kurang beruntung. Seperti di Argentina, Austin, Le Mans, Mugello. Tapi, di beberapa seri lain kami oke. Seperti dalam kemenangan di Austria dan Malaysia. Juga di Sachsenring dan Brno. Peringkat akhir musim, tidak mencerminkan nilai pembalap dan Desmosedici GP. Hanya saja, yang terpenting ialah, motor kami berjuang keras di sirkuit yang daya lekat aspalnya amat rendah. Hal itu dikombinasikan dengan ban Michelin, di mana kami juga kesulitan dengan ban depan basah mereka. Kami tidak mau membuat alasan, kami puas dengan pembuktian daya saing motor dan pembalap kami, tapi masih belum begitu banyak.”
Sekarang waktunya memikirkan MotoGP 2017. Ducati diklaim jadi ratu bursa pembalap, karena mampu menghadirkan Jorge Lorenzo. Tak pelak ekspektasinya bakal tinggi?
“Bursa pembalap dibuka lebih awal, karena banyak dari mereka memiliki kontrak yang berakhir 2016. Kami sadar, itu merupakan peluang mendapatkan tanda tangan Jorge sesegera mungkin. Karena kami memiliki pembalap sekelas Lorenzo dan Dovizioso, targetnya sudah jelas, mencoba memenangkan lomba lebih banyak, dan kembali bertarung di persaingan juara dunia. Tentu saja itu tujuan yang ambisius. Tapi, kami bisa mengatakan itu, karena kami memiliki motor dan pembalap yang mampu menantang untuk merebut gelar. Namun, kami tahu itu takkan mudah, kami tetap harus respek terhadap lawan-lawan kami dan motor lainnya.”
Menurut beberapa rumor, Ducati membajak Lorenzo, untuk membalas dendam larangan winglets yang diusulkan pabrikan Jepang?
“Ini bukan pertama kalinya seorang pembalap pindah ke tim lain di awal musim. Casey Stoner ke Honda, juga terjadi saat dia belum menyelesaikan kontraknya di Ducati. Larangan winglets adalah kontoversial. Tapi, kami memiliki begitu banyak ide, dan kami akan menemukan solusinya untuk menjadi tetap kompetitif. Karena semua tim, harus menemukan solusi untuk menjaga roda depan melekat ke aspal. Singkatnya, larangan winglets malah akan membuat anggaran tim membengkak.”
Gigi Dall’Igna menjelaskan bahwa, motor yang dijajal di tes akhir musim Valencia, mengandung sasis dasar GP17. Dari sudut pandang aerodinamis, semua orang masih penasaran apa yang bakal ditampilkan Ducati, khususnya di bagian sasis motor?
“Ini untuk pertama kalinya dalam dua tahun, kami dapat membawa evolusi motor baru di tes akhir musim Valencia setelah lomba penghabisan musim. Motor kami memiliki mesin yang powerful, tapi kami masih punya beberapa kesulitan. Yakni, ketika pembalap mengajak motor memasuki tikungan dan melepaskan rem. Kami sedang berusaha mengatasinya demi memudahkan pembalap kami. Sebagaimana untuk aerodinamika, kami memiliki ide, namun kami masih mengerjakannya. Untuk sasis motor kami, masih harus mendapat persetujuan pada 2017, dengan hanya sekali evolusi yang diperbolehkan. Kami mendapat beberapa ide dan kami akan melihat sejauh mana itu bisa bekerja.”
Apakah Ducati mau Stoner di garasi Lorenzo, berperan seperti Luca Cadalora di garasi Valentino Rossi?
“Kami sudah berbicara dengan Casey. Dia memiliki kontrak sebagai pembalap penguji dan brand ambassador Ducati untuk dua tahun ke depan. Hal itu memungkinkannya untuk jadi konsultan paling cocok bagi kedua pembalap kami. Tapi, ini mengharuskan sebuah komitmen yang jauh lebih besar dari yang kami bicarakan. Dia harus datang untuk tinggal di Eropa pada periode antara Jerez dan Aragon. Cuma, dia punya keluarga di Australia, jadi saya melihat masalah ini cukup rumit.”
Pada MotoGP 2017, Ducati akan menurunkan tiga Desmosedici GP17, dua di tim pabrikan, satu lagi di tim Pramac Racing untuk Danilo Petrucci. Tujuannya?
“Kurang lebih mirip dengan apa yang telah kami lakukan dengan Andrea Iannone pada 2014. Memiliki motor ketiga di lintasan, akan dapat membantu kami mengumpulkan data lebih banyak, sehingga mempercepat pengembangan motor.”
Ducati selalu sangat kuat di Qatar dan juga Lorenzo biasanya kompetitif. Target Ducati menang di balapan pertama dengan Jorge di sana?
“Saya katakan, mengapa tidak? Kami mencapai podium pada 2015-16. Jorge sangat kuat, kami berharap bisa mempertahankan daya saing di Qatar. Jelas, itu adalah trek yang terlihat menguntungkan. Tapi, Honda, Yamaha, dan Suzuki takkan berpangku tangan. Sukses kami di sana, harus berkeringat sampai garis akhir."
Maverick Vinales jadi bintang di tes akhir musim Valencia, karena dia langsung tampil sangat cepat di atas Yamaha. Apakah Ducati telah memperkirakan itu sebelumnya?
“Maverick adalah salah satu pembalap tercepat saat ini. Dia sangat muda dan punya masa depan cerah. Tes akhir musim terasa seperti angin, tapi kami tidak berpikir, transisinya dari Suzuki ke Yamaha akan menciptakan masalah spesial. Karena pada beberapa aspek, motornya punya karakteristik serupa. Itu segera memunculkan, bahwa dia jadi salah satu kandidat perebut gelar juara dunia dengan dua pembalap kami, Valentino Rossi, Marc Marquez, dan mungkin Andrea Iannone.”
(sbn)